Shurah (Citra) Muhammad
adalah tajalli al Haq dengan nama-Nya al Mannan (Yang memberi nikmat).
Darinya al Haq menciptakan surga-surga, kemudian Dia bertajalli dengan
nama-Nya al Lathiif (Yang lemah lembut). Yang dijadikan tempat bagi
segenap manusia mulia dan insan-insan yang dimuliakan oleh-Nya. Surga
itu terbagi atas delapan tingkatan, setiap tingkat memiliki taman-taman
surga yang banyak sekali, setiap taman memiliki tingkatan yang tidak
terbilang jumlahnya.
Tingkat Pertama : Surga Salaam, surga ini dinamakan juga surga al Mujazah (balasan), al Haq menciptakan pintu surga ini dari amal shaleh (laku kabaikan), di dalamnya Dia bertajalli dengan nama-Nya al Hasiib (Yang menghitung-hitung). Penghuni surga ini murni karena perolehan pahala dari laku kebaikan,
sabda Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Orang seorang
tidak akan masuk surga dengan amalnya, adalah beliau maksudkan khusus
untuk surga Mawahib (pemberian), adapun surga al Mujazah, untuk
memasukinya adalah dengan amal-amal shaleh (perbuatan baik), terkait
dengan hak penghuni surga ini al Haq berfirman : Bahwasanya seorang
manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan
bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya. Kemudian
diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna. (Q.s. an Najm 53 : 39 – 41).
Dengan demikian tidak seorangpun bisa memasuki surga ini, kecuali
dengan amal (perbuatan) baik. Semantis logikanya barang siapa yang tidak
berbuat amal shaleh, tidak akan bisa memasukinya. Surga ini juga
dinamakan al Yusrah, al Haq berfirman : Adapun orang-orang
yang menafkahkan hartanya dijalan Allah, dan bertaqwa. Dan membenarkan
adanya pahala yang baik. Maka Kami kelak akan menyiapkan baginyajalan
yang mudah. (Q.s. al Lail 92 : 5 – 7) maksudnya adalah
laku perbuatan yang sedikit, tapi diterima oleh-Nya, keterkabulan itu
membuat pelakunya dimudahkan memasuki surga.
Tingkat Kedua : Surga Khuldi atau surga al Makasib (perolehan). Perbedaan antara
surga al Mujazah dan surga al Makasib. Surga al Mujazah terkait dengan
kadar perbuatan baik yang membuahkan balasan dari-Nya, sedang surga al
Makasib merupakan keberuntungan murni, karena surga ini produk daripada
aqidah (keyakinan) dan prasangka baik kepada al Haq. Esensinya surga
balasan hasil kerja fisik sedang surga perolehan murni karena pemberian
tanpa kerja fisik, al Haq menampakkan diri-Nya kepada penghuni surga ini
dengan nama-Nya al Badi’ (Yang menjadikan). Dia tampakkan diri-Nya
kepada para pemeluk keyakinan yang lurus dan benar yang tidak
menciptakan bid’ah-bid’ah ketuhanan. Pintu surga ini terbuat dari aqidah
yang benar dan prasangka baik kepada al Haq, serta Rajaa’ (Harapan)
kepada-Nya, tidak akan bisa masuk surga ini kecuali mereka yang terkait
dengan ketiga hal tersebut. Surga ini dinamakan dengan al Makasib, sebab
lawan dari perolehan adalah kerugian, yang disebabkan oleh prasangka
buruk kepada al Haq, Dia berfiman : Dan yang demikian itu
adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, Dia telah
membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orangyang merugi.
(Q.s. Fushshilaat 41 : 23) Insan yang mentradisikan prasangka buruk kepada al Haq, akan terjerembab ke dalam api kerugian tak bertepi, sedangkan orang yang mentradisikan prasangka baik kepada al Haq, akan menjadi penghuni surga al Makasib.
Tingkat Ketiga: Surga Mawahib (pemberian).
Ketahuilah pemberian al Haq tidak berpenghabisan, Dia Maha Memberi,
kadang pemberian-Nya jamak lebih banyak kepada hamba yang tiada beramal
dan tidak berkeyakinan, ketimbang kepada hamba-Nya yang beramal dan
berkeyakinan, ada hikmah berserak dibalik realita tersebut, yang patut
direnungkan. Dalam surga ini terdapat para pemeluk setiap agama, dan
jenis manusia dari berbagai bangsa dari anak cucu Adam as, mereka yang
memasuki surga ini akan tampak dihadapan mereka nama-Nya al Wahhab (Yang
memberi). Tidak ada satupun yang memasuki surga ini, kecuali atas
pemberian al Haq, dialah sejatinya surga yang disabdakan Rasulullah
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam , Surga itu tiada
satupun yang bisa masuk karena amalnya. Para sahabat bertanya, sampai
engkau sekalipun wahai rasul, ? Rasul saw menjawab bahkan aku sendiripun
tidak bisa, kecuali orang-orang yang beroleh rahmat pemberian-Nya, surga ini paling luas dari surga-surga yang ada, surga ini pula sejatinya dari firman-Nya, Rahmat Ku, meliputi segala sesuatu,
tidak ada satupun yang mampu menjangkau rahasia dibalik kehendak
pemberian-Nya, kepada mereka-mereka yang dimasukkan ke dalam surga ini
sejalan dengan kehendak-Nya. Bahkan akal dan estimasi tidak akan mampu
menakarnya, siapa saja yang akan beroleh nikmat pemberian-Nya dimasukkan
surga ini, karena hal itu murni hak preogratif al Haq, akal dan
estimasi manusia tidak mampu menakarnya. Warta ketuhanan mengabarkan,
penghuni surga ini terdiri atas pemeluk agama-agama dari segala generasi
(kurun) dari berbagai bangsa yang ada dalam makro kosmos, bukan semua
pemeluknya tapi sebagian pemeluk agama-agama tersebut, ini jelas berbeda
dengan surga al Mujazah yang dikhususkan bagi insan-insan pelaku amal
shaleh. Surga al Makasib disebut surga terluas, karena tiket masuknya
adalah al Ribh (keberuntungan), sedang modal keberuntungan itu diperoleh
dengan prasangka baik kepada al Haq, dan kelurusan aqidah, surga ini
(al Mawahib) adalah yang terluas dari surga-surga yang ada. Surga inilah
sejatinya yang disebut dalam firman Qur’ani dengan al Ma’wah. al
Haqberfirman : Orang-orang yang beriman dan beramal shaleh,
maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala terhadap
apa yang telah mereka kerjakan. (Qs. as Sajdah 32 : 19).
Penyebutan surga dengan redaksi tempat kediaman bukan balasan, sebagai
bentuk pewartaan bahwasanya Dia memasukkan mereka ke surga pemberian,
bukan surga balasan ataupun surga perolehan. Proses penurunan mereka ke
surga itu adalah dengan prosedur ketuhanan yang diatur dalam pundi-pundi
rahasia al Haq. Kasih pemberian dan apresiasiNya tidak terbatas melalui
laku kebaikan, terlebih hanya dikhususkan bagi pelaku kebaikan saja,
Pahami ini dengan jeli dan betul!
Tingkatan Keempat: Surga al Istihqoq (kepemilikan), Surga al Na’im (kenikmatan), Surga al Fitroh (fitrah).
Surga ini bukan merupakan balasan atau pemberian, surga ini
diperuntukkan bagi orang-orang khusus, yang eksis pada ketentuan hakiki
kodrat penciptaan mereka karenanya surga ini merupakan hak dan milik
asli insan-insan yang pergi dari alam dunia ini sedang ruh mereka tetap
pada fitrah penciptaan dasar, surga ini juga milik mereka yang menjalani
kehidupan transendental sepanjang umurnya di dunia ini, sementara ruh
mereka dalam naungan fitrah, yakni mereka adalah para Bahlul (cacat
mental), anak-anak yang belum menginjak akil balig, orang-orang yang
tidak waras (gila). Surga ini diperuntukkan bagi mereka-mereka yang
mensucikan dirinya dengan amal shaleh, laku Mujahadah, Riyadlah, dan
Mua’amalah yang baik bersama al Haq, sehingga ruh mereka terjernihkan
dari kisi-kisi keburukan sifat kemanusiaan, dan kembali ke fitrah
penciptaannya. Sedang fitrah dasar penciptaan manusia itu seperti yang
difirmankan al Haq. Sesungguhnya Kami telah ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (Q.s. at Tiin 95 : 4) namun ketika manusia mengotori dirinya, Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. (Q.s. at Tiin 95 : 5), sedangkan manusia-manusia yang mensucikan dirinya, merekalah itulah yang diapresiasikan al Haq dalam firman-Nya, Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh : maka bagi mereka
pahala yang tiada putus-putusnya. (Q.s. at Tiin 95 : 6).
Surga ini dinamakan surga kepemilikan, karena mereka memang berhak masuk
kedalamnya, tanpa proses, ganjaran, pemberian, perolehan dari laku amal
kebaikan. Manusia-manusia yang mensucikan jiwa mereka hingga bisa
kembali ke fitrah penciptaan, itulah yang disebut al Abraar, (para
pembakti) al Haq berfirman : Sesungguhnya orang-orang banyak berbakti, benar-benarberada dalam surga yang penuh kenikmatan. (Q.s. al Infithaar 82 : 4)
makna yang tersirat dari ayat ini adalah, bahwasanya al Haq bertajalli
kepada para penghuni surga ini dengan nama-Nya al Haq, mereka yang tidak
mensucikan fitrah penciptaannya, tidak berhak memasuki surga ini.
Mereka yang berusaha mensucikan jiwanya lantas dipanggil keharibaan-Nya,
ia berhak memasuki surga ini, diantara penghuninya ada juga insan yang
telah dimasukkan neraka-Nya, hingga dosa-dosanya tersterilkan, dan
kembali ke fitrahnya, setelah itu al Haq memasukkannya ke dalam surga
ini. Atap surga ini bernama Arsy, berbeda dengan atap-atap surga
sebelumnya, surga al A’lah atapnya bernama al Adna, surga Salaam atapnya
bernama Khuldi, sedangkan surga Khuldi atapnya bernama surga al Ma’wah,
adapun surga Ma’wah atapnya bernama surga al Istihqoq, surga al Fitrah
atau surga al Na’im atapnya adalah Arsy.
Tingkatan Kelima: Surga Firdaus,
ia adalah surga makrifat, buminya membentang luas tak bertepi, semakin
tinggi penghuninya mendaki semakin mengerucut keluasannya, bahkan
puncaknya lebih kecil dibandingkan lubang jarum, tidak ada pepohonan,
sungai, istana, bidadari, kecuali jika sang penghuni melihat ke surga di
tingkatan bawahnya, jika mereka menginginkan kenikmatan surgawi itu ia
bisa turun ke surga ditingkat bawah. Di surga makrifah ini tidak
didapati bidadari, para muda tampan atau istana-istana surgawi, surga
ini berada didepan pintu Arsy, penghuni surga ini selalu Musyahadah
(dalam nuansa penyaksian), karena penghuninya merupakan para penyaksi,
yakni penyaksi keagungan dan keindahan, serta kebagusan serta kasih
kebaikan Ilahiyah (ketuhanan), mereka gugur dalam naungan rasa kasih
cinta dijalan al Haq, dan Dia mencintai mereka, para penghuni surga ini
adalah para pecinta al Haq yang gugur dengan pedang fana’ (ekstase) atas
nasfsu-nafsu diri mereka, sehingga tidak menyaksikan kecuali kekasih
sejati (al Haq) mereka. Surga ini dinamakan pula dengan surga’ Wasilah’
(penghubung) karena makrifah merupakan penghubung antara orang yang arif
dengan yang dimakrifahi Dia-lah al Haq, penghuni surga ini paling
sedikit dibanding surga-surga lainnya, demikian halnya semakin tinggi
dakian surga ini semakin sedikit pula penghuni puncaknya.
Tingkat Keenam:
Surga Fadhilah (Keutamaan). Penghuninya adalah para Shidiqin
(insan-insan yang mentradisikan kebenaran dan kelurusan), al Haq memberi
apresiasi yang tinggi kepada mereka dan menempatkan mereka di Sisi
Tuhan Yang Berkuasa surga ini disebut surga asma (nama-nama)-Nya, yang
terhamparkan diatas tingkatan-tingkatan Arsy, penghuninya lebih sedikit
ketimbang surga Firdaus atau Makrifat, namun kedudukannya paling tinggi
dihadapan al Haq, karenanya penghuninya disebut penikmat kelezatan
Ilahiyah (ketuhanan).
Tingkat Ketujuh : dinamakan surga al Darajah al Rafi’ah (tingkatan tinggi).
la merupakan surga sifat-sifat-Nya dari dimensi nama-nama-Nya, ia surga
dzat-Nya dari dimensi bentuk, buminya adalah dasar Arsy, penghuninya
disebut ahli hakekat dan ahli makrifah hakekat-hakekat ke-Tuhan-an,
penghuninya paling sedikit dibanding surga-surga-Nya yang lain,
penghuninya merupakan al Muqorrobin (insan-insan paling dekat) dengan al
Haq dan para khalifah (pengganti) ketuhanan. Mereka adalah insan-insan
yang menyembunyikan diri dan memiliki hasrat kuat dalam mengarungi
samudera kehakikian al Haq. Dalam pengembaraan ruhiyahku, aku melihat
Ibrahim al Kholil (sang terkasih) berdiri disebelah kanan surga ini,
melihat ke arah tengah, aku melihat komunitas para rasul dan nabi serta
para kekasih Allah (wali), di sebelah kiri surga ini, mereka memfokuskan
perhatian mereka ke arah tengah surga ini, aku melihat Rasulullah
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di tengah-tengah surga ini,
sambil mengarahkan pandangan ke tiang pancang Arsy, memohon
keharibaan-Nya maqom Mahmud (kedudukan mulia) dan al Haq mengabulkan
permohonan baginda Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
Tingkat Kedelapan : dinamakan surga Maqom Mahmud (Kedudukan Mulia).
Ia merupakan surga dzat, buminya dari atap Arsy, yang tiada seorangpun
bisa sampai kepadanya, setiap penghuni surga ini berusaha bisa Wushul
(sampai) ke atap Arsy ini, sebagian orang berasumsi surga ini ditegakkan
hanya dengan hakekat asma-Nya, prediksi mereka tidaklah salah, surga
ini diperuntukkan bagi Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam , sejalan dengan sabdanya dalam sebuah hadist Sesungguhnya
Maqom Mahmud, merupakan tempat tertinggi di dalam surga, ia
diperuntukkan hanya untuk satu orang saja, aku berharap satu-satunya
orang itu adalah diriku. al Haq lantas mewartakan
bahwasanya Dia mengabulkan permintaan Muhammad saw tersebut, dan
mengkhususkan surga untuk beliau seorang. Kita wajib percaya dengan
sabda Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tersebut, Dan
tiadalah yang dia ucapkan itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya
itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya. (Q.s. an Najm
53 : 4 – 5)
Bahwa al Haq menciptakan dari citra
Muhammad ini surga yang multi kenikmatan bagi para mukminin dan neraka
dengan ragam siksa yang ada di dalamnya, al Haq juga menciptakan dari
citra Muhammad ini citra Adam, sebagai bentuk duplikat dari citra
Muhammad tersebut, ketika Adam diusir dari surga-Nya, maka terpisah pula
citra dirinya, karena keterpisahannya dengan alam ruh. Pahamilah ketika
Adam berada disurga, eksistensi fisiknya belum diwujudkan secara
Lahiriyah seperti tubuh yg digunakan didalam dunia, ia hanya di-ada-kan
al Haq dalam bentuk rasa, karenanya orang seorang tidak akan bisa
memasuki surga-Nya, kecuali bila ia bisa menemukan rasa fitri-nya,
ketika Adam diusir ke bumi rasa fitri-nya tetap tinggal di surga, karena
kehidupan-nya di surga bercitrakan rasa yang lahir dari nafs-nya,
sedang kehidupannya di dunia bercitrakan ruh, ia bakal mati kecuali yang
dikekalkan al Haq, melihat kepada-Nya dengan pandangan dzat-Nya,
hak-hak-Nya, sifat-sifat-Nya dan asma-asma-Nya. Nasibnya dalam kehidupan
dunia ini bercitrakan Qudrah al Haq yang menentukan wajah kehidupannya
di kampung akhirat, al Haq tidak memberi citra kepada nafs (jiwa)
hamba-Nya, kecuali dalam ‘rasa’
Tingkat Kesembilan : Disebut surga Musyahadah ( Memandang Wajah Allah ” Kadzuljalali Wal Ikram “ ) , akan kita jelaskan nanti dalam penjelasan tersendiri .
Surga kesembilan adalah surga yang dikhususkan specialis bukan dari kalangan nabi ataupun ulama,mereka adalah orang-orang terpilih ALLAH
BalasHapus