Cari Blog Ini

Jadilah seperti Arqam bin Abil Arqam


Gambar Hiasan Belaka
Salamun Alaikum Saudara MUSAFIRBATIN,maaf baru bisa on.Oke lanjut ke topik aja yach.Arqam bin Abil Arqam al Makhzumy adalah sahabat yang memeluk Islam pada hari-hari pertama didakwahkannya Islam, bersamaan dengan Abu Ubaidah bin Jarrah, Bilal bin Rabah, Abu Salamah dan beberapa lainnya. Mereka yang disebut sebagai as sabiqunal awwalin ini telah dijamin memperoleh keridhaan Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam Surat at Taubah ayat 100, yang artinya memperoleh jaminan masuk surga.
Ketika kaum Quraisy makin meningkatkan teror dan penyiksaan kepada para pemeluk Islam, Nabi SAW memerintahkan para sahabat untuk menyembunyikan keislaman mereka, termasuk segala aktivitas ibadah dan majelis pengajaran keislaman. Dari beberapa tempat yang dipertimbangkan, Nabi SAW memutuskan memilih tempat tinggal Arqam bin Abil Arqam, karena tempatnya agak terpencil di atas bukit Shafa. Orang-orang Quraisy tidak mudah melakukan kegiatan pengintaian dan mata-mata, karena dengan cepat bisa diketahui kehadirannya.
Rumah Arqam atau Darul Arqam menjadi madrasah pertama dalam Islam, sekaligus pusat kegiatan islam (islamic center) walaupun sifatnya sembunyi-sembunyi. Di rumahnya ini, Nabi SAW mendidik dan membentuk jiwa-jiwa yang tangguh dalam berdakwah dan membela Islam. Tercatat ada sekitar 40 sahabat yang aktif hadir di rumah al Arqam, dari yang termuda berusia 8 tahun, yakni Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam, sampai yang paling tua, yakni Ubaidah bin Harits, yang berusia 50 tahun.
Ketika Hamzah bin Abdul Muthalib memeluk Islam, disusul kemudian oleh Umar bin Khaththab tiga hari kemudian, kegiatan ibadah dan pengajaran mulai bisa dilaksanakan di luar Darul Arqam, termasuk di halaman Masjidil Haram, berkat pengawalan dan pengamanan dua tokoh jagoan Quraisy ini. Tetapi Darul Arqam tetap menjadi agenda harian Nabi SAW dalam memberikan pengajaran keislaman, sampai akhirnya kaum muslimin diwajibkan untuk hijrah ke Madinah.
Kesimpulan yang bisa di tarik bahwa marilah kita mengikuti jejak sahabat Rasulullah yakni Arkam bin Abil Arkam yang mana beliau dalam mengajarkan Agama Islam tanpa pamrih,beliau dakwah tanpa membawa atau membangga banggakan diri beliau sebagai pendakwah.Untuk itulah nama beliau tidak begitu tenar dan itulah salah satu alasan Rosulullah menjadikan rumah beliau sebagai markas di sebabkan nama Arkam bin Abil Arkam tidak terkenal di kalangan Quraisy.Mudah mudahan Sahabat MUSAFIRBATIN bisa meneladani sikap Arqam bin Abil Arqam.Wasallam

SETAN BUKAN MAHLUK



Salamun Alaikum,Okey unutk hari ini saya hanya mau meluruskan makna setan yang kita sering dengar dalam keseharian kita.Mungkin saja saudara kita yang lain belum tau mana itu setan dan mana iblis ataupun jin.Sebenarnya kata syaithan ( setan ) terambil dari akar kata syathana, yang berarti “jauh” karena yang bersangkutan jauh dari rahmat Tuhan. Ada juga pendapat yang menyatakan, bahwa kata itu terambil dari akar kata syaatha, yang berarti “terbakar” boleh jadi karena ia akan terbakar di neraka dan juga membakar hati dan fikiran untuk berbuat hal2 yg dilarang oleh Allah sehingga hati tidak menjadi tenang ( terbakar ). Atau dari kata syatha, yang berarti “tepi”, karena ia berada di tepi. Ini bersumber dari konsep bahwa segala yang baik berada di tengah dan yang di tepi ( ekstrem kiri atau kanan ) adalah buruk.
Syetan adalah Sifat yang mengajak kepada keburukan dengan gambaran yg disenangi oleh hawa Nafsu… Ia tidak terbatas pada jin atau makhluk halus, tetapi juga boleh jadi manusia..
QS al-An’am (6) : 112 menjelaskan bahwa “setan dan jin dan manusia saling membisikkan perkataan-perkataan yang indah untuk memperdaya.”
Atas dasar ini, ulama merumuskan bahwa setan adalah : “Segala makhluk Tuhan yang durhaka kepada-Nya dan mengajak kepada kedurhakaan.. Bahkan ulama menegaskan bahwa Al-Quran tidak hanya menggunakan kata syaithan untuk jin dan manusia, tetapi juga binatang yang melapaui batas dalam sikap / kelakuannya.. Kata syaithan juga digunakan untuk sifat yang buruk bukan pelakunya. Al-Raghib al-Asfahaniy, seorang pakar bahasa, mengutip hadis Nabi SAW yang menyatakan bahwa: ”Dengki adalah setan, marah adalah setan.” Sehingga pada akhirnya ia berpendapat bahwa syetan merupakan nama bagi segala yang buruk dari sifat manusia..
Bisikan baik yang didengar hati manusia bersumber dari malaikat. Bila buruk, sumbernya setan. Namun, boleh jadi juga ia datang dari diri manusia. Dalam surat Yusuf (12) : 53, Al-Quran menyatakan :
”Sesungguhnya nafsu manusia adalah pendorong kepada kejahatan ( inna al-nafsu la ammarah bi al-su’..
Ulama-ulama tasawuf membedakan antara bisikan setan dan bisikan buruk hati manusia.. Ini berbeda dengan setan. Setan, bila gagal merayu pada satu kejahatan/keburukan, akan berpindah pada kejahatan/keburukan yang lain, yang lebih rendah. Tetapi tidak pernah berhenti, atau puas. Karena itu, begitu berhasil, ia akan pindah kepada yang lain. Sehingga, manusia menjadi setan sepertinya. Atau, dengan kata lain, durhaka kepada Tuhan, dan mengajak orang lain kepada kedurhakaan..
Iblis adalah termasuk komunitas Jin, karena ia membangkang perintah Allah maka disebut dengan Iblis. Ia bukanlah dari golongan Malaikat. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Allah..
Dan ketika kami katakan kepada para Malaikat bersujudlah kalian kepada Adam, maka bersujudlah mereka semua kecuali Iblis adalah dia dari golongan Jin maka dia durhaka dari perintah Tuhannya”. (QS. al-Kahfi 18:50)..
jadi Setan itu Sifat. Setan bukan sosok makhluk tersendiri, tapi hanyalah sifat dan sebutan bagi setiap Pembangkang dari golongan Jin dan Manusia.. Dan sebagai musuh bagi setiap orang beriman. Terkadang Allah menyebut Iblis dalam al-Qur’an dengan sebutan Setan. Allah berfirman,
“Dan demikianlah kami jadikan bagi setiap Nabi itu musuh, yaitu Setan-Setan (dari jenis) Manusia dan (dari jenis) Jin”. (QS. al- An`am 6:112)..
Nyatalah bahwa Setan merupakan Kata Sifat bukan Jenis Makhluk. Dan Iblis merupakan dari golongan Jin yang Membangkang, selanjutnya disebut Rajanya Setan (Pembangkang).. Setan/Syaithan = Sifat Buruk / Jauh dari Kebenaran (bisa menjangkiti manusia & jin) Iblis = Golongan Jin yang membangkang kepada Allah..
Perbedan tafsir ulama tentang iblis adalah ada yang mengatakan bahwa iblis sebagian dari jin yang fasik ( dalam surat alkahfi ayat 50) dan ada juga pendapat ulama yang mengatakan iblis adalah bahagian dari malaikat yang fasik ( dalam surat al baqarah ayat 34). Dalam suatu kitab dinyatakan bahwa iblis ahli ibadah, dan tinggal di surga dan ibadah nya lebih baik dari malaikat. Tapi dosanya hanya satu, yaitu tidak mau sujud kepada Adam..
Jin adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dari api. Yang memebedakan jin dengan iblis adalah tugasnya. Tugas jin adalah untuk beribadah kepada Allah seperti yang disebutkan dalam surat Adz dzaariyaat ayat 56 yang artinya “tidaklah diciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada Allah..
Setan itu bermakna lebih kepada sifat yang dimilki makhluk Allah. Sehingga semua iblis pasti setan. Sifat setan ini selalu mengajak pada keingkaran kepada Allah SWT..
Pada surat an nas telah disebutkan oleh Allah jenis-jenis setan, yakni :
1. Setan manusia
Setan yang paling berbahaya adalah setan manusia. Setan jenis ini dapat kita lihat sehari-hari dengan nyata. Setan inilah yang kita hadapi sehari-hari yang sering mengajak manusia bermaksiat kepada Allah..
2 Setan Jin
Setan jin adalah setan yang tidak terlihat oleh kasat mata. Karena ada sifat setan pada jin maka dari ada jin kafir dan jin muslim. Jin kafir lah yang selalu mengajak manusia untuk bermaksiat kepada Allah..
Bisikan dari Iblis : berada di sebelah kiri yaitu selalu bertentangan dengan Allah. Iblis juga membisikkan suatu perbuatan yang baik dengan tujuan :
1. Agar manusia lebih mementingkan perkara yang tidak wajib dan meninggalkan perkara yang wajib..
2. Agar lebih terperosok kepada dosa yang lebih besar. Setan menghasut kepada riya padahal niat awal kita bagus..
Bisikan dari Malaikat : berada di sebelah kanan dan selalu membisikkan perbuatan yang sesuai dengan hukum-hukum Allah.. Nafsu merupakan bisikan yang berada diantara malaikat dan Iblis..
Ciri-ciri dari nafsu sebagai berikut:
1. tidak berfikir akibat dari suatu perbuatan
2. senang akan sesuatu yang indah-indah,
3. nafsu cenderung mengikuti bisikan setan,
4. ketika mendapat musibah nafsu akan ingat kepada Allah sedangkan ketika mendapat nikmat maka lupa kepada Allah..
bagaimana membedakan apakah bisikan tersebut mudhorot ataupun manfaat dan bertentangan dengan agama atau tidak. Jawabannya, kita harus belajar agama, belajar dan terus belajar agar kita mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak menurut agama. itu salah satunya cara.
” Dan ketika kami katakan kepada para Malaikat bersujudlah kalian kepada Adam, maka bersujudlah mereka semua kecuali Iblis adalah dia dari golongan Jin maka dia durhaka dari perintah Tuhannya”. (QS. al-Kahfi 18:50).. Pertanyaannya yang sering saya terima kenapa Iblis tak mau sujud kepada ADAM? Jawabanya simple banget karena itu adalah Skrip yang di terima Iblis.Oke kita balik ke setan,Setan itu Sifat. Setan bukan sosok makhluk tersendiri, tapi hanyalah sifat dan sebutan bagi setiap Pembangkang dari golongan Jin dan Manusia, dan sebagai musuh bagi setiap orang beriman. Terkadang Allah menyebut Iblis dalam al-Qur’an dengan sebutan Setan. Allah berfirman,
“Dan demikianlah kami jadikan bagi setiap Nabi itu musuh, yaitu Setan-Setan (dari jenis) Manusia dan (dari jenis) Jin”. (QS. (QS. al- An`am 6:112).
Berarti manusia bersifat setan wujud manusia sifat setan maka itu di namakan setan dari golongan manusia .. seperti hal nya syetan dari golongan jin .
al- An`am 6:112).
Di namakan setan dari golongan manusia,berarti wujudnya manusia tapi bersifat setan seperti hal nya setan dari golongan jin .

 Wasalam........

HAKEKAT FANA



Salamun Alaikum,Alhamdulillah artikel ini bisa saya muat dengan izin Allah,sudah lama pengen curhat tapi selalu saja ada halangannya.FANA adalah Titik penting seorang salikin yang sedang berjalan menuju Allah SWT.Sebuah keadaan dimana ke-diri-an (kehambaan) seseorang telah “tiada”. Dalam situasi demikian bagi salikin yang bersangkutan tidak ada lagi yang hidup kecuali Allah SWT, dan sirnalah semua yang tampak.
Yang dimaksud dengan fanâ’ (hilang) di sini bukan fana’ ? al-jism atau fana’ secara lahiriah. Tapi fana’ secara maknawiah, yaitu fana’ atau hilang dari wilayah akidah. Fana’ ?llah dengan baqâ’ billâh. Fana’ ?llah konsep dasarnya adalah La ilaha Illa Allah. Semua hal hanya untuk diri-Nya dan tidak untuk yang lainnya. Sebagai bukti konkret orang yang telah fanâ’ adalah ia senantiasa meyakini konsep la hawla wa laquwwata illa billah al ‘aliyy al adzîm. Tak ada kekuatan diri, tak ada kemampuan diri, kecuali kekuatan dan kemampuan diri Allah SWT. Pada diri Rasulullah SAW kondisi fana tampak pada periode Mekkah. Semua ketakwaan beliau dan berbagai mukjizat yang terjadi selama periode Mekkah merupakan bukti kuat akan hal itu.
Seorang sâlikîn yang tengah fana’ tampak jelas dalam sifat kesehariannya. Berbagai emosi dan reaksi negatif yang biasa bersemayam dalam diri telah berubah menjadi sebaliknya. Tenang, kuat, dan sabar ketika menghadapi gelombang kehidupan merupakan bukti kuat bahwa seseorang telah fana. Bahkan, ketika dicaci-maki oleh banyak orang pun ia tidak serta merta balas memaki atau membenci. Karena, baginya yang penting Allah SWT tidak murka dan membencinya. Konsentrasinya hanya pada Sang Khalik. Semua yang dilakukannya senantiasa berangkat dari kesadaran kehambaan yang harus senantiasa memiliki catatan baik di sisi Allah SWT.
Dalam keseharian, orang yang fana’ sepertinya tampak masa bodoh dan asyik dengan dirinya sendiri. Berbagai hal di luar dirinya hanya mendapat sedikit perhatian dan sedikit memberi dampak padanya. Bahkan ketika ia tengah dalam keadaan serba berkekurangan, ia tetap bergeming. Ia tetap bersyukur dan senantiasa mengucap alhamdulillâh.
Fana’ bagi seseorang yang belum berkeluarga barangkali tidak menjadi masalah. Tapi lain halnya bila ia telah menikah atau bahkan harus menanggung jawabi orang seisi rumah. Karena sikap kesehariannya terkesan santai dan tidak peduli, sudah barang tentu membuat khawatir banyak orang. Meski, sesungguhnya fana yang benar adalah fanâ’yang tetap pada kesadaran kemanusiaannya, dan tetap sadar pada tanggung jawab sosialnya.
Seseorang yang masih termasuk dalam kategori seorang salikîn, fana-nya masih kerap tidak stabil. Ia sering fana’ hanya untuk hal-hal yang enak baginya, tapi tidak fana’ ketika menghadapi hal buruk yang tidak sesuai dengan kehendak hatinya. Karena itu, agarfana’ yang terjadi pada seorang salikin adalah fana’ yang benar menurut agama dan fanâ’nya stabil, dibutuhkan bimbingan seorang Mursyid. Tidak hanya fana’ ketika dalam kesenangan, tapi juga mampu fana’ dalam kesulitan. Karena fana’ dalam bimbingan seorang Mursyid adalah fana’ yang terstruktur, yakni dengan ilmu dan amal yang disebut jalan mutawasith pertengahan). Sehingga yang terjadi adalah fana’ yang tidak membuat orang disekelilingnya menjadi gelisah dan marah. Karena ia tetap hidup normal dan menjalankan kewajiban sosialnya dengan baik, namun orientasinya tetap pada hati nurani.
Zaman dahulu, proses fana’ dilalui lewat berbagai proses yang terkadang sulit diterima oleh akal, seperti khalwat di gua hingga ditidurkan selama ratusan tahun. Namun tentu saja hal itu bisa terjadi karena situasi dan kondisi zamannya memang berbeda dengan sekarang. Maka, proses pembelajaran dan laku olah spiritualnya pun berbeda. Contohnya, di zaman sekarang banyak orang lebih mengutamakan syariatnya daripada tauhidnya. Sehingga, akhirnya keislamannya pun hanya di permukaan, tidak menyentuh keislaman yang mendalam-Islam yang sesungguhnya.
Tantangan lain, kalau dulu orang melakukan khalwat dengan jalan menyendiri di tempat-tempat sepi macam di gua, maka sekarang orang dituntut untuk bisa khalwat dan ‘uzlah di tengah-tengah masyarakat ramai. Artinya, hati kita tetap terpaut dengan Allah SWT meski ?sik jasmaniah kita sibuk dengan kegiatan kemasyarakatan, bekerja mencari nafkah, dan kesibukan mengurus keluarga.
Harus disadari betul bahwa yang khalwat itu adalah khalwat hati bukan jasad. Dan kesadaranpun harus terusdijaga, bahwa pengamalan ma’rifah, pengamalan hakikat, dan pengamalan aqidah merupakan bagian dari perjalanan kita menuju Allah SWT, dan kemampuan kita melakukan khalwat juga merupakan anugerah-Nya. Maka, semua itu harus dikembalikan kepada Allah SWT. Jadi, yang khalwat itu benar-benar bukan jasadnya, melainkan hati dan pikirannya. Hati harus senantiasa menghadirkan Allah SWT, belajar pada setiap keadaan, dan belajar pada setiap persoalan, serta mengembalikan semua yang terjadi pada Allah SWT. Bahkan, bagi seorang mursyid pun khalwat juga merupakan anugerah. Tidak ada seorang pun yang bisa khalwat kalau bukan karena mendapat anugerah-Nya.
Kata Syaikh Abd al-Qâdir al-Jailanî, banyak orang yang tersesat oleh jin dan iblis ketika berkhalwat. Hal itu bisa terjadi karena minimnya ilmu pengetahuan dan tidak mendapat bimbingan dari seorang Mursyid. Syaikh Abd al-Qâdir al-Jailanî demikian khusyuk dan bergeming ketika tengah ber-khalwat meski digoda oleh iblis. Hanya Allah, Allah dan Allah yang memenuhi ruang batin beliau. Keyakinan bahwa bukan ilmu yang ada padanya yang memberinya kekuatan, namun Allah SWT lah yang memberinya kekuatan dan kemampuan. Akhirnya, beliau pun selamat dan berhasil menyelesaikan khalwat-nya dengan baik.
Di zaman yang serba sibuk sekarang ini, kita tidak perlu melakukan khalwat munfarid atau khalwat di suatu tempat yang sepi. Kita justru dituntut mampu melakukan khalwat hakiki (di dalam hati). Hati senantiasa memandang kepada Allah SWT meski ?sik jasmaniah sibuk menjalani hidup keseharian.

Khalifah di Muka Bumi
Hakikatnya, manusia adalah khalifah Allah SWT di muka bumi. Namun, tidak sembarang orang bisa disebut khalifah. Yang bisa benar-benar di katakan khalifah adalah mereka yang sudah “sampai” (secara iman-hati-piki-ran) kepada Allah SWT. Sedangkan mereka yang belum sampai belum pantas menyandang khalifah, karena berarti ia belum punya bekal sebagaimana Nabi Adam AS yang diberi bekal oleh Allah SWT nama-nama di bumi dan di langit. “Barang siapa yang ma’rifatullâh maka tidak ada sesuatu apa pun yang tersembunyi di langit maupun di bumi.” Artinya, ia paham dengan basyirah al-qalbi maupun ladunni. Bahkan, bila ada sesuatu yang tersembunyi sekalipun dia paham, apa yang belum terjadipun dia tahu karena ia diberitahu oleh Allah SWT. Itulah ilmu ladunni.

Ada pula orang yang disebut Âlim al-Rabbânî, yaitu orang yang ‘alim (paham-ahli) dengan Tuhannya, bukan ulama lahiriah. Seorang ulama lahiriah biasanya hanya mampu membaca kitab, sedangkan seorang professor biasanya hanya fasih berwacana tentang agama maupun tasawuf (ia tidak mengamalkan secara mendalam). Berbeda dengan orang yang Âlim al-Rabbânî, yang diberi ilmu ladunni oleh Allah SWT, yang setiap saat membutuhkan ilmu dengan mudah ia memperolehnya, namun sembari tetap mengembalikan semua ilmunya kepada Allah SWT. Orang semacam itu tidak pernah kehabisan jawaban. Semakin banyak orang bertanya padanya, makin mudah ia menjawabnya.
Orang yang Âlim al-Rabbânî juga orang yang sosoknya low pro?le (rendah hati). Ia tidak akan mengumbar kata-kata kalau tidak ada yang bertanya. Kecuali pada waktu-waktu tertentu ketika ia menjalankan rutinitas tugasnya sebagai ulama. Seperti Rasulullah SAW yang tidak akan mengeluarkan (ilmunya) bila tidak ditanya oleh umatnya. kecuali ketika beliau harus menyampaikan wahyu. Makanya, semua asbâb al-nuzûl dan asbâb al-wurûd Al-Quran dan Al-Hadis itu merupakan hasil pertanyaan dari para sahabat. Begitu juga orang yang dekat dengan Allah SWT. Ia akan diberikan ilham yang sifatnya setingkat dengan wahyu, dan ?rman Allah akan jelas dan gamblang apabila penjelasannya didasari oleh ilham. Cara Allah memelihara Al-Quran tidak sebatas penjilidan. Karena, penjilidan bisa dilakukan oleh siapa saja. Tapi pemahaman Al-Quran hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang bersih hatinya dan diangkat oleh Allah SWT. Sebagaimana janji Allah SWT, “Kami yang menurunkan Al-Quran dan kami yang memelihara.” Maka Allah SWT menurunkan orang-orang yang diisi hatinya dengan ilham untuk mengurai Al-Quran yang sesungguhnya bukan semena-mena dalam bentuk ta’wil.

Ilham dan Wahyu
Turunnya ilham itu sama seperti wahyu. Terkadang mudah dan nikmat, terkadang diterima dengan rasasakit di kepala, dan lain sebagainya. Wahyu dengan ilham tidak berbeda jauh. Bedanya kalau ilham itu tidak boleh ditulis karena akan mengganggu, sebagaimana Rasulullah SAW yang tidak pernah menyuruh sahabat untuk menulis hadis, meski bila para sahabat menulis pun tidak apa-apa, karena bukan merupakan sebuah larangan keras.


Setiap salikin dianjurkan untuk menimba ilmu dari yang “hidup” , artinya ia menimba ilmu dari seorang mursyid. Sebagaimana Abu Yazid menyatakan, “Hai kamu, mengambil ilmu dari mayit ilal mayit. Kamu ambil ilmu dari buku (benda mati), kemudian diajarkan ke orang dan orang itu juga mati, maka ilmunya tidak akan berkembang dan tidak ada berkahnya.” Karena yang benar adalah mengambil ilmu dari yang “hidup” yang tidak pernah mati. Banyak ulama yang belajar dengan, katanya. Katanya kitab ini, dan katanya kitab itu. Dan, bagi siapa saja yang mengajarkan ilmu dan dia merasa bisa mengajar-berarti dia hamba, dan hamba itu mati. Lain halnya seorang Mursyid, yang tidak pernah merasa memberi sesuatu (ilmu), dan tidak pilih kasih pada murid-muridnya. Semua sâlikîn diperlakukan sama dan mendapat perhatian serta kasih sayang yang sama darinya.

Apakah Kesimpulan Hakekat FANA sebenarnya?Fana bukan hilang atau lenyap,justru FANA adalah kesadaran Intelektual Tinggi,sehingga penglihatan mata orang yang FANA adalah TAJAM. 

WAHABI SYIAH DAN SUNNI



Salamun Alaikum..Hari ini saya coba membahas perbedaan perbedaan yang ada antara WAHABI,SUNI dan SYIAH.Dari kalimat tersebut mungkin saudara telah banyak dapati timpah tindih antara satu dan lainnya.Baiklah kita mulai dari “..Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia..” [Asy Syuura 11]
Perbandingan Aqidah Wahabi vs Sunni vs Syi’ah
Jika orang awam melihat sekedar kulitnya saja seperti Rukun Iman dan Rukun Islam antara Sunni dan Syi’ah yang berbeda, orang awam akan berpendapat bahwa aqidah Syi’ah beda dengan Sunni. Begitu pula amalannya. Karena beda, Syi’ah bukan Islam. Sebaliknya Wahabi yang sama rumus Rukun Iman dan Rukun Islam dengan Sunni dianggap sama dengan Sunni. Tak heran jika ustad Idrus Ramli berpendapat Wahabi lebih lurus ketimbang Syi’ah.
Padahal jika kita gali lebih dalam, ternyata Sunni dengan Syi’ah itu cuma beda kulitnya. Tapi hakikatnya sama. Meski Rukun Iman Sunni dengan Syi’ah beda, namun hakikatnya Syi’ah meng-Imani 6 rukun Iman di Sunni seperti beriman kepada Allah, Malaikat, Kitab Suci Al Qur’an, Rasul, Hari Kiamat, dan Takdir.
Kalau sama, kenapa beda Rukun Imannya?
Kalau kita baca banyak Hadits dan Al Qur’an, maka rumusan Iman itu macam2. Ada yang cuma 3 rukun, ada pula yang 5 rukun di mana takdir tidak termasuk. Di Al Qur’an juga rumusan orang yang beriman beda dari 6 rukun Iman yg biasa kita pelajari:
“…kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (IMANNYA)..” [Al Baqarah 177]
Di Al Baqarah 285 juga disebut Rukun Iman hanya ada 5 tanpa Iman kepada Qadla dan Qadar:
“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” [Al Baqarah 285]
Pada Al Baqarah 3-4 rumusan Rukun Iman juga lain lagi: Beriman kepada yang Ghaib, Kitab Suci, dan Akhirat.
Jadi hanya karena formulasi rukun Imannya tak menyebut beriman kepada Qadla dan Qadar, belum tentu mereka sesat/kafir. Kecuali jika mereka benar2 tidak beriman kepada Qadla dan Qadar.
Rukun Islam juga begitu. Meski rumus beda, kenyataannya Syi’ah juga bersyahadah: “Asyhadu alla ilaaha illallahu wa asyhadu anna Muhammadar Rosulullah”. Ini sudah mencukupi Syahadah Sunni meski mereka tambah (versi mereka bid’ah hasanah) dgn Ali waliyullahu.
Sebetulnya yang sesat itu adalah jika tidak mengucapkan 2 kalimat Syahadat (Syahadat kepada Allah dan RasulNya). Tapi jika mereka mengucapkan itu, maka tidak sesat. Adakah tambahan Syahadah ke 3 membuat mereka jadi sesat/kafir?
Di dalam Islam, selain meminta ummat Islam bersyahadat, Nabi juga meminta ummat Islam untuk bai’at (berjanji setia) kepada Nabi di Baiatur Ridhwan. Saat Khalifah Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali dilantik pun ummat Islam membai’at/berjanji setia kepada mereka. Adakah itu sesat/kafir?
“Sesungguhnya wali kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).” (QS. Al-Maidah ayat 55)
Kaum Syi’ah juga sholat, bayar zakat, puasa, dan juga berhaji jika mampu. Jika anda berhaji atau umrah ke Mekkah niscaya anda akan berjumpa dengan Muslim Syi’ah dari Iran yang ikut berhaji / umrah bersama anda.
Sebaliknya Wahabi meski Rukun Iman dan Rukun Islamnya sama, jika kita kaji ternyata beda dengan Sunni. Wahabi tidak mengenal bid’ah hasanah. Semua bid’ah sesat, menurut Wahabi. Ini karena mereka cuma berpegang pada hadits Kullu bid’ah dlolalah dan menolak hadits “Ni’mal bid’ah” yang disebut Khalifah Umar bin Khoththob ra. Walhasil banyak amalan Aswaja / NU yang dinyatakan sesat / syirik oleh Wahabi seperti Usholli, Qunut Subuh, Tahlilan, Maulidan, Ziarah Kubur, Tawassul, dsb.
Dan yang lebih parah adalah aqidah tentang Allah. Inti dari agama adalah Tuhan, yaitu Allah. Karena agama itu mengatur cara kita menyembah Allah. Nah jika Tuhan yang disembah itu meski nama sama, tapi zat / sifatnya beda, ini bisa keliru sejauh-jauhnya.
Saya coba tabayyun langsung ke website2 Syi’ah dan Wahabi. Pada Terjemah Al Qur’an terbitan Kerajaan Arab Saudi meski mengaku dari Tim Terjemah Depag, ada tambahan: “Pendapat yang sahih terhadap ma’na “Kursi” ialah tempat letak telapak kaki Allah”. Artinya menurut Wahabi, Allah punya “Telapak Kaki Allah”. Silahkan buka Terjemah Al Qur’an terbitan Kerajaan Arab Saudi Surat Al Baqarah ayat 255 (Ayat Kursi).
Apakah ini fitnah?
Tidak. Ini saya ambil dari website Wahabi bahwa Allah punya wajah:
“… Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari wajah Allah.” (QS. Al-Baqarah: 272)
Dengan berbagai ayat Al Qur’an dan Hadits tentang Wajah Allah yang ditafsirkan apa adanya, Ulama Salafi Wahabi berkesimpulan Allah punya wajah. Dengan cara yang sama nanti mereka menetapkan Allah punya tangan, kaki, dsb:
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan: “Wajah (Allah) merupakan sifat yang terbukti keberadaannya berdasarkan dalil Al-Kitab, As-Sunnah dan kesepakatan ulama salaf.”
Penulis: Abu Mushlih Ari WahyudiMuroja’ah: Ustadz Aris Munandar

Ini dari website Wahabi lain yang menyatakan Allah punya kaki. Karena mereka terjemahkan hadits apa adanya:
Di antara sifat yang tetap bagi Allah adalah: Kaki
Dalil hal tersebut adalah apa yang diriwayatkan oleh Bukhari, no. 6661 dan Mulsim, no. 2848, dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
لَا تَزَالُ جَهَنَّمُ تَقُولُ هَلْ مِنْ مَزِيدٍ حَتَّى يَضَعَ رَبُّ الْعِزَّةِ فِيهَا قَدَمَهُ فَتَقُولُ قَطْ قَطْ وَعِزَّتِكَ وَيُزْوَى بَعْضُهَا إِلَى بَعْضٍ
“(Neraka) jahanam masih saja berkata, ‘apakah ada tambahan’ hingga akhirnya Tuhan Pemiliki Kemuliaan meletakkan kaki-Nya. Kemudian dia berkata, cukup, cukup, demi kemuliaan-Mu, lalu. Lalu neraka satu sama lain saling terlipat.”
Dan ini tulisan dari Website Wahabi bahwa Allah punya 2 tangan dan tangannya kanan semua:
Kesimpulan Allah mempunyai kedua tangan dan kedua tangan Allah adalah kanan.
 Menurut Sunni, Allah itu Esa. ZatNya pun Satu. Tidak terbagi-bagi jadi anggota tubuh seperti wajah, tangan, dan kaki:
“Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.” [Al Ikhlas 1]
Sebaliknya seorang Salafi Wahabi dengan bangga menunjukkan kesesatan Syi’ah yang menyatakan bahwa Allah tidak bertempat dan tidak berarah. Katanya pernyataan tsb dari kitab Al Kafi. Kalau begitu, Allah ada di mana-mana dong?
Padahal itulah yang benar. Menurut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah (Aswaja) yang asli juga Allah tidak bertempat dan tidak berarah. Keliru jika mengatakan Allah “ADA DI”, meski itu “Ada di mana-mana”. Allah tidak memerlukan tempat atau pun waktu. Justru Allah yang menciptakan ruang dan waktu. Jika kita menyatakan Allah ada di satu ruang, berarti batallah sifat Allahu Akbar. Allah Maha Besar. Karena Allah ternyata dilingkupi oleh tempat / makhluk ciptaannya. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan.
Pendapat Ulama’ Salaf : ” Allah Wujud Tanpa Bertempat ”
Imam Ahlussunnah; Imam Abu Manshur al-Maturidi (w 333 H), dalam Kitab at-Tauhid; Allah Ada Tanpa Tempat dan Tanpa Arah
Beliau dalam karyanya, Kitab at-Tauhid menuliskan:
إن الله سبحانه كان ولا مكان، وجائز ارتفاع الأمكنة وبقاؤه على ما كان، فهو على ما كان، وكان على ما عليه الان، جل عن التغير والزوال والاستحالة
“Sesungguhnya Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat. Tempat adalah makhluk memiliki permulaan dan bisa diterima oleh akal jika ia memiliki penghabisan. Namun Allah ada tanpa permulaan dan tanpa penghabisan, Dia ada sebelum ada tempat, dan Dia sekarang setelah menciptakan tempat Dia sebagaimana sifat-Nya yang Azali; ada tanpa tempat. Dia maha suci (artinya mustahil) dari adanya perubahan, habis, atau berpindah dari satu keadaan kepada keadaan lain” (Kitab at-Tauhid, hal. 69)
“Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia.” [Al Furqaan 59].
Jangan artikan ‘Arsy dengan langit. Dan jangan pula memikirkan Allah menempel di atas ‘Arsy. Maha suci Allah dari itu. Oleh sebab itu di kalimat berikutnya Allah menyatakan cuma Nabi Muhammad yang lebih tahu soal itu. Kita jangan coba menakwilkannya.
Sebelum Allah menciptakan Langit dan Bumi, Allah sudah ada. Tidak ada di atas langit. Setelah Allah menciptakan Langit dan Bumi, zat dan keadaan Allah tidak berubah mengikuti makhlukNya. Allah tidak nangkring di atas langit. Saat langit dan bumi dihancurkan oleh Allah, apa Allah masih di atas langit? Zat dan Keadaan Allah tidak berubah sebelum langit diciptakan, saat langit ada, atau pun sesudah langit dihancurkan. Allah tidak berubah karena makhlukNya.
Tidak seperti itu. Itu adalah pemahaman yang dangkal terhadap hadits. Tidak sesuai dengan pemahaman para sahabat, tabi’in, dan tabi’it tabi’in. Bahkan para sahabat dan ulama salaf tidak mendiskusikan hal itu. Sekarang masalah Allah di atas langit ini dijadikan oleh kaum akhir zaman sebagai sesuatu yang amat penting. Padahal para sahabat tidak mendiskusikan itu. Begitu kata Habib Umar bin Hafidz.
Maha Suci Allah dari memerlukan tempat. Justru Allah yang menciptakan dan menguasai ruang dan waktu:
“…Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” [Ali ‘Imran 97]
” Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” juga disebut dalam surat Al ‘Ankabuut ayat 6.
Yang bertempat itu cuma makhluk. Bukan Allah. Allah tidak butuh tempat sebagaimana makhlukNya:
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya..” [Huud 11]
Jika Wahabi menyatakan Allah di atas langit dan yang tidak percaya itu kafir, apakah Wahabi akan mengatakan kafir terhadap orang yang mengatakan Allah itu dekat?
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat…” [Al Baqarah 186]
“..Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat.” [Saba’ 50]
“..dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” [Qaaf 16]
Kemudian Salafi Wahabi juga menuliskan Allah dari langit naik-turun ke bumi. Seolah-oleh Allah itu lebih kecil dari Langit. Lebih kecil dari alam semesta. Padahal Maha Suci Allah. Allah Maha Besar. Allah jauh lebih besar daripada Langit dan Bumi. Jika kita gambarkan keyakinan Wahabi jadi seperti ini:

Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda.
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ رواه البخاري( كتاب التوحيد/6940) ومسلم ( صلاة المسافرين/1262) .
“Tuhan kita Tabaaraka wa Ta’ala turun pada setiap malam ke langit dunia saat sepertiga malam terakhir. Lalu dia berkata, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan. Siapa yang memohon kepadaku, niscaya akan Aku berikan. Siapa yang meminta ampun kepada-Ku, niscaya akan aku ampuni.” (HR. Bukhari, Kitab Tauhid, no. 6940, Muslim, Shalatul Musafirin, no. 1262)
النزول’ (turun) menurut Ahlussunnah artinya adalah, bahwa Allah Ta’ala turun dengan dzat-Nya ke langit dunia secara hakiki namun sesuai dengan kebesaran-Nya, dan tidak ada yang mengetahui caranya selain Dia.
Menurut Sunni, Allah itu tidak bisa kita bayangkan. Esa ZatNya. Namun menurut Wahabi yang mengartikan Al Qur’an dan Hadits dengan terjemah ala kadarnya, tidak pakai Majaz / Kiasan, Allah itu punya wajah, 2 tangan yang kanan semua, betis, dan kaki.
Jika Allah ada DI atas langit, kemudian naik turun ke bumi, jadinya Allah itu bukan lagi Maha Besar. Bukan Allahu Akbar. Itu menurut paham Wahabi. Na’udzu billah min dzalik.
Maha Besarnya Allah bisa kita saksikan pada Ayat Kursi:
“…Kursi Allah meliputi langit dan bumi…” [Al Baqarah 255]
Bayangkan, Kursi Allah saja meliputi Langit dan Bumi. Artinya lebih besar dari langit dan bumi. Padahal kursi ini dibanding ‘Arsy seperti titik dengan jagad raya. Dan Allah jauh lebih besar dari ‘Arsy. Jangan sekali-kali membayangkan Allah duduk atau bertempat di atas makhlukNya. Allahu Akbar. Allahu Maha Besar!
Ulama Sunni menafsirkan bukan Allah secara fisik turun ke Bumi kemudian naik lagi, tapi Rahmat Allah turun ke bumi. Kalau Allah turun-naik ke bumi dari langit, kesannya kan Allah lebih kecil dari alam semesta.
“Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Al Hasyr 24]
Menurut Aswaja Allah itu Esa Zatnya. Tidak terbagi2 jadi anggota tubuh. Menurut Wahabi yang berpaham Mujassimah karena menafsirkan Al Qur’an dan Hadits secara kaku, Allah punya wajah, 2 tangan yang semuanya kanan dan berjari, punya betis, kaki, telapak kaki, dsb. Jika tak percaya, coba tanya syekh antum atau cari di website2 Wahabi.
Ini mirip kepercayaan Kristen. Contoh di sini menurut Kristen Allah punya telapak tangan:
ALLAH MEMPERLIHATKAN “TELAPAK TANGAN KANAN-NYA” KETIKA MENJAWAB PERTANYAAN TERAKHIR BAPA SUCI PAUS YOHANES PAULUS II

Kalau meyakini Allah punya wajah, tangan, kaki, dsb lama2 Tuhannya bisa seperti ini…. Atau saat Dajjal datang mengaku sbg Tuhan, dia akan percaya karena meyakini Allah punya jasad. Aqidah Wahabi seperti ini disebut oleh Ulama sebagai Mujassimah yang sesat. Menganggap Allah punya jasad sebagaimana makhluk yaitu wajah, tangan, kaki, dsb. Jika aqidahnya sesat, kok bisa2nya ngaku sebagai penjaga aqidah?
Jadi meski nama sama, yaitu: Allah, ternyata sifat2 Allah Wahabi beda dengan Allah Sunni dan Allah Syi’ah.
Ibaratnya ada Ulama bernama Hasan. Kita ingin berguru dengan Hasan yang sifat2nya adalah Ulama, berakhlak baik, rendah hati, dsb. Nah jika ada orang yang berguru dengan orang yang namanya sama, yaitu: Hasan, tapi sifatnya beda seperti: bodoh, tidak lulus SD, tidak berakhlaq, sombong, dsb. Samakah orang yang berguru dengan Hasan yang Ulama dengan Hasan yang Bodoh? Beda bukan?

Kesimpulan dari saya http://musafirbatin.blogspot.com/ semua perbedaan adalah rahmat,permasalahan yang timbul adalah karena memang tak mengenal ALLAH sebenar benar KENAL.Tak mengerti arti hidup sebenarnya DARIMANA,DIMANA DAN MAU KEMANA....Jika 3 Konsep ini di ketahui Insya Allah tak ada tuding menuding saling menyalahkan satu sama lain.Merosotnya Islam karena satu sama lain ingin membenarkan satu golongan saja dan yang lainnya salah,menurut saya jika masing-masing ingin memperbesar golongan maka yang di dapat hanyalah salah benarnya saja,tapi jika masing masing bersatu ingin membesarkan islam Insya Allah dan yakin bahwa ALLAH akan mempersatukannya.ISLAM itu tidak beda,yang beda MINDSET atau pola pikir personalnya.


KISAH NABI HARUN AS



Nabi Musa termasuk keturunan bani Israil. Dengan demikian ia masih keturunan nabi Ya'kub. Sebab dari nabi Ya'kublah Bani Israil tumbuh dengan pesatnya. la lahir sebelum nabi Isa dilahirkan. Beberapa ulama mengatakan bahwa nabi Musa dilahirkan mempunyai jarak waktu 1700 tahun dengan nabi Isa.
Nabi Musa dilahirkan pada daerah yang subur. Sebab di sana terdapat lembah sungai Nil. Lembah itu masih dalam wilayah Mesir. Masyarakat (bani) Israil mendiami tempat itu karena mereka tidak tahan dengan penindasan yang dilakukan oleh raja Fir'aun. Dalam beberapa waktu lamanya bani Israil merasakan kedamaian dan ketenangan. Namun hal itu tidak sampai berlangsung lama sebab daerah itu sudah diketahui pemerintah Mesir.

Meskipun demikian mereka masih diperbolehkan untuk mengolah tanah pertanian dan sebagai imbalannya mereka harus mengirim upeti pada raja Fir'aun.

Kedamaian ini tidak berlangsung lama, sebab raja Fir'aun memerintahkan membunuh bayi laki-laki yang dilahirkan dari seorang ibu bani Israil.

1. Mimpi Raja Fir'aun dan Pembunuhan Bayi Laki-laki
Ketika nabi Musa masih berada dalam kandungan ibunya, raja Fir'aun bermimpi negeri Mesir terbakar habis. Semula ia tidak menghiraukan mimpinya. Namun hal itu berulang-ulang hingga beberapa malam. Dari sinilah raja Fir'aun selalu merenung memikirkan arti impian itu. Namun ia tidak menemukan jawabannya.
Karena pikirannya selalu tertuju pada impian itu, maka ia memanggil ahli nujum.

" Aku minta bantuan kalian untuk memecahkan arti impianku yang selama ini selalu hadir dalam tidur, "kata raja Fir'aun membuka pembicaraan.

" Telah beberapa hari ini aku bermimpi ada anak kecil yang membakar negeri Mesir sampai habis. Anak itu laki-laki, "kata raja Fir'aun meneruskan pembicaraannya.

" Tolonglah untuk memecahkan arti mimpi itu, "katanya sejurus kemudian. Setelah itu suasana persidangan kembali sepi. Para ahli nujum tampak berpikir keras. Ada yang memejamkan matanya ada pula yang menundukkan wajah.

" Ampun baginda, jika menurut ramalan hamba memang negeri ini akan terbakar habis dan paduka digulingkan dari kursi kerajaan oleh keturunan dari bani Israil, "kata ahli nujum itu menjawab. Semua yang mendengar penuturan itu menghela napas lega. Sebab jawaban itu hampir sama dengan jawaban para ahli nujum lainnya.

" Bagaimana menurut anggapan kalian. Apakah ucapan kawanmu itu benar ? "tanya raja Fir'aun kepada ahli nujum lainnya. Mereka hanya menganggukkan kepalanya saja pertanda setuju dengan ramalan tadi.
Berangkat dari penuturan itulah, akhirnya raja Fir'aun menyuruh semua prajuritnya untuk membunuh setiap anak laki-laki yang dilahirkan dari bangsa Israil. Dengan demikian dapat kita bayangkan bagaimana bayi laki-laki pada waktu itu. Semuanya dibunuh sesuai dengan peraturan raja Fir'aun.

Pembunuhan yang dilakukan oleh Raja Fir'aun terhadap bayi laki-laki itu bertujuan utnuk mencegah adanya kudeta kelak. la sangat takut jika turun dari kursi kejayaan. Untuk itulah ia mengumumkan akan membunuh bayi laki-laki yang dilahirkan oleh seorang ibu bani Israil.

Dengan adanya peraturan itu, tentu saja kedamaian bani Israil terganggu. Setiap hari selalu lerdengar ratapnya seorang ibu yang melihat anaknya dibunuh oleh prajurit Fir'aun. Jika orang tuanya melawan akan dibunuh pula. Hal ini berlangsung hingga lama.

Kekejaman Fir'aun sudah diabadikan dalam Al Qur'an surat Qoshsosh ayat 4: 
Artinya:
Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang dimuka bumi dan menjadikan penduduknya terpecah belah, dengan menindas segolongan dan mereka, menyembelih anak laki-iaki dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang yang berbuat kerusakan. (Qoshsosh: 4)

Kekejaman Fir'aun tidak berhenti sampai disitu saja.la mengadu domba antara golongan masyarakat satu dengan yang lainnya. Sehingga timbullah perselisihan. Hal ini dilakukan karena Fir'aun sangat takut dengan penggulingan tahtanya. la berpikiran jika rakyatnya sudah terpecah belah, maka tidak ada kekuatan untuk melawan dirinya. Sungguh tipu daya yang baik sekali. Namun tipu daya itu tidak selamanya jaya, sebab kelak kerajaannya akan hancur. Dan yang menghancurkan kekuasaannya adalah keturunan bani Israil. Dialah Musa As.

Raja Fir'aun tidak berani menghadapi kenyataan sebab ia sudah berdosa pada bani Israil sebelum penyembelihan bayi laki-laki. Fir'aun telah memusuhi bani Israil sebelumnya sehingga mereka hidup di wilayah terpencil

2. Pembuangan Bayi Musa
Di saat terjadi penganiayaan dan penyembelihan terhadap semua bayi laki-laki dari bani Israil, lahirlah Musa dari rahim seorang wanita.lbunya sangat cemas pada keselamatan bayi itu. la tidak tega jika para prajurit menyembelih anaknya yang tampan dan molek itu.

Untunglah ia melahirkan pada malam hari, sehingga para prajurit tidak mengetahui kelahiran tersebut. Sungguh Allah akan melindungi umat pilihan-Nya. Begitu pula dengan kelahiran nabi Musa. Semua prajurit tidak menyangka bahwa di daerah bani Israil masih ada orang yang melahirkan bayi laki-laki.

Meskipun demikian ibu Musa sangat cemas dan takut. la cemas dengan keselamatan anaknya. Dan ia takut jika anaknya sampai diketahui prajurit. Tentu mereka akan membinasakan bayi nabi Musa.

Sebelum prajurit mengetahui kelahiran Musa di saat itu pula Allah menghendaki lain. Allah memerinntahkan ibu Musa untuk menghanyutkan anaknya di sungai Nil. Semula ibunya ragu. namun demi keselamatan mereka bersama, akhirnya ia merelakan juga.

Nabi Musa yang masih bayi itu dihanyutkan dan dimasukkan dalam peti. Ibunya menatap peti itu dengan berurai air mata.

" Jika Allah menghendaki kelak pasti kita akan bertemu. "demikian kata wanita itu. la yakin Allah akan melindungi anaknya.

Peti berisi bayi Musa itu hanyut dan mengikuti aliran sungai Nil sampai di belakang istana. Kebetulan istri Fir'aun sedang mandi di sungai Nil. la sangat heran begitu melihat sebuah peti terapung di atas air. Semakjn lama peti itu semakin mendekati dirinya. Kemudian peti itu diambil dan dibukanya. Betapa terkejutnya ia begitu melihat isi peti itu. Ternyata dalam peti ada seorang bayi laki-laki elok rupanya.

Istri Fir'aun segera menggendongnya. la sangat senang kepada bayi itu sebab selama ini dia belum dikaruniai anak. Bayi itupun dibawa pulang ke istana dan ditunjukkan pada Fir'aun.

" Baginda, hamba mendapatkan seorang bayi yang molek dan hamba berniat untuk mengambilnya sebagai anak angkat, kata isterinya dengan suka cita. Sebentar-sebentar diciumnya kening bayi itu.

Semula Fir'aun tidak mau menerima bayi itu sebagai anaknya. la berprasangka bahwa bayi itu yang kelak akan menghancurkan kerajaannya. Namun setelah isterinya bersikeras, maka Fir'aun pula mengabulkan juga.
Ketika bayi itu lapar, maka terdengarlah tangisnya. Semula istri Fir'aun memberikan air susunya, namun bayi Musa tidak mau mengisap. la tetap menangis. Karena kebingungan, akhirnya istri Fir'aun mencari seseorang yang mau menyusui anak angkatnya. Semua wanita mencoba memberikan air susunya, namun bayi nabi Musa tetap menolaknya.

Ibu nabi Musa mendengar bahwa bayinya tidak mau diteteki wanita manapun. Dan ia mendengar bahwa bayinya telah dipelihara dalam istana. Semula ia khawatirakan keselamatan anaknya. Namun kekhawatirannya itupun sirna, sebab semuanya diserahkan pada Allah.

Akhirnya datanglah ibu Nabi Musa ke istana. la menyamar sebagai wanita inang. Ia tetap menyembunyikan kenyataan yang sebenarnya.

Sungguh besar kekuasaan Tuhan. Akhirnya ibu dan anak itu dipertemukan lagi. Setelah ibunya memberikan air susunya, barulah nabi Musa terdiam. Semua wanita yang hadir dan yang telah mencoba menyusui bayi nabi Musa merasa heran. Meskipun demikian mereka tidak berani mengatakan yang bukan-bukan di hadapan permaisuri.

Karena bayi Musa lebih cocok dengan air susu ibunya, maka permaisuri menyuruhnya tinggal dalam istana. Dengan demikian nabi Musa dibesarkan ibunya sendiri dengan mendapatkan bayaran dari raja Fir'aun.
Berangsur-angsur kecurigaan Fir'aun itu lenyap terlupakan. la menyayangi anak angkatnya (nabi Musa) dengan sepenuh hati. Sebab ia tidak mendapatkan anak sama sekali setelah sekian lama berumah tangga. Menurut sebuah riwayat istri Fir'aun bernama Siti Aisyah…
  Kian hari bayi Musa kian dewasa. Ibunya sendiri yang mengasuh hingga ia jadi besar. Setiap hari ibunya memberi tahu, bahwa Musa bukan anak Fir'aun yang sebenarnya.
" Wahai Musa, kau bukanlah anak Fir'aun. Margamu adalah bani Israil dan aku adalah ibumu yang sebenarnya, "kata ibu nabi Musa memberi keterangan. la berusaha meyakinkan anaknya.

" Jika memang demikian, apakah ibu adalah isteri ayahanda, "tanya nabi Musa kepada ibunya.

" Ibumu ini bukan istri Fir'aun. Kamu kupelihara sampai saat ini tidak ada yang mengetahui asal usulmu. Jika mereka mengetahui dirimu yang sebenarnya, maka kau akan dibunuh, "kata ibunya menjelaskan dengan suara berbisik.

Coba terangkan padaku. Bagaimana aku berada disini sedangkan Fir'aun bukan ayahku yang sebenarnya. Dan jika mereka mengetahui asat-usulku, maka akan membunuhku. Apa yang telah terjadi, "tanya nabi Musa dengan suara yang ditahan.

Kemudian ibunya menerangkan kejadian yang sebenarnya. Nabi Musa mendengarkan cerita ibunya dengan seksama. Kadangkala kelihatan wajahnya merah padam mendengar penuturan itu.

" Jadi Fir'aun yang selama ini kukira ayahku hendak membunuhku juga hanya ramalan ahli nujum, "katanya kemudian.

" Betul anakku. Jika kau tidak kuhanyutkan di sungai Nil tentu prajurit akan menyembelih seperti yang telah dilakukan pada semua bayi laki-iaki, "kata ibunya menerangkan.

Karena sejak kecil ia berkumpul dengan ibunya, maka semua rahasia yang disembunyikan Fir'aun diketahui. Hal ini membuat sakit hatinya. Namun untuk berbuat sesuatu ia tidak berani.

Setelah dewasa, nabi Musa masih dalam ruang lingkup istana Fir'aun. Raja Fir'aun telah melupakan kejadian belasan tahun yang silam. la menganggap nabi Musa sebagai anaknya sendiri.

Pada suatu ketika disaat nabi Musa berjalan-jalan di kota raja, ia melihat dua orang sedang bertengkar. Satu diantara orang itu dari bani Israil. Sedangkan yang satu golongan Fir'aun. Merasa kaumnya ditindas seperti Itu, maka darah mudanya menggelegak dan meninju orang itu. Tidak disangka tangan nabi Musa dapat membunuh orang itu hanya sekali pukul. Sedangkan golongan bani Israil melarikan diri.

Kejadian itu disaksikan oleh khalayak ramai. Karena pembicaraan orang-orang yang melihat peristiwa itu tidak dapat dihentikan akhirnya sampai juga di telinga Fir'aun. Mendengar kaumnya dibunuh oleh anak angkatnya, maka kemarahannya pun memuncak. Dipanggil isterinya dan dimarahi sebab anak yang diasuh sejak kecil telah membunuh kaumnya. Secara tidak langsung nabi Musa menghina ayah angkatnya, itu pikirnya.

Karena seharian nabi Musa tidak muncul, maka Fir'aun menyuruh semua pengawal dan algojonya mencari pemuda itu. Ternyata nabi Musa telah melarikan diri dan sudah meninggalkan istana. Nabi Musa melangkah tanpa tujuan pasti, sebab sejak kecil ia tidak pernah bertualang. Untuk itulah ia memohon kepada Allah agar menunjukkan jalan keselamatan.

Allah menuntun kaki nabi Musa hingga sampai di sebuah telaga negeri Madyan. la melihat sekelompok manusia sedang mengambil air dengan cara berebutan. Tampak disana dua orang perempuan yang tidak berebut. Mereka hanya melihat saja.

Nabi Musa mendatangi dua perempuan itu sambil menanyakan sebab musabab mereka tidak mau berebut air. Kedua orang perempuan itu menjelaskan bahwa dirinya tidaklah begitu kuat untuk menerobos kaum laki-laki. Kemudian mereka menerangkan siapa dirinya yang sebenarnya.

Karena kasihan melihat kedua perempuan itu, akhirnya nabi Musa membantunya untuk mengambilkan air. Betapa kuatnya ia, sebab orang-orang yang sedang berebut semuanya minggir begitu nabi Musa menerobos disela-sela mereka.

Kedua perempuan itu berterima kasih kepada nabi Musa. Kemudian mereka menanyakan asal usulnya. Kedua perempuan itu mendengarkan cerita nabi Musa dengan seksama. Karena merasa kasihan padanya, akhirnya kedua perempuan itu mengajak untuk mampir ke rumahnya.

" Anak muda, kata putriku kaulah yang menolong mereka, "tanya nabi Syu'aib. Ternyata kedua perempuan itu adalah anak nabi Syu'aib. Nabi Musa mengiyakan dengan menganggukan kepalanya.

" Ketahuilah aku adalah Syu'aib dan Allah telah mengangkatku sebagai nabi, "kata nabi Syu'aib memperkenalkan dirinya.

" Saya bernama Musa, dan merupakan orang pelarian. Sebab pengawal-pengawal Fir'aun akan membunuhku dikarenakan aku telah membunuh kaumnya, "kata nabi Musa menjelaskan. Nabi Syu'aib menanyakan sebab musababnya sehingga terjadi pembunuhan itu. Nabi Musa menceritakan dengan sebenarnya. Tahulah sudah bahwa nabi Musa berada dalam golongan benar. Nabi Syu'aib juga mengetahui tanda-tanda kenabian pada diri Musa.

Dengan diam-diam salah seorang anak nabi Syu'aib berdoa pada Allah.

" Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku !" doa salah satu putri nabi Syu'aib.

Allah mengabulkan doanya. Sebab nabi Musa tidak dapat menolak disaat putri itu meminta ayahnya agar membiarkan ia menjadi gembala ternaknya. Setelah beberapa bulan berlalu, maka nabi Musa sendiri yang meminang putri nabi Syu'aib. Nabi Syu'aib pun merestui. Sebagai mas kawinnya adalah Musa harus bekerja padanya selama delapan tahun. Nabi Musa pun menuruti perintah ayah mertuanya.

Setelah delapan tahun ia bekerja disana maka perkawinan dilaksanakan. Tiada pesta yang menandai perkawinan mereka. Seusai meresmikan pernikahan, nabi Musa ingin sekali menjenguk ibunya di Mesir, Hal itu diutarakan pada mertuanya.

Permintaan nabi Musa dikabulkan mertuanya, sebab mereka sama-sama menyadari bahwa keduanya menjadi utusan Allah. Namun sebelum berangkat nabi Syu'aib memberikan tongkat untuk dijadikan senjata nabi Musa.

Nabi Musa bersama isterinya berjalan dengan sembunyi-sembunyi karena takut diketahui oleh tentara Mesir. Mereka lebih senang berjalan pada malam hari. Karena pada saat seperti itu tentara Mesir tidak akan mengetahui kedatangannya.

Suatu ketika, tatkala nabi Musa berjalan dengan isterinya seperti biasa, ia melihat ada percikan api dikejauhan. Nabi Musa berniat untuk mengambilnya dan hendak dijadikan penerang jalan. Semakin dekat ia mendatangi api itu berasal dari rumah penduduk setempat. Betapa kagetnya ketika ia mengetahui bahwa api itu pada pohon dan kayunya tidak terbakar sedikitpun.

Di saat itu pula nabi Musa mendengar wahyu Allah : " Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam. Sembahlah Tuhan Allah. Tiada Tuhan selain Dia, "begitulah wahyu itu turun. Allah juga menyuruh nabi Musa memasukkan tangannya kedalam api itu. Nabi Musa menuriti perintah itu. Api itu merupakan mukjizat tersendiri baginya. Sebab dari api itu ia akan berani menghadapi siapapun juga. Termasuk Fir'aun.
Kemudian ia kembali pada istrinya dan menceritakannya peristiwa itu. Istrinya hanya tercengang keheranan mendengar cerita nabi Musa. Merekapun lalu berangkat menuju kota raja.

3. Harun Sepupu Musa Diangkat Menjadi Nabi dan Rasul
Sebelum kisah nabi Musa kita teruskan, ada baiknya kita mengetahui cerita nabi Harun secara singkat. Sebab kedua nabi itu tidak dapat dipisahkan kisahnya. Secara kebetulan pula hidup secara bersama. yaitu pada masa kerajaan Fir'aun.

Ketika nabi Musa melakukan pembunuhan dan melarikan diri, Harun tidak tahu persoalannya, sehingga ia selamat dari kekejaman raja yang dzolim itu. Dengan demikian ia bisa hidup bebas di negeri Mesir. Karena pergaulannya di negeri itu maka setiap hari ia selalu menggunakan bahasa Mesir sehingga ia sangat fasikh.
Peristiwa pengangkatannya menjadi nabi ini semula karena nabi Musa mendapat wahyu dan menerima mukjizat. la (nabi Musa) meminta agar Allah menjadikan saudaranya itu seorang nabi pula. Hal ini disebabkan kurang pandai jika menghadapi Fir'aun.

" Ya Allah, jadikanlah saudaraku Harun sebagai pesuruh Mu,… 
sebab ia fasih dan tegas. Selain itu agar ada orang yang membenarkan kenabianku, "nabi Musa berdoa dengan mengangkat tangannya.. Doa itu dikabulkan oleh Allah. Dengan demikian Harun yang masih saudara sepupu nabi Musa juga menjadi seorang nabi dan Rasul.
4. Dialog Nabi Musa Dengan Fir'aun.
Dengan berbekal mukjizat yang telah diberikan Allah dan diterima saudaranya (Harun) yang mengikuti setiap langkahnya akhirnya mereka memberanikan diri menghadap Fir'aun, Semula para prajurit hendak menangkap beliau, namun hal itu tidak sampai terjadi sebab nabi Musa dan Harun mendapat perlindungan dari Allah.

Akhirnya tibalah mereka di istana Fir'aun. Mereka mengharapkan agar Fir'aun mau menerimanya kembali dan mau mengikuti ajarannya. la mengharapkan demikian karena mereka sudah lama berpisah dan nabi Musa mengira Fir'aun telah insyaf.

Betapa murkanya Fir'aun ketika melihat kedatangan nabi Musa dan Harun ke Istana Mesir.

" Sungguh bagus sekali kau datang menyerahkan dirimu. Aku sudah lama menunggu saat-saat seperti ini, karena aku tidak lagi membuang-buang tenagaku mencarimu, "kata Fir'aun kepada kedua nabi itu dengan berdiri sambil bertolak pinggang.

" Ketahuilah wahai baginda, sesungguhnya aku datang bermaksud mengajak berdamai. Dan aku mengharapkan kalian mau mengikuiti ajaranku. Akan kutunjukkan jalan kebenaran, "kata nabi Harun yang mewakili nabi Musa.

" Apa yang baru saja kau ucapkan kepadaku, hai anak tidak tahu balas budi. Aku akan berdamai dan menuruti semua ajaranmu. Sungguh gila jika aku mengikutimu, "kata Fir'aun naik pitam.

" Apa yang kau andalkan sehingga berani berkata demikian dihadapanku, "tambahnya.

" Aku dan saudaraku adalah pesuruh Allah. Hanya Dia yang patut disembah. Aku diberi mukjizat oleh Allah, "kata nabi Musa dan nabi Harun hampir bersamaan.

" Aku adalah tuhan bagi seluruh rakyat Mesir, termasuk kalian. Tidak tahukah kau selama ini ? "tanya Fir'aun dengan congkaknya. la Sudah berani menyebut dirinya tuhan.

Betapa terkejutnya nabi Musa dan Nabi Harun mendengar ucapan Fir'aun. Mereka tidak menyangka jika Fir'aun berani menganggap dirinya demikian.

" Sungguh kau berdosa besar sebab mengakui dirimu Allah, "kata nabi Musa dengan suara datar.

" Apa yang bisa kau lakukan jika kau benar-benar Tuhan ? "tanya Harun menimpali.

" Aku bisa menyuruh tukang sihir untuk membuat sesuatu sesuai dengan kehendakku, "kata Fir'aun. Kemudian ia menyuruh nabi Musa dan nabi Harun untuk menemuinya besok di alun-alun.

Akhirnya kedua nabi itu melayani tantangan Fir'aun. Semalaman mereka tidak dapat tidur, mereka meminta pada Al­lah kemenangan dan mereka berdoa dan shalat agar Allah merestuinya.

Keesokkan harinya di alun-alun sudah penuh sesak rakyat yang hendak menonton pertandingan antara tukang sihir Fir'aun dengan nabi Musa. Mereka ingin melihat bukti yang dibawa nabi Musa.

" Wahai Musa, kini aku akan menunjukkan padamu berdua bahwa aku bisa berbuat apa saja sesuai dengan kehendakku, "kata Fir'aun, sambil mengisyaratkan agar tukang sihir menunjukkan kebolehannya.

Setelah menyembah sebentar, para tukang sihir itu pun saling melemparkan tali porlon ke tengah alun-alun. Sungguh ajaib, dalam waktu singkat tali-tali itu berubah menjadi ular kecil yang ribuan jumlahnya. Ular-ular sihiran itu mendekati nabi Musa yang tengah berdiri di hadapan khalayak ramai.

" Bismilahirrohmanirrahim, "kata nabi Musa dalam hati. Sesudah menyebut nama Allah nabi Musa melemparkan tongkat yang dipegangnya. Tongkat itu sekonyong-konyong menjadi ular besar dan memakan ular-ular sihiran. Dalam waktu sekejab semua ular sihiran habis ditelannya.

Melihat hal ini beberapa tukang sihir terperangah sebab selama hidupnya belum ada orang yang dapat menandingi keahliannya. Namun kali ini seorang pemuda telah menunjukkan kebolehannya bahkan keahliannya di atas mereka. Dengan serta merta tukang sihir itu mengakui kenabian Musa dan Harun. Kemudian ingin menjadi pengikutnya. Nabi Musa senang sekali mendengar penuturan tukang sihir-sihir itu.

Begitu melihat ular sihiran itu habis dan tukang sihir banyak yang mengikuti Musa membuat Fir'aun berang. Dengan demikian kesombongannya telah berakhir. Apa lagi ia sudah tidak bisa membuktikan ucapannya yang pernah dikatakan pada kedua nabi itu.

Meskipun demikian ia tidak mau mengakui kekalahannya. la berusaha untuk mempermalukan nabi Musa di hadapan rakyatnya. Dengan mata melotot ia rnemanggil kedua nabi itu.

" Meskipun kau menang dalam pertandingan ini jangan harap aku akan tunduk pada kalian. Kaulah yang harus tunduk kepadaku, sebab aku adalah tuhan yang harus kau sembah ! "kata Fir'aun kepada nabi Musa dan nabi Harun. la tidak mau mengikuti ajaran nabi Musa. Bahkan ia masih menganggap dirinya tuhan yang harus disembah.

" Jika kau benar-benar tuhan, maka tunjukkanlah kekuasaanmu ! "kata nabi Musa. Beliau sangat geram sebab Fir'aun tidak mau mengakui kenabiannya.

" Baiklah. Wahai rakyatku apakah kau membenarkan ocehan Musa. Jika tidak, maka bersujudlah kepadaku, "teriak Fir'aun memperingatkan rakyatnya. Rakyat yang takut terhadap kekejaman Fir'aun segera bersujud.

" Apalagi yang kau inginkan dengan kekuasaanku ? "tanya Fir'aun setelah semua rakyatnya bersujud kepadanya.

" Jika kau benar-benar tuhan, aku ingin kau menerbitkan matahari dari barat dan tenggelam di sebelah timur, "kata nabi Musa. Fir'aun hanya tertegun mendengar permintaan nabi Musa. Mana mungkin dapat memenuhi permintaan itu, pikirannya dalam hati.

Rakyat yang mendengar permintaan nabi Musa pun ikut berpikir. Sungguh mereka tidak menduga jika nabi Musa dapat memenangkan perdebatan itu dengan rnudah. Mereka menyadari bahwa selama ini mata hatinya tertutup debu dosa. Memikir sampai di situ akhirnya rakyat yang mengikuti ajaran Musa dan membenarkan kenabiannya semakin banyak. Tentu saja hal ini membuat Fir'aun marah. Dengan perasaan malu, berteriak memberi peringatan pada rakyat siapa saja yang tunduk pada nabi Musa.

Namun teriakan itu hanya disambut dengan teriakan-teriakan yang mengejek dirinya sendiri. Sedikit demi sedikit rakyatpun meninggalkan alun-alun. Fir'aun hanya dapat memandang mereka tanpa bisa berbuat apa-apa. la tertegun sampai rakyat yang tadinya memadati alun-alun keluar semuanya.

"Wahai pengawal, ayo kita kejar Musa dan orang-orang bodoh itu, "teriak Fir'aun begitu tersadar. Dengan serta merta mereka mengejar Musa dan pengikutnya.

Namun Musa bersama pengikutnya sudah jauh meninggalkan alun-alun. Meskipun demikian pasukan Fir'aun tidak putus asa. Mereka yakin akan dapat mengejar nabi Musa. Sebab mereka berkuda sedangkan Musa hanya berjalan kaki.

Keyakinan itu menjadi kenyataan sebab tidak berapa lama setelah pengejaran dilakukan tampaklah kelompok nabi Musa di depan mereka. Raja Fir'aun sangat senang melihat hal ini. Dalam hatinya berjanji akan membunuh Musa jika tidak menyembah dan tunduk padanya.

5. Azab Allah Pada Bala tentara Fir'aun
Ketika mereka mengetahui dan melihat pengikut nabi Musa, maka semakin dipacu kuda-kudanya. Dengan perasaan bangga Fir'aun mengajak pasukannya agar cepat menyusul nabi Musa dan pengikutnya. Sementara itu pengikut nabi Musa merasa cemas sebab dari kejauhan sudah tampak pasukan kerajaan mengejar dibelakangnya

Semakin lama bala tentara Fir'aun semakin dekat. Kegelisahan pangikut nabi Musa semakin memuncak sebab di depan mereka terbentang laut Merah yang menghalang.

" Wahai Musa, kemana lagi kita akan menghindar. Lihatlah pasukan Fir'aun dibelakang kita dan laut Merah membentang di hadapan, "teriak pengikut meminta pertimbangan nabi Musa.

"Tenanglah saudaraku, yakinlah bahwa Allah akan membantu kita, "kata nabi Musa berusaha menghibur. Setelah mereka berada di tepi pantai, maka nabi Musa memukulkan tongkalnya ke air laut itu.

Dengan kekuasaan Allah, maka laut itu menjadi daratan. Dan airnya terbelah sehingga dibagian kiri dan kanan jalan itu menyerupai dinding air. Dengan penuh keyakinan pengikut nabi Musa melangkah dan melewatinya. Mereka berlari sambil mengucapkan pujian kepada Allah. Sehingga mereka tiba di seberang lautan dengan selamat.

Lain halnya dengan pasukan Fir'aun. Mereka tidak menghiraukan pada jalan "ajaib" itu. Mereka hanya memikirkan menangkap nabi Musa dan pengikutnya, sehingga tetap mengejarnya.

Begitu nabi Musa dan pengikutnya berada di seberang sedangkan pasukan Fir'aun masih ditengah perjalanan (ditengah laut), nabi Musa memukulkan tongkatnya kembali, Sungguh luar biasa, sebab dalam waktu singkat daratan itu kembali menjadi lautan. Dengan demikian Fir'aun dan pasukannya tenggelam di tengah lautan.
Menurut sebuah riwayat kuda Fir'aun sebenarnya tidak mau menjejakkan kakinya pada jalan "ajaib" itu. Namun Allah mengutus malaikat untuk mengendarai kuda betina sehingga ikutlah kuda Fir'aun.

6. Patung Samiri
Setelah mereka selamat dari pengejaran Fir'aun, maka Musa mendapat wahyu untuk kembali lagi ke Mesir. Sebab rakyat Mesir sudah berada dalam jalan kesesatan. Nabi Musa meninggalkan
  mereka karena mendapat wahyu Allah untuk menyempurnakan kerasulannya sekaligus menerima sebuah kitab yang dapat dijadikan pegangan hidup. Kitab itu adalah Taurat.

Namun sebelum meninggalkan pengikutnya, ia berpesan pada Harun agar menjaga dan selalu beribadah kepada Allah. Nabi Harun yang mendapat tugas itu menyatakan kesediaannya. Maka Musapun meninggalkan mereka dengan hati yang tenang.

Nabi Musa berjanji akan kembali setelah menerima kitab dan ajaran dari Allah. Nabi Musa memperkirakan 40 hari lamanya.

Namun apa yang terjadi sepeninggal nabi Musa. Pengikutnya tidak lagi mendengarkan seruan nabi Harun. Mereka telah menjadi murtad. Sebab mereka tidak menyembah Allah, melainkan patung sapi dari emas.
Patung itu diberi nama "samiri" sebab yang menciptakan adalah seorang yang bernama Samiri. Patung itu disembah dan dipuja. Melihat hal ini nabi Harun tidak bisa tinggal diam. la mengancam akan melaporkan pada nabi Musa jika sudah datang. Namun ancaman itu tidak digubris sama sekali.

Pengikut nabi Musa yakin bahwa sesembahan mereka adalah penjelmaan Allah. Sebab patung itu bisa bersuara. Selain itu Samiri juga mengatakan bahwa patung itu adalah sesembahan Musa juga. Sungguh hal ini tidak masuk akal.

Menurut riwayat patung itu bisa bicara karena didalamnya telah dimasuki segumpal tanah bekas kaki Jibril di pinggir laut, manakala menghalau kuda fir'aun yang tak mu berjalan.

Nabi Harun yang mengetahui perbuatan itu memberi nasehat agar segera meninggalkannya. Namun nabi Harun semakin dimusuhi mereka. Bahkan mengatakan Harun tidak mengakui adanya penjelmaan Allah.
Perbuatan itu berlangsung hingga nabi Musa datang. Betapa kagetnya ia begitu melihat kaumnya telah berubah haluan. Mereka telah menyembah patung anak sapi. Dengan langkah panjang dan perasaan marah ia mendatangi nabi Harun.

" Hai Harun, apa yang telah menghalangi kamu ketika melihat mereka telah sesat ? "tanya nabi Musa sambil memegang janggut nabi Harun.

" Wahai anak saudara ibuku, sesungguhnya aku telah melarang Samiri menyembah patung itu. Namun mereka tidak mengindahkan, kata nabi Harun menjelaskan.

Nabi Musa yang masih diliputi perasaan marah mendatangi Samiri.

" Apakah yang mendorong kau membuat patung sapi, hai Samiri ? "tanya nabi Musa dalam keadaan marah.
"Aku mengetahui sesuatu yang merasa tidak mengetahuinya. Dan aku mengetahui jejak Jibril, lalu aku mengambilnya dan memasukkan ke dalam patung itu sehingga bisa bersuara, "kata Samiri menjelaskan. Mendengar penuturan itu nabi Musa semakin marah. Dengan cepat ia hendak memukul Samiri namun tidak dilakukannya.

Nabi Musa akhirnya mengusir Samiri beserta penyembah patung lainnya. Demikianlah sepak terjang nabi Musa dalam menegakkan agama Allah.

Dalam Al Qur'an surat Al Baqoroh ayat 54 telah diterangkan kemarahan nabi Musa kepada Samiri. 
Artinya:
Ketika nabi Musa berkata pada kaumnya, hai kaumku ! Sesungguhnya engkau telah berbuat aniaya pada dirimu sendiri. Oleh karena itu kamu menjadikan anak lembu menjadi tuhan. Maka tobatlah kamu kepada Allah yang menjadikan kamu. Dan bunuhlah dirimu ! Demikian lebih baik bagimu, pada pandangan Tuhan yang menjadikan kamu. Maka diterimalah tobat kamu. Karena ia penerima tobat lagi penyayang.

7. Umat Nabi Musa Ingin Melihat Tuhan
Umat nabi Musa termasuk umat yang keras kepala, sebab hatinya telah tertutup debu kekufuran yang telah diajarkan Fir'aun. Sifat inilah yang senantiasa diwaspadai nabi Musa. Sebab itu tidak mudah dihilangkan.
Benar saja, sebab mereka (kaum Musa) mau bertobat sungguh-sungguh asalkan sebelumnya diperlihatkan padanya ujud Tuhan. Sungguh permintaan orang-orang kafir. Meskipun demikian nabi Musa menuruti permintaan itu.

Kemudian diajaklah oleh nabi Musa orang-orang itu pada sebuah gunung. Mereka disuruh menunggu beberapa saat lagi. Mereka mengikuti ucapan nabi Musa. Setelah itu nabi Musa berdoa pada Allah.
Tidak berapa lama kemudian datanglah halilintar yang menyambar orang-orang itu. Karena mereka tidak menyangka akan terjadi seperti itu akibatnya tidak ada yang sadarkan diri. Jangankan melihat ujud Allah, sedangkan melihat halilintar saja tidak sanggup.

Permintaan itu telah diterangkan dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 55 sampai 56. Artinya :

Ingatlah ketika Bani Israil berkata: "Hai Musa, kami takkan percaya kepada engkau sebelum kami melihat Allah itu secara terang-terangan (dengan mata kepala sendiri). Maka halilintarlah yang datang menyambar kamu. Sedang kamu tidak melihatnya, hingga mati semua. (Al Baqarah : 55)
Kemudian Kami hidupkan kamu sesudah mati, mudah-mudahan kamu bersyukur kepada Kami. (Al Baqarah : 56)

8. Nabi Musa Berguru Pada Nabi Khidir
Kisah ini disebabkan nabi Musa menjawab pertanyaan kaumnya dengan tidak dipikir dahulu. Waktu itu ada seorang yang bertanya siapa diantara manusia paling pandai. Kemudian tanpa pikir panjang nabi Musa menjawab dirinyalah yang terpandai.

Sesudah mengatakan demikian, nabi Musa mendapat peringatan dari Allah atas jawaban itu. Allah menunjukkan masih ada hambanya yang lebih pandai. Dialah nabi Khidir. Kemudian Allah menunjukkan tempat tinggal nabi Khidir, maka berangkatlah nabi Musa untuk menemuinya sekaligus berguru padanya.

Allah menunjukkan arah tempat tinggal nabi Khidir, yakni diantara dua lautan. Untuk menentukannya maka nabi Musa harus membawa seekor ikan. Jika ikan itu hilang maka disitulah nabi Khidir berada. Singkat cerita ikan itu lenyap dari tempatnya di saat nabi Musa tertidur. Setelah terbangun maka dicari tempat nabi Khidir. Tidak lama kemudian bertemulah ia dengan nabi Khidir. Nabi Musa menjelaskan maksudnya dengan terus terang. Sekaligus ingin memetik ilmu dari nabi Khidir. Semula nabi Khidir menolak, namun ketika melihat kesungguhan nabi Musa akhirnya diperbolehkan iuga.

Sebelum berangkat meninggalkan tempat itu terlebih dahulu nabi Khidir memberi peringatan pada nabi Musa. Isi persyaratan itu ialah agar nabi Musa menyetujuinya dan berangkatlah mereka. Ujian pertama ialah dengan pecahnya sebuah perahu yang ditumpangi mereka. Perahu itu pecah ketika masih berada di tengah lautan. Sedangkan nabi Khidir yang melakukannya. Nabi Musa bertanya pada nabi Khidir tentang perbuatan itu. Namun nabi Khidir hanya menjawab, bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa kau tidak sabar mengikutiku.

Setelah mereka sampai ditepi pantai, maka nabi Musa mendapat ujian yang kedua. Ketika mereka sampai di sebuah desa, nabi Khidir membunuh seorang bocah. Melihat ini nabi Musa bertanya. Namun jawabannya sama dengan jawaban pertama. Perjalananpun diteruskan hingga mereka di satu negeri Antakia. Keduanya meminta pada orang-orang negeri itu agar diberi makan. Namun semuanya tidak ada yang memberi.

Mereka berjalan terus dan sampailah pada sebuah bangunan yang hampir roboh. Lagi-lagi nabi Khidir melakukan perbuatan yang aneh. la mengajak nabi Musa untuk memperbaiki bangunan tersebut. Setelah bangunan selesai, maka bertanyalah nabi Musa. Disinilah mereka akhirnya berpisah. Namun sebelumnya nabi Khidir menjelaskan perbuatan yang telah dilakukan itu. Nabi Khidir menjelaskan semuanya. Perbuatan yang dilakukan pertama kali ialah tentang perusakan kapal.

Di negeri yang menjadi tujuan itu hiduplah seorang raja yang tama' dan serakah. Jika kapal itu tidak dirusak niscaya raja akan merampasnya. Yang kedua ialah tentang pembunuhan anak kecil. Jika anak itu tidak dibunuh niscaya akan menyeret orang tuanya pada perbuatan kemaksiatan. Sebab orang tua anak itu telah beriman. Dan yang ketiga, aku berkenan memperbaiki bangunan itu meskipun penduduknya tidak menghiraukan kita karena bangunan itu milik anak yatim.

Di dalam rumah itu ada berbagai perhiasan. Jika rumahnya roboh tentu harta itu akan diambil or­ang jahat, "kata nabi Khidir menjelaskan. Kemudian nabi Khidir menyuruh nabi Musa untuk meninggalkannya. Sebab sudah menjadi kesepakatan bersama jika nabi Musa menanyakan suatu perkara akan berpisah.
Maka berpisahlah kedua nabi itu. Demikianlah sedikit berita tentang nabi Musa yang berguru pada nabi khidir. 

KISAH NABI DAUD AS



Nabi Dawud merupakan keturunan nabi Ibrahim yang kedua belas dari istrinya Siti Sarah. Dengan demikian ia masih keturunan nabi Ishaq. Beliau memegang tampuk pemerintahan sesudah raja Thalut wafat.
Nabi Dawud diutus Allah untuk membenahi akhlak kaum nabi Musa. Sebab sepeninggal nabi Musa dan Harun, para pengikutnya melupakan semua ajarannya. Sepeninggal kedua nabi itu kaum bani Israil dipimpin oleh Yusa’ bin Nun sampai akhir hayatnya.

Kemudian bani Israil dipimpin seorang nabi Yaitu "Samuel". Allah mengutusnya ditengah-tengah akhlak umat yang sudah porak poranda. Kaum bani Israil menyuruh Samuel untuk memintakan seorang raja yang dapat dijadikan perlindungan. Sebab mereka telah ditindas oleh seorang raja yang dholim.

" Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu, "kata Samuel menerangkan. Mendengar perkataan itu, seluruh Bani Israil mencemooh Thalut sebab ia orang miskin. Namun Samuel menjelaskan tentang diri Thalut sebenarnya. Barulah Bani Israil mengakui pemilihan itu.

Setelah diangkat menjadi raja, Thalut mengumpulkan bala tentara dan diajarkan bagaimana cara berperang dengan musuh. Setelah semua prajurit tahu cara-caranya, barulah mereka berangkat perang melawan pasukan Thalut. Thalut adalah raja yang menindas bani Israil

Di tengah perjalanan raja Thalut berpesan pada prajuritnya agar tidak meminum air sungai yang hendak dilaluinya. Karena merupakan ujian dari Allah.

" Aku ingatkan pada kalian jangan ada yang meminum air sungai yang hendak dilalui. Barang siapa yang minum berarti bukan golonganku. Kemudian mereka melanjutkan perjalanannya. Sebagian dari prajuritnya meminum air sungai. Sedangkan sebagian menuruti perintah rajanya.

Bagi yang meminum air tersebut merasakan sesuatu pada dirinya. Mereka merasakan keraguan untuk menghadapi musuhnya. Sedangkan yang tidak minum meneruskan perjalanannya.

" Aku tidak tahan menghadapi Thalut dan pasukannya. Sebab pasukannya terlalu banyak dan kuat, "kata orang-orang yang telah meminum air sungai itu. Namun sebagian lagi memastikan kemenangan sebab Allah akan membantunya.

Untuk itulah mereka yang telah meminum air sungai ditinggalkan dan yang lainnya tetap meneruskan perjalanannya. Ketika mereka telah berhadap-hadapan dengan pasukan Thalut maka raja Thalut berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami. Dan kokohkanlah pendirian kami, tolonglah kami terhadap orang kafir".

Dengan selesainya doa itu, maka menyerbulah pasukan Thalut. Meskipun pasukan Thalut lebih banyak dan lebih kuat, namun tidak dapat mengalahkan pasukan Thalut. Sebab pasukan Thalut telah dibantu Allah. Dalam pertempuran itu raja Thalut menemui kematiannya. Dengan demikian kekuasaannya kini dijadikan satu oleh Thalut.

Demikianlah kisah perjuangan raja Thalut sebelum Dawud menjadi raja, la berusaha mengembalikan kejayaan yang pernah dicapai nabi Musa.

1. Pengangkatan Dawud Menjadi Nabi dan Rasul
Ketika peperangan melawan Thalut, maka Dawudpun ikut di dalamnya. Dan Dawudlah yang telah membunuh raja itu dengan ketapel. Kemudian dia diangkat menjadi nabi oleh Allah dengan sebuah kitab yaitu Zabur. Selain itu ia juga diberi mukjizat seperti:
memiliki suara merdu dan dapat merubah besi menjadi baju tanpa ditempa.

Karena suaranya yang begitu merdu bukan manusia saja yang mengaguminya, namun jin, angin dan binatang serta tumbuhan ikut mengagumi pula. Dan karena ia memiliki tangan yang kuat sehingga mampu menciptakan baju besi tanpa ditempa.

Nabi Dawud juga disegani kaumnya sebab semua perkara yang serumit apapun pasti dapat diputuskan. Dan semuanya menjadi lega atas putusan nabi Dawud.

Dalam hal ini Allah telah mengabadikannya dalam Al Qur'an surat Al Anbiyaa' ayat 78 : 
Artinya: Dan ingatlah kisah Dawud dan Sulaiman, di waktu keduanya memutuskan tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu. (Al Anbiyaa' 78)

2. Nabi Dawud Mendirikan Baitul Maqdis Bersama Putranya
Setelah pengangkatannya menjadi nabi, tidak lama kemudian di negerinya terserang wabah penyakit kholera. Karena keganasannya menyebabkan kematian yang tidak sedikit jumlahnya. Di saat itu pula nabi Dawud dan putranya mendirikan masjid, untuk mempercepat pekerjaannya haruslah dibantu kaumnya. Dan saat itu pula nabi Dawud berdoa agar wabah kholera dihilangkan dari negerinya.

Berangsur-angsur wabah itu lenyap sehingga rakyat tidak ada lagi yang menderita. Di tempatnya mengucapkan doa itulah akhirnya nabi Dawud clan nabi Sulaiman (anaknya) mendirikan masjid 

 
Diberdayakan oleh Blogger.