Cari Blog Ini

KISAH NABI HARUN AS



Nabi Musa termasuk keturunan bani Israil. Dengan demikian ia masih keturunan nabi Ya'kub. Sebab dari nabi Ya'kublah Bani Israil tumbuh dengan pesatnya. la lahir sebelum nabi Isa dilahirkan. Beberapa ulama mengatakan bahwa nabi Musa dilahirkan mempunyai jarak waktu 1700 tahun dengan nabi Isa.
Nabi Musa dilahirkan pada daerah yang subur. Sebab di sana terdapat lembah sungai Nil. Lembah itu masih dalam wilayah Mesir. Masyarakat (bani) Israil mendiami tempat itu karena mereka tidak tahan dengan penindasan yang dilakukan oleh raja Fir'aun. Dalam beberapa waktu lamanya bani Israil merasakan kedamaian dan ketenangan. Namun hal itu tidak sampai berlangsung lama sebab daerah itu sudah diketahui pemerintah Mesir.

Meskipun demikian mereka masih diperbolehkan untuk mengolah tanah pertanian dan sebagai imbalannya mereka harus mengirim upeti pada raja Fir'aun.

Kedamaian ini tidak berlangsung lama, sebab raja Fir'aun memerintahkan membunuh bayi laki-laki yang dilahirkan dari seorang ibu bani Israil.

1. Mimpi Raja Fir'aun dan Pembunuhan Bayi Laki-laki
Ketika nabi Musa masih berada dalam kandungan ibunya, raja Fir'aun bermimpi negeri Mesir terbakar habis. Semula ia tidak menghiraukan mimpinya. Namun hal itu berulang-ulang hingga beberapa malam. Dari sinilah raja Fir'aun selalu merenung memikirkan arti impian itu. Namun ia tidak menemukan jawabannya.
Karena pikirannya selalu tertuju pada impian itu, maka ia memanggil ahli nujum.

" Aku minta bantuan kalian untuk memecahkan arti impianku yang selama ini selalu hadir dalam tidur, "kata raja Fir'aun membuka pembicaraan.

" Telah beberapa hari ini aku bermimpi ada anak kecil yang membakar negeri Mesir sampai habis. Anak itu laki-laki, "kata raja Fir'aun meneruskan pembicaraannya.

" Tolonglah untuk memecahkan arti mimpi itu, "katanya sejurus kemudian. Setelah itu suasana persidangan kembali sepi. Para ahli nujum tampak berpikir keras. Ada yang memejamkan matanya ada pula yang menundukkan wajah.

" Ampun baginda, jika menurut ramalan hamba memang negeri ini akan terbakar habis dan paduka digulingkan dari kursi kerajaan oleh keturunan dari bani Israil, "kata ahli nujum itu menjawab. Semua yang mendengar penuturan itu menghela napas lega. Sebab jawaban itu hampir sama dengan jawaban para ahli nujum lainnya.

" Bagaimana menurut anggapan kalian. Apakah ucapan kawanmu itu benar ? "tanya raja Fir'aun kepada ahli nujum lainnya. Mereka hanya menganggukkan kepalanya saja pertanda setuju dengan ramalan tadi.
Berangkat dari penuturan itulah, akhirnya raja Fir'aun menyuruh semua prajuritnya untuk membunuh setiap anak laki-laki yang dilahirkan dari bangsa Israil. Dengan demikian dapat kita bayangkan bagaimana bayi laki-laki pada waktu itu. Semuanya dibunuh sesuai dengan peraturan raja Fir'aun.

Pembunuhan yang dilakukan oleh Raja Fir'aun terhadap bayi laki-laki itu bertujuan utnuk mencegah adanya kudeta kelak. la sangat takut jika turun dari kursi kejayaan. Untuk itulah ia mengumumkan akan membunuh bayi laki-laki yang dilahirkan oleh seorang ibu bani Israil.

Dengan adanya peraturan itu, tentu saja kedamaian bani Israil terganggu. Setiap hari selalu lerdengar ratapnya seorang ibu yang melihat anaknya dibunuh oleh prajurit Fir'aun. Jika orang tuanya melawan akan dibunuh pula. Hal ini berlangsung hingga lama.

Kekejaman Fir'aun sudah diabadikan dalam Al Qur'an surat Qoshsosh ayat 4: 
Artinya:
Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang dimuka bumi dan menjadikan penduduknya terpecah belah, dengan menindas segolongan dan mereka, menyembelih anak laki-iaki dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang yang berbuat kerusakan. (Qoshsosh: 4)

Kekejaman Fir'aun tidak berhenti sampai disitu saja.la mengadu domba antara golongan masyarakat satu dengan yang lainnya. Sehingga timbullah perselisihan. Hal ini dilakukan karena Fir'aun sangat takut dengan penggulingan tahtanya. la berpikiran jika rakyatnya sudah terpecah belah, maka tidak ada kekuatan untuk melawan dirinya. Sungguh tipu daya yang baik sekali. Namun tipu daya itu tidak selamanya jaya, sebab kelak kerajaannya akan hancur. Dan yang menghancurkan kekuasaannya adalah keturunan bani Israil. Dialah Musa As.

Raja Fir'aun tidak berani menghadapi kenyataan sebab ia sudah berdosa pada bani Israil sebelum penyembelihan bayi laki-laki. Fir'aun telah memusuhi bani Israil sebelumnya sehingga mereka hidup di wilayah terpencil

2. Pembuangan Bayi Musa
Di saat terjadi penganiayaan dan penyembelihan terhadap semua bayi laki-laki dari bani Israil, lahirlah Musa dari rahim seorang wanita.lbunya sangat cemas pada keselamatan bayi itu. la tidak tega jika para prajurit menyembelih anaknya yang tampan dan molek itu.

Untunglah ia melahirkan pada malam hari, sehingga para prajurit tidak mengetahui kelahiran tersebut. Sungguh Allah akan melindungi umat pilihan-Nya. Begitu pula dengan kelahiran nabi Musa. Semua prajurit tidak menyangka bahwa di daerah bani Israil masih ada orang yang melahirkan bayi laki-laki.

Meskipun demikian ibu Musa sangat cemas dan takut. la cemas dengan keselamatan anaknya. Dan ia takut jika anaknya sampai diketahui prajurit. Tentu mereka akan membinasakan bayi nabi Musa.

Sebelum prajurit mengetahui kelahiran Musa di saat itu pula Allah menghendaki lain. Allah memerinntahkan ibu Musa untuk menghanyutkan anaknya di sungai Nil. Semula ibunya ragu. namun demi keselamatan mereka bersama, akhirnya ia merelakan juga.

Nabi Musa yang masih bayi itu dihanyutkan dan dimasukkan dalam peti. Ibunya menatap peti itu dengan berurai air mata.

" Jika Allah menghendaki kelak pasti kita akan bertemu. "demikian kata wanita itu. la yakin Allah akan melindungi anaknya.

Peti berisi bayi Musa itu hanyut dan mengikuti aliran sungai Nil sampai di belakang istana. Kebetulan istri Fir'aun sedang mandi di sungai Nil. la sangat heran begitu melihat sebuah peti terapung di atas air. Semakjn lama peti itu semakin mendekati dirinya. Kemudian peti itu diambil dan dibukanya. Betapa terkejutnya ia begitu melihat isi peti itu. Ternyata dalam peti ada seorang bayi laki-laki elok rupanya.

Istri Fir'aun segera menggendongnya. la sangat senang kepada bayi itu sebab selama ini dia belum dikaruniai anak. Bayi itupun dibawa pulang ke istana dan ditunjukkan pada Fir'aun.

" Baginda, hamba mendapatkan seorang bayi yang molek dan hamba berniat untuk mengambilnya sebagai anak angkat, kata isterinya dengan suka cita. Sebentar-sebentar diciumnya kening bayi itu.

Semula Fir'aun tidak mau menerima bayi itu sebagai anaknya. la berprasangka bahwa bayi itu yang kelak akan menghancurkan kerajaannya. Namun setelah isterinya bersikeras, maka Fir'aun pula mengabulkan juga.
Ketika bayi itu lapar, maka terdengarlah tangisnya. Semula istri Fir'aun memberikan air susunya, namun bayi Musa tidak mau mengisap. la tetap menangis. Karena kebingungan, akhirnya istri Fir'aun mencari seseorang yang mau menyusui anak angkatnya. Semua wanita mencoba memberikan air susunya, namun bayi nabi Musa tetap menolaknya.

Ibu nabi Musa mendengar bahwa bayinya tidak mau diteteki wanita manapun. Dan ia mendengar bahwa bayinya telah dipelihara dalam istana. Semula ia khawatirakan keselamatan anaknya. Namun kekhawatirannya itupun sirna, sebab semuanya diserahkan pada Allah.

Akhirnya datanglah ibu Nabi Musa ke istana. la menyamar sebagai wanita inang. Ia tetap menyembunyikan kenyataan yang sebenarnya.

Sungguh besar kekuasaan Tuhan. Akhirnya ibu dan anak itu dipertemukan lagi. Setelah ibunya memberikan air susunya, barulah nabi Musa terdiam. Semua wanita yang hadir dan yang telah mencoba menyusui bayi nabi Musa merasa heran. Meskipun demikian mereka tidak berani mengatakan yang bukan-bukan di hadapan permaisuri.

Karena bayi Musa lebih cocok dengan air susu ibunya, maka permaisuri menyuruhnya tinggal dalam istana. Dengan demikian nabi Musa dibesarkan ibunya sendiri dengan mendapatkan bayaran dari raja Fir'aun.
Berangsur-angsur kecurigaan Fir'aun itu lenyap terlupakan. la menyayangi anak angkatnya (nabi Musa) dengan sepenuh hati. Sebab ia tidak mendapatkan anak sama sekali setelah sekian lama berumah tangga. Menurut sebuah riwayat istri Fir'aun bernama Siti Aisyah…
  Kian hari bayi Musa kian dewasa. Ibunya sendiri yang mengasuh hingga ia jadi besar. Setiap hari ibunya memberi tahu, bahwa Musa bukan anak Fir'aun yang sebenarnya.
" Wahai Musa, kau bukanlah anak Fir'aun. Margamu adalah bani Israil dan aku adalah ibumu yang sebenarnya, "kata ibu nabi Musa memberi keterangan. la berusaha meyakinkan anaknya.

" Jika memang demikian, apakah ibu adalah isteri ayahanda, "tanya nabi Musa kepada ibunya.

" Ibumu ini bukan istri Fir'aun. Kamu kupelihara sampai saat ini tidak ada yang mengetahui asal usulmu. Jika mereka mengetahui dirimu yang sebenarnya, maka kau akan dibunuh, "kata ibunya menjelaskan dengan suara berbisik.

Coba terangkan padaku. Bagaimana aku berada disini sedangkan Fir'aun bukan ayahku yang sebenarnya. Dan jika mereka mengetahui asat-usulku, maka akan membunuhku. Apa yang telah terjadi, "tanya nabi Musa dengan suara yang ditahan.

Kemudian ibunya menerangkan kejadian yang sebenarnya. Nabi Musa mendengarkan cerita ibunya dengan seksama. Kadangkala kelihatan wajahnya merah padam mendengar penuturan itu.

" Jadi Fir'aun yang selama ini kukira ayahku hendak membunuhku juga hanya ramalan ahli nujum, "katanya kemudian.

" Betul anakku. Jika kau tidak kuhanyutkan di sungai Nil tentu prajurit akan menyembelih seperti yang telah dilakukan pada semua bayi laki-iaki, "kata ibunya menerangkan.

Karena sejak kecil ia berkumpul dengan ibunya, maka semua rahasia yang disembunyikan Fir'aun diketahui. Hal ini membuat sakit hatinya. Namun untuk berbuat sesuatu ia tidak berani.

Setelah dewasa, nabi Musa masih dalam ruang lingkup istana Fir'aun. Raja Fir'aun telah melupakan kejadian belasan tahun yang silam. la menganggap nabi Musa sebagai anaknya sendiri.

Pada suatu ketika disaat nabi Musa berjalan-jalan di kota raja, ia melihat dua orang sedang bertengkar. Satu diantara orang itu dari bani Israil. Sedangkan yang satu golongan Fir'aun. Merasa kaumnya ditindas seperti Itu, maka darah mudanya menggelegak dan meninju orang itu. Tidak disangka tangan nabi Musa dapat membunuh orang itu hanya sekali pukul. Sedangkan golongan bani Israil melarikan diri.

Kejadian itu disaksikan oleh khalayak ramai. Karena pembicaraan orang-orang yang melihat peristiwa itu tidak dapat dihentikan akhirnya sampai juga di telinga Fir'aun. Mendengar kaumnya dibunuh oleh anak angkatnya, maka kemarahannya pun memuncak. Dipanggil isterinya dan dimarahi sebab anak yang diasuh sejak kecil telah membunuh kaumnya. Secara tidak langsung nabi Musa menghina ayah angkatnya, itu pikirnya.

Karena seharian nabi Musa tidak muncul, maka Fir'aun menyuruh semua pengawal dan algojonya mencari pemuda itu. Ternyata nabi Musa telah melarikan diri dan sudah meninggalkan istana. Nabi Musa melangkah tanpa tujuan pasti, sebab sejak kecil ia tidak pernah bertualang. Untuk itulah ia memohon kepada Allah agar menunjukkan jalan keselamatan.

Allah menuntun kaki nabi Musa hingga sampai di sebuah telaga negeri Madyan. la melihat sekelompok manusia sedang mengambil air dengan cara berebutan. Tampak disana dua orang perempuan yang tidak berebut. Mereka hanya melihat saja.

Nabi Musa mendatangi dua perempuan itu sambil menanyakan sebab musabab mereka tidak mau berebut air. Kedua orang perempuan itu menjelaskan bahwa dirinya tidaklah begitu kuat untuk menerobos kaum laki-laki. Kemudian mereka menerangkan siapa dirinya yang sebenarnya.

Karena kasihan melihat kedua perempuan itu, akhirnya nabi Musa membantunya untuk mengambilkan air. Betapa kuatnya ia, sebab orang-orang yang sedang berebut semuanya minggir begitu nabi Musa menerobos disela-sela mereka.

Kedua perempuan itu berterima kasih kepada nabi Musa. Kemudian mereka menanyakan asal usulnya. Kedua perempuan itu mendengarkan cerita nabi Musa dengan seksama. Karena merasa kasihan padanya, akhirnya kedua perempuan itu mengajak untuk mampir ke rumahnya.

" Anak muda, kata putriku kaulah yang menolong mereka, "tanya nabi Syu'aib. Ternyata kedua perempuan itu adalah anak nabi Syu'aib. Nabi Musa mengiyakan dengan menganggukan kepalanya.

" Ketahuilah aku adalah Syu'aib dan Allah telah mengangkatku sebagai nabi, "kata nabi Syu'aib memperkenalkan dirinya.

" Saya bernama Musa, dan merupakan orang pelarian. Sebab pengawal-pengawal Fir'aun akan membunuhku dikarenakan aku telah membunuh kaumnya, "kata nabi Musa menjelaskan. Nabi Syu'aib menanyakan sebab musababnya sehingga terjadi pembunuhan itu. Nabi Musa menceritakan dengan sebenarnya. Tahulah sudah bahwa nabi Musa berada dalam golongan benar. Nabi Syu'aib juga mengetahui tanda-tanda kenabian pada diri Musa.

Dengan diam-diam salah seorang anak nabi Syu'aib berdoa pada Allah.

" Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku !" doa salah satu putri nabi Syu'aib.

Allah mengabulkan doanya. Sebab nabi Musa tidak dapat menolak disaat putri itu meminta ayahnya agar membiarkan ia menjadi gembala ternaknya. Setelah beberapa bulan berlalu, maka nabi Musa sendiri yang meminang putri nabi Syu'aib. Nabi Syu'aib pun merestui. Sebagai mas kawinnya adalah Musa harus bekerja padanya selama delapan tahun. Nabi Musa pun menuruti perintah ayah mertuanya.

Setelah delapan tahun ia bekerja disana maka perkawinan dilaksanakan. Tiada pesta yang menandai perkawinan mereka. Seusai meresmikan pernikahan, nabi Musa ingin sekali menjenguk ibunya di Mesir, Hal itu diutarakan pada mertuanya.

Permintaan nabi Musa dikabulkan mertuanya, sebab mereka sama-sama menyadari bahwa keduanya menjadi utusan Allah. Namun sebelum berangkat nabi Syu'aib memberikan tongkat untuk dijadikan senjata nabi Musa.

Nabi Musa bersama isterinya berjalan dengan sembunyi-sembunyi karena takut diketahui oleh tentara Mesir. Mereka lebih senang berjalan pada malam hari. Karena pada saat seperti itu tentara Mesir tidak akan mengetahui kedatangannya.

Suatu ketika, tatkala nabi Musa berjalan dengan isterinya seperti biasa, ia melihat ada percikan api dikejauhan. Nabi Musa berniat untuk mengambilnya dan hendak dijadikan penerang jalan. Semakin dekat ia mendatangi api itu berasal dari rumah penduduk setempat. Betapa kagetnya ketika ia mengetahui bahwa api itu pada pohon dan kayunya tidak terbakar sedikitpun.

Di saat itu pula nabi Musa mendengar wahyu Allah : " Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam. Sembahlah Tuhan Allah. Tiada Tuhan selain Dia, "begitulah wahyu itu turun. Allah juga menyuruh nabi Musa memasukkan tangannya kedalam api itu. Nabi Musa menuriti perintah itu. Api itu merupakan mukjizat tersendiri baginya. Sebab dari api itu ia akan berani menghadapi siapapun juga. Termasuk Fir'aun.
Kemudian ia kembali pada istrinya dan menceritakannya peristiwa itu. Istrinya hanya tercengang keheranan mendengar cerita nabi Musa. Merekapun lalu berangkat menuju kota raja.

3. Harun Sepupu Musa Diangkat Menjadi Nabi dan Rasul
Sebelum kisah nabi Musa kita teruskan, ada baiknya kita mengetahui cerita nabi Harun secara singkat. Sebab kedua nabi itu tidak dapat dipisahkan kisahnya. Secara kebetulan pula hidup secara bersama. yaitu pada masa kerajaan Fir'aun.

Ketika nabi Musa melakukan pembunuhan dan melarikan diri, Harun tidak tahu persoalannya, sehingga ia selamat dari kekejaman raja yang dzolim itu. Dengan demikian ia bisa hidup bebas di negeri Mesir. Karena pergaulannya di negeri itu maka setiap hari ia selalu menggunakan bahasa Mesir sehingga ia sangat fasikh.
Peristiwa pengangkatannya menjadi nabi ini semula karena nabi Musa mendapat wahyu dan menerima mukjizat. la (nabi Musa) meminta agar Allah menjadikan saudaranya itu seorang nabi pula. Hal ini disebabkan kurang pandai jika menghadapi Fir'aun.

" Ya Allah, jadikanlah saudaraku Harun sebagai pesuruh Mu,… 
sebab ia fasih dan tegas. Selain itu agar ada orang yang membenarkan kenabianku, "nabi Musa berdoa dengan mengangkat tangannya.. Doa itu dikabulkan oleh Allah. Dengan demikian Harun yang masih saudara sepupu nabi Musa juga menjadi seorang nabi dan Rasul.
4. Dialog Nabi Musa Dengan Fir'aun.
Dengan berbekal mukjizat yang telah diberikan Allah dan diterima saudaranya (Harun) yang mengikuti setiap langkahnya akhirnya mereka memberanikan diri menghadap Fir'aun, Semula para prajurit hendak menangkap beliau, namun hal itu tidak sampai terjadi sebab nabi Musa dan Harun mendapat perlindungan dari Allah.

Akhirnya tibalah mereka di istana Fir'aun. Mereka mengharapkan agar Fir'aun mau menerimanya kembali dan mau mengikuti ajarannya. la mengharapkan demikian karena mereka sudah lama berpisah dan nabi Musa mengira Fir'aun telah insyaf.

Betapa murkanya Fir'aun ketika melihat kedatangan nabi Musa dan Harun ke Istana Mesir.

" Sungguh bagus sekali kau datang menyerahkan dirimu. Aku sudah lama menunggu saat-saat seperti ini, karena aku tidak lagi membuang-buang tenagaku mencarimu, "kata Fir'aun kepada kedua nabi itu dengan berdiri sambil bertolak pinggang.

" Ketahuilah wahai baginda, sesungguhnya aku datang bermaksud mengajak berdamai. Dan aku mengharapkan kalian mau mengikuiti ajaranku. Akan kutunjukkan jalan kebenaran, "kata nabi Harun yang mewakili nabi Musa.

" Apa yang baru saja kau ucapkan kepadaku, hai anak tidak tahu balas budi. Aku akan berdamai dan menuruti semua ajaranmu. Sungguh gila jika aku mengikutimu, "kata Fir'aun naik pitam.

" Apa yang kau andalkan sehingga berani berkata demikian dihadapanku, "tambahnya.

" Aku dan saudaraku adalah pesuruh Allah. Hanya Dia yang patut disembah. Aku diberi mukjizat oleh Allah, "kata nabi Musa dan nabi Harun hampir bersamaan.

" Aku adalah tuhan bagi seluruh rakyat Mesir, termasuk kalian. Tidak tahukah kau selama ini ? "tanya Fir'aun dengan congkaknya. la Sudah berani menyebut dirinya tuhan.

Betapa terkejutnya nabi Musa dan Nabi Harun mendengar ucapan Fir'aun. Mereka tidak menyangka jika Fir'aun berani menganggap dirinya demikian.

" Sungguh kau berdosa besar sebab mengakui dirimu Allah, "kata nabi Musa dengan suara datar.

" Apa yang bisa kau lakukan jika kau benar-benar Tuhan ? "tanya Harun menimpali.

" Aku bisa menyuruh tukang sihir untuk membuat sesuatu sesuai dengan kehendakku, "kata Fir'aun. Kemudian ia menyuruh nabi Musa dan nabi Harun untuk menemuinya besok di alun-alun.

Akhirnya kedua nabi itu melayani tantangan Fir'aun. Semalaman mereka tidak dapat tidur, mereka meminta pada Al­lah kemenangan dan mereka berdoa dan shalat agar Allah merestuinya.

Keesokkan harinya di alun-alun sudah penuh sesak rakyat yang hendak menonton pertandingan antara tukang sihir Fir'aun dengan nabi Musa. Mereka ingin melihat bukti yang dibawa nabi Musa.

" Wahai Musa, kini aku akan menunjukkan padamu berdua bahwa aku bisa berbuat apa saja sesuai dengan kehendakku, "kata Fir'aun, sambil mengisyaratkan agar tukang sihir menunjukkan kebolehannya.

Setelah menyembah sebentar, para tukang sihir itu pun saling melemparkan tali porlon ke tengah alun-alun. Sungguh ajaib, dalam waktu singkat tali-tali itu berubah menjadi ular kecil yang ribuan jumlahnya. Ular-ular sihiran itu mendekati nabi Musa yang tengah berdiri di hadapan khalayak ramai.

" Bismilahirrohmanirrahim, "kata nabi Musa dalam hati. Sesudah menyebut nama Allah nabi Musa melemparkan tongkat yang dipegangnya. Tongkat itu sekonyong-konyong menjadi ular besar dan memakan ular-ular sihiran. Dalam waktu sekejab semua ular sihiran habis ditelannya.

Melihat hal ini beberapa tukang sihir terperangah sebab selama hidupnya belum ada orang yang dapat menandingi keahliannya. Namun kali ini seorang pemuda telah menunjukkan kebolehannya bahkan keahliannya di atas mereka. Dengan serta merta tukang sihir itu mengakui kenabian Musa dan Harun. Kemudian ingin menjadi pengikutnya. Nabi Musa senang sekali mendengar penuturan tukang sihir-sihir itu.

Begitu melihat ular sihiran itu habis dan tukang sihir banyak yang mengikuti Musa membuat Fir'aun berang. Dengan demikian kesombongannya telah berakhir. Apa lagi ia sudah tidak bisa membuktikan ucapannya yang pernah dikatakan pada kedua nabi itu.

Meskipun demikian ia tidak mau mengakui kekalahannya. la berusaha untuk mempermalukan nabi Musa di hadapan rakyatnya. Dengan mata melotot ia rnemanggil kedua nabi itu.

" Meskipun kau menang dalam pertandingan ini jangan harap aku akan tunduk pada kalian. Kaulah yang harus tunduk kepadaku, sebab aku adalah tuhan yang harus kau sembah ! "kata Fir'aun kepada nabi Musa dan nabi Harun. la tidak mau mengikuti ajaran nabi Musa. Bahkan ia masih menganggap dirinya tuhan yang harus disembah.

" Jika kau benar-benar tuhan, maka tunjukkanlah kekuasaanmu ! "kata nabi Musa. Beliau sangat geram sebab Fir'aun tidak mau mengakui kenabiannya.

" Baiklah. Wahai rakyatku apakah kau membenarkan ocehan Musa. Jika tidak, maka bersujudlah kepadaku, "teriak Fir'aun memperingatkan rakyatnya. Rakyat yang takut terhadap kekejaman Fir'aun segera bersujud.

" Apalagi yang kau inginkan dengan kekuasaanku ? "tanya Fir'aun setelah semua rakyatnya bersujud kepadanya.

" Jika kau benar-benar tuhan, aku ingin kau menerbitkan matahari dari barat dan tenggelam di sebelah timur, "kata nabi Musa. Fir'aun hanya tertegun mendengar permintaan nabi Musa. Mana mungkin dapat memenuhi permintaan itu, pikirannya dalam hati.

Rakyat yang mendengar permintaan nabi Musa pun ikut berpikir. Sungguh mereka tidak menduga jika nabi Musa dapat memenangkan perdebatan itu dengan rnudah. Mereka menyadari bahwa selama ini mata hatinya tertutup debu dosa. Memikir sampai di situ akhirnya rakyat yang mengikuti ajaran Musa dan membenarkan kenabiannya semakin banyak. Tentu saja hal ini membuat Fir'aun marah. Dengan perasaan malu, berteriak memberi peringatan pada rakyat siapa saja yang tunduk pada nabi Musa.

Namun teriakan itu hanya disambut dengan teriakan-teriakan yang mengejek dirinya sendiri. Sedikit demi sedikit rakyatpun meninggalkan alun-alun. Fir'aun hanya dapat memandang mereka tanpa bisa berbuat apa-apa. la tertegun sampai rakyat yang tadinya memadati alun-alun keluar semuanya.

"Wahai pengawal, ayo kita kejar Musa dan orang-orang bodoh itu, "teriak Fir'aun begitu tersadar. Dengan serta merta mereka mengejar Musa dan pengikutnya.

Namun Musa bersama pengikutnya sudah jauh meninggalkan alun-alun. Meskipun demikian pasukan Fir'aun tidak putus asa. Mereka yakin akan dapat mengejar nabi Musa. Sebab mereka berkuda sedangkan Musa hanya berjalan kaki.

Keyakinan itu menjadi kenyataan sebab tidak berapa lama setelah pengejaran dilakukan tampaklah kelompok nabi Musa di depan mereka. Raja Fir'aun sangat senang melihat hal ini. Dalam hatinya berjanji akan membunuh Musa jika tidak menyembah dan tunduk padanya.

5. Azab Allah Pada Bala tentara Fir'aun
Ketika mereka mengetahui dan melihat pengikut nabi Musa, maka semakin dipacu kuda-kudanya. Dengan perasaan bangga Fir'aun mengajak pasukannya agar cepat menyusul nabi Musa dan pengikutnya. Sementara itu pengikut nabi Musa merasa cemas sebab dari kejauhan sudah tampak pasukan kerajaan mengejar dibelakangnya

Semakin lama bala tentara Fir'aun semakin dekat. Kegelisahan pangikut nabi Musa semakin memuncak sebab di depan mereka terbentang laut Merah yang menghalang.

" Wahai Musa, kemana lagi kita akan menghindar. Lihatlah pasukan Fir'aun dibelakang kita dan laut Merah membentang di hadapan, "teriak pengikut meminta pertimbangan nabi Musa.

"Tenanglah saudaraku, yakinlah bahwa Allah akan membantu kita, "kata nabi Musa berusaha menghibur. Setelah mereka berada di tepi pantai, maka nabi Musa memukulkan tongkalnya ke air laut itu.

Dengan kekuasaan Allah, maka laut itu menjadi daratan. Dan airnya terbelah sehingga dibagian kiri dan kanan jalan itu menyerupai dinding air. Dengan penuh keyakinan pengikut nabi Musa melangkah dan melewatinya. Mereka berlari sambil mengucapkan pujian kepada Allah. Sehingga mereka tiba di seberang lautan dengan selamat.

Lain halnya dengan pasukan Fir'aun. Mereka tidak menghiraukan pada jalan "ajaib" itu. Mereka hanya memikirkan menangkap nabi Musa dan pengikutnya, sehingga tetap mengejarnya.

Begitu nabi Musa dan pengikutnya berada di seberang sedangkan pasukan Fir'aun masih ditengah perjalanan (ditengah laut), nabi Musa memukulkan tongkatnya kembali, Sungguh luar biasa, sebab dalam waktu singkat daratan itu kembali menjadi lautan. Dengan demikian Fir'aun dan pasukannya tenggelam di tengah lautan.
Menurut sebuah riwayat kuda Fir'aun sebenarnya tidak mau menjejakkan kakinya pada jalan "ajaib" itu. Namun Allah mengutus malaikat untuk mengendarai kuda betina sehingga ikutlah kuda Fir'aun.

6. Patung Samiri
Setelah mereka selamat dari pengejaran Fir'aun, maka Musa mendapat wahyu untuk kembali lagi ke Mesir. Sebab rakyat Mesir sudah berada dalam jalan kesesatan. Nabi Musa meninggalkan
  mereka karena mendapat wahyu Allah untuk menyempurnakan kerasulannya sekaligus menerima sebuah kitab yang dapat dijadikan pegangan hidup. Kitab itu adalah Taurat.

Namun sebelum meninggalkan pengikutnya, ia berpesan pada Harun agar menjaga dan selalu beribadah kepada Allah. Nabi Harun yang mendapat tugas itu menyatakan kesediaannya. Maka Musapun meninggalkan mereka dengan hati yang tenang.

Nabi Musa berjanji akan kembali setelah menerima kitab dan ajaran dari Allah. Nabi Musa memperkirakan 40 hari lamanya.

Namun apa yang terjadi sepeninggal nabi Musa. Pengikutnya tidak lagi mendengarkan seruan nabi Harun. Mereka telah menjadi murtad. Sebab mereka tidak menyembah Allah, melainkan patung sapi dari emas.
Patung itu diberi nama "samiri" sebab yang menciptakan adalah seorang yang bernama Samiri. Patung itu disembah dan dipuja. Melihat hal ini nabi Harun tidak bisa tinggal diam. la mengancam akan melaporkan pada nabi Musa jika sudah datang. Namun ancaman itu tidak digubris sama sekali.

Pengikut nabi Musa yakin bahwa sesembahan mereka adalah penjelmaan Allah. Sebab patung itu bisa bersuara. Selain itu Samiri juga mengatakan bahwa patung itu adalah sesembahan Musa juga. Sungguh hal ini tidak masuk akal.

Menurut riwayat patung itu bisa bicara karena didalamnya telah dimasuki segumpal tanah bekas kaki Jibril di pinggir laut, manakala menghalau kuda fir'aun yang tak mu berjalan.

Nabi Harun yang mengetahui perbuatan itu memberi nasehat agar segera meninggalkannya. Namun nabi Harun semakin dimusuhi mereka. Bahkan mengatakan Harun tidak mengakui adanya penjelmaan Allah.
Perbuatan itu berlangsung hingga nabi Musa datang. Betapa kagetnya ia begitu melihat kaumnya telah berubah haluan. Mereka telah menyembah patung anak sapi. Dengan langkah panjang dan perasaan marah ia mendatangi nabi Harun.

" Hai Harun, apa yang telah menghalangi kamu ketika melihat mereka telah sesat ? "tanya nabi Musa sambil memegang janggut nabi Harun.

" Wahai anak saudara ibuku, sesungguhnya aku telah melarang Samiri menyembah patung itu. Namun mereka tidak mengindahkan, kata nabi Harun menjelaskan.

Nabi Musa yang masih diliputi perasaan marah mendatangi Samiri.

" Apakah yang mendorong kau membuat patung sapi, hai Samiri ? "tanya nabi Musa dalam keadaan marah.
"Aku mengetahui sesuatu yang merasa tidak mengetahuinya. Dan aku mengetahui jejak Jibril, lalu aku mengambilnya dan memasukkan ke dalam patung itu sehingga bisa bersuara, "kata Samiri menjelaskan. Mendengar penuturan itu nabi Musa semakin marah. Dengan cepat ia hendak memukul Samiri namun tidak dilakukannya.

Nabi Musa akhirnya mengusir Samiri beserta penyembah patung lainnya. Demikianlah sepak terjang nabi Musa dalam menegakkan agama Allah.

Dalam Al Qur'an surat Al Baqoroh ayat 54 telah diterangkan kemarahan nabi Musa kepada Samiri. 
Artinya:
Ketika nabi Musa berkata pada kaumnya, hai kaumku ! Sesungguhnya engkau telah berbuat aniaya pada dirimu sendiri. Oleh karena itu kamu menjadikan anak lembu menjadi tuhan. Maka tobatlah kamu kepada Allah yang menjadikan kamu. Dan bunuhlah dirimu ! Demikian lebih baik bagimu, pada pandangan Tuhan yang menjadikan kamu. Maka diterimalah tobat kamu. Karena ia penerima tobat lagi penyayang.

7. Umat Nabi Musa Ingin Melihat Tuhan
Umat nabi Musa termasuk umat yang keras kepala, sebab hatinya telah tertutup debu kekufuran yang telah diajarkan Fir'aun. Sifat inilah yang senantiasa diwaspadai nabi Musa. Sebab itu tidak mudah dihilangkan.
Benar saja, sebab mereka (kaum Musa) mau bertobat sungguh-sungguh asalkan sebelumnya diperlihatkan padanya ujud Tuhan. Sungguh permintaan orang-orang kafir. Meskipun demikian nabi Musa menuruti permintaan itu.

Kemudian diajaklah oleh nabi Musa orang-orang itu pada sebuah gunung. Mereka disuruh menunggu beberapa saat lagi. Mereka mengikuti ucapan nabi Musa. Setelah itu nabi Musa berdoa pada Allah.
Tidak berapa lama kemudian datanglah halilintar yang menyambar orang-orang itu. Karena mereka tidak menyangka akan terjadi seperti itu akibatnya tidak ada yang sadarkan diri. Jangankan melihat ujud Allah, sedangkan melihat halilintar saja tidak sanggup.

Permintaan itu telah diterangkan dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 55 sampai 56. Artinya :

Ingatlah ketika Bani Israil berkata: "Hai Musa, kami takkan percaya kepada engkau sebelum kami melihat Allah itu secara terang-terangan (dengan mata kepala sendiri). Maka halilintarlah yang datang menyambar kamu. Sedang kamu tidak melihatnya, hingga mati semua. (Al Baqarah : 55)
Kemudian Kami hidupkan kamu sesudah mati, mudah-mudahan kamu bersyukur kepada Kami. (Al Baqarah : 56)

8. Nabi Musa Berguru Pada Nabi Khidir
Kisah ini disebabkan nabi Musa menjawab pertanyaan kaumnya dengan tidak dipikir dahulu. Waktu itu ada seorang yang bertanya siapa diantara manusia paling pandai. Kemudian tanpa pikir panjang nabi Musa menjawab dirinyalah yang terpandai.

Sesudah mengatakan demikian, nabi Musa mendapat peringatan dari Allah atas jawaban itu. Allah menunjukkan masih ada hambanya yang lebih pandai. Dialah nabi Khidir. Kemudian Allah menunjukkan tempat tinggal nabi Khidir, maka berangkatlah nabi Musa untuk menemuinya sekaligus berguru padanya.

Allah menunjukkan arah tempat tinggal nabi Khidir, yakni diantara dua lautan. Untuk menentukannya maka nabi Musa harus membawa seekor ikan. Jika ikan itu hilang maka disitulah nabi Khidir berada. Singkat cerita ikan itu lenyap dari tempatnya di saat nabi Musa tertidur. Setelah terbangun maka dicari tempat nabi Khidir. Tidak lama kemudian bertemulah ia dengan nabi Khidir. Nabi Musa menjelaskan maksudnya dengan terus terang. Sekaligus ingin memetik ilmu dari nabi Khidir. Semula nabi Khidir menolak, namun ketika melihat kesungguhan nabi Musa akhirnya diperbolehkan iuga.

Sebelum berangkat meninggalkan tempat itu terlebih dahulu nabi Khidir memberi peringatan pada nabi Musa. Isi persyaratan itu ialah agar nabi Musa menyetujuinya dan berangkatlah mereka. Ujian pertama ialah dengan pecahnya sebuah perahu yang ditumpangi mereka. Perahu itu pecah ketika masih berada di tengah lautan. Sedangkan nabi Khidir yang melakukannya. Nabi Musa bertanya pada nabi Khidir tentang perbuatan itu. Namun nabi Khidir hanya menjawab, bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa kau tidak sabar mengikutiku.

Setelah mereka sampai ditepi pantai, maka nabi Musa mendapat ujian yang kedua. Ketika mereka sampai di sebuah desa, nabi Khidir membunuh seorang bocah. Melihat ini nabi Musa bertanya. Namun jawabannya sama dengan jawaban pertama. Perjalananpun diteruskan hingga mereka di satu negeri Antakia. Keduanya meminta pada orang-orang negeri itu agar diberi makan. Namun semuanya tidak ada yang memberi.

Mereka berjalan terus dan sampailah pada sebuah bangunan yang hampir roboh. Lagi-lagi nabi Khidir melakukan perbuatan yang aneh. la mengajak nabi Musa untuk memperbaiki bangunan tersebut. Setelah bangunan selesai, maka bertanyalah nabi Musa. Disinilah mereka akhirnya berpisah. Namun sebelumnya nabi Khidir menjelaskan perbuatan yang telah dilakukan itu. Nabi Khidir menjelaskan semuanya. Perbuatan yang dilakukan pertama kali ialah tentang perusakan kapal.

Di negeri yang menjadi tujuan itu hiduplah seorang raja yang tama' dan serakah. Jika kapal itu tidak dirusak niscaya raja akan merampasnya. Yang kedua ialah tentang pembunuhan anak kecil. Jika anak itu tidak dibunuh niscaya akan menyeret orang tuanya pada perbuatan kemaksiatan. Sebab orang tua anak itu telah beriman. Dan yang ketiga, aku berkenan memperbaiki bangunan itu meskipun penduduknya tidak menghiraukan kita karena bangunan itu milik anak yatim.

Di dalam rumah itu ada berbagai perhiasan. Jika rumahnya roboh tentu harta itu akan diambil or­ang jahat, "kata nabi Khidir menjelaskan. Kemudian nabi Khidir menyuruh nabi Musa untuk meninggalkannya. Sebab sudah menjadi kesepakatan bersama jika nabi Musa menanyakan suatu perkara akan berpisah.
Maka berpisahlah kedua nabi itu. Demikianlah sedikit berita tentang nabi Musa yang berguru pada nabi khidir. 

KISAH NABI DAUD AS



Nabi Dawud merupakan keturunan nabi Ibrahim yang kedua belas dari istrinya Siti Sarah. Dengan demikian ia masih keturunan nabi Ishaq. Beliau memegang tampuk pemerintahan sesudah raja Thalut wafat.
Nabi Dawud diutus Allah untuk membenahi akhlak kaum nabi Musa. Sebab sepeninggal nabi Musa dan Harun, para pengikutnya melupakan semua ajarannya. Sepeninggal kedua nabi itu kaum bani Israil dipimpin oleh Yusa’ bin Nun sampai akhir hayatnya.

Kemudian bani Israil dipimpin seorang nabi Yaitu "Samuel". Allah mengutusnya ditengah-tengah akhlak umat yang sudah porak poranda. Kaum bani Israil menyuruh Samuel untuk memintakan seorang raja yang dapat dijadikan perlindungan. Sebab mereka telah ditindas oleh seorang raja yang dholim.

" Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu, "kata Samuel menerangkan. Mendengar perkataan itu, seluruh Bani Israil mencemooh Thalut sebab ia orang miskin. Namun Samuel menjelaskan tentang diri Thalut sebenarnya. Barulah Bani Israil mengakui pemilihan itu.

Setelah diangkat menjadi raja, Thalut mengumpulkan bala tentara dan diajarkan bagaimana cara berperang dengan musuh. Setelah semua prajurit tahu cara-caranya, barulah mereka berangkat perang melawan pasukan Thalut. Thalut adalah raja yang menindas bani Israil

Di tengah perjalanan raja Thalut berpesan pada prajuritnya agar tidak meminum air sungai yang hendak dilaluinya. Karena merupakan ujian dari Allah.

" Aku ingatkan pada kalian jangan ada yang meminum air sungai yang hendak dilalui. Barang siapa yang minum berarti bukan golonganku. Kemudian mereka melanjutkan perjalanannya. Sebagian dari prajuritnya meminum air sungai. Sedangkan sebagian menuruti perintah rajanya.

Bagi yang meminum air tersebut merasakan sesuatu pada dirinya. Mereka merasakan keraguan untuk menghadapi musuhnya. Sedangkan yang tidak minum meneruskan perjalanannya.

" Aku tidak tahan menghadapi Thalut dan pasukannya. Sebab pasukannya terlalu banyak dan kuat, "kata orang-orang yang telah meminum air sungai itu. Namun sebagian lagi memastikan kemenangan sebab Allah akan membantunya.

Untuk itulah mereka yang telah meminum air sungai ditinggalkan dan yang lainnya tetap meneruskan perjalanannya. Ketika mereka telah berhadap-hadapan dengan pasukan Thalut maka raja Thalut berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami. Dan kokohkanlah pendirian kami, tolonglah kami terhadap orang kafir".

Dengan selesainya doa itu, maka menyerbulah pasukan Thalut. Meskipun pasukan Thalut lebih banyak dan lebih kuat, namun tidak dapat mengalahkan pasukan Thalut. Sebab pasukan Thalut telah dibantu Allah. Dalam pertempuran itu raja Thalut menemui kematiannya. Dengan demikian kekuasaannya kini dijadikan satu oleh Thalut.

Demikianlah kisah perjuangan raja Thalut sebelum Dawud menjadi raja, la berusaha mengembalikan kejayaan yang pernah dicapai nabi Musa.

1. Pengangkatan Dawud Menjadi Nabi dan Rasul
Ketika peperangan melawan Thalut, maka Dawudpun ikut di dalamnya. Dan Dawudlah yang telah membunuh raja itu dengan ketapel. Kemudian dia diangkat menjadi nabi oleh Allah dengan sebuah kitab yaitu Zabur. Selain itu ia juga diberi mukjizat seperti:
memiliki suara merdu dan dapat merubah besi menjadi baju tanpa ditempa.

Karena suaranya yang begitu merdu bukan manusia saja yang mengaguminya, namun jin, angin dan binatang serta tumbuhan ikut mengagumi pula. Dan karena ia memiliki tangan yang kuat sehingga mampu menciptakan baju besi tanpa ditempa.

Nabi Dawud juga disegani kaumnya sebab semua perkara yang serumit apapun pasti dapat diputuskan. Dan semuanya menjadi lega atas putusan nabi Dawud.

Dalam hal ini Allah telah mengabadikannya dalam Al Qur'an surat Al Anbiyaa' ayat 78 : 
Artinya: Dan ingatlah kisah Dawud dan Sulaiman, di waktu keduanya memutuskan tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu. (Al Anbiyaa' 78)

2. Nabi Dawud Mendirikan Baitul Maqdis Bersama Putranya
Setelah pengangkatannya menjadi nabi, tidak lama kemudian di negerinya terserang wabah penyakit kholera. Karena keganasannya menyebabkan kematian yang tidak sedikit jumlahnya. Di saat itu pula nabi Dawud dan putranya mendirikan masjid, untuk mempercepat pekerjaannya haruslah dibantu kaumnya. Dan saat itu pula nabi Dawud berdoa agar wabah kholera dihilangkan dari negerinya.

Berangsur-angsur wabah itu lenyap sehingga rakyat tidak ada lagi yang menderita. Di tempatnya mengucapkan doa itulah akhirnya nabi Dawud clan nabi Sulaiman (anaknya) mendirikan masjid 

AHLI MA'RIFAT DALAM KITAB AL HIKAM

“Tidaklah disebut sebagai orang ahli ma’rifat orang yang memberi petunjuk (isyarah sesuatu) yang menjadi rahasia Allah yang haq, ia dapat menemukan dirinya lebih dekat kepada Allah daripada isyarahnya sendiri. Akan tetapi yang disebut ahli makrifat ialah orang yang tidak melihat dirinya mempunyai isyarah tertentu, karena kesirnaannya (fana’) dalam wujudnya Allah dan terbalutnya kenyataan diri dalam menyaksikan Allah.” (Al Hikam)
Dalam hikmah tersebut diterangkan tentang bagian-bagian orang yang sudah termasuk pada maqom fana’, yang karenanya tidak dijelaskan secara gamblang, tetapi hanya istilahnya saja yang dijelaskan, karena hikmah ini berhubungan dengan rasa yang ada pada orang yang ahli makrifat, yang pada umumnya kita sendiri belum pernah merasakannya, maka untuk lebih memudahkan para murid tasawuf dibuat beberapa istilah yang berkaitan dengan hal tersebut.
1. isyarat
2. ibaroh
3. maqom fana’ atau jam’i
4. maqom baqo’ atau farqi
Isyarat.
Pengertian isyarat disini bukan seperti pengertian mengarahkan (menuding) jari telunjuk kepada sesuatu, akan tetapi makna isyarah dalam hikmah ini berati, perkataan atau ucapan yang tidak jelas (kinayah) tentang segala sesuatu yang hanya orang tertentu yang bisa faham.
Ibaroh.
Ibaroh berarti suatu perkataan atau ucapan yang jelas (gamblang) tentang sesuatu hal yang semua orang bisa memahaminya.
Jadi isyarat adalah merupakan suatu istilah yang digunakan ahli tasawuf untuk menjelaskan tentang berapa hal, yang diantaranya
a. Asror, yaitu rahasia-rahasia Allah
b. Ilmu Laduni, yaitu ilmu yang langsung dari Allah (tanpa belajar)
c. Mawajid, yaitu rasa cinta dan rindu yang teramat sangat, yang terkadang sampai membuat seseorang kehilangan akalnya dan bahkan sampai tidak sadarkan diri.
d. Dzauq, yaitu rasa yang diterima oleh hati atau bathin. Seperti rasa tenteram karena merasa nikmat (ladzat) dalam berdzikir, shalat, dan lain sebagainya.
Dzauq terbagi menjadi dua
Dzauq Bathinyyah, yaitu semua rasa yang dialami oleh hati atau bathin
Dzauq Dhohiriyyah, yaitu semua rasa yang diterima oleh panca indera, seperti bau wangi, rasa sakit, pedas, asin, pahit, asam dan lain sebagainya.
Asror, ilmu laduni, mawajid dan dzauq adalah termasuk ‘aurat yang wajib untuk ditutupi dan tidak boleh diperlihatkan kepada khalayak umum. Hal ini dapat disamakan dengan ‘aurat dhohir dari tubuh manusia, semisal orang laki-laki, maka yang wajib ditutupi adalah antara pusar dan lutut, ssedang bagi wanita adalah seluruh anggota tubuh. Dan karena asror, ilmu laduni, mawajid, dan dzauq adalah termasuk ‘aurat, maka untuk menjelasakan perkara ini, para ahli tasawuf menggunakan isyarah (kinayah).
Al Fana’ (jam’u)
Para arif billah pasti melewati maqom jam’i. istilah lain dari maqomul jam’i adalah “wahdatul wujud” (manunggaling kawulo gusti). Istilah ini bukan berarti bahwa wujudnya Allah itu bersatu dengan wujudnya atau bercampur dengan wujudnya hamba, tetapi tiu hanyalah merupakan sebuah kiyasan atau istilah dari para sufi, yang mana timbulnya istilah itu setelah adanya pengalaman di dalam mengarungi samudera tasawuf.
Arti lain dari “manunggaling kawulo gusti” adalah , apabila ada seorang hamba melihat hamba atu ciptaan Allah yang lain, maka yang ia lihat bukan wujud ciptaan itu, tetapi yang terlihat adalah Allah. Bahkan ketika melihat dirinya sendiri pun ia tidak melihatnya, dan yang terlihat hanya Allah. Semuanya telah sirna, dan yang ada hanya Allah (dihati). Tidak wujud selain-Nya.
Pada “menyaksikan” itu, segala persoalan hilang dari dirinya karena dalam ke-esaan murni (al-fardaniyyat al-mahdhah). Dalam kondisi seperti itu ia terpesona dengan keindahan penyaksian itu, sehingga hilanglah kesadaran diri dan tidak lagi memiliki kemapuan untuk mengingat selain-Nya, bahkan tidak mampu untuk melihat diri sendiri. Pada saat dalam kesaksian seperti inilah sebagian dari para sufi seperti Al Hallaj dan Abu Yazid Al Busthami mengatakan, “anal haq” (ukulah kebenaran), “subahaani maa a’dhomi sya’ni” (maha suci aku dan betapa agung keberadaanku), “maa fil jubbati illa allahu” (tidak ada dalam jubahku ini kecuali Allah).
Apabila seseorang telah mengalami hal semacam ini, dan kemudian ia tidak mampu untuk menahan diri dengan cara tidak mengatakan secara ‘ibaroh (jelas), maka hal itu dianggap sebagai suatu pelanggaran. Hal ini juga pernah dialami Syaikh Lemah Abang ketika dipanggil oleh Sunan Kudus, “wahai Syaikh Siti Jenar”, dan beliau menjawab, “Syaikh Siti Jenar tidak ada, yang ada hanya Allah” ketika mengucapkan Itu, Syaikh Siti Jenar merasakan bahwa wujudnya sudah tidak ada lagi, yang ada hanyalah Allah semata. Dirinya sudah tidak nampak lagi, yang nampak hanya Allah semata.
Orang yang telah mencapai maqom fana’ atau jam’i, mereka menyadari bahwa semua yang dilakukannya adalah tindakan Allah. Syaikh Yusuf Al A’jami, “ siapa yang berkata pada maqom jam’i, maka yang berkata bukanlah dirinya, akan tetapi Allah yang berkata melalui lisan hambaNya”. Dan hal itu juga sesuai dengan hadist firman dalam hadits qudsi:
“fabii yasma’u wabii yabshuru wabii yanthiqu……..” (maka dengan Aku (Allah) ia mendengar, dan dengan Aku ia melihat, dan dengan aku pulalah ia berkata).
Setelah kaum ‘arifin melakukan pendakian mi’raj spiritual ke alam hakikat, mereka sepakat bahwa yang disaksikan oleh mereka hanyalah Allah Yang Haq. Tidak ada wujud selainNya. Dan dalam kesaksiannya ini masing-masing kaum ‘arifin memiliki memiliki dan cara kesaksian yang berbeda. Ada yang menyaksikan melalui “makrifat” dan “ilmu”, dan ada yang yang menyaksikan “dzauq” dan “al-hal”. Perumpamaan akan hal ini adalah seperti orang yang ingin mengetahui hakikat dari api. Ada yang mengetahui panas api melalui serentetan panjang imu pengetahuan dan perenungan, hingga meyakini bahwa itu panas, dan ada yang memperoleh keyakinan bahwa api itu panas karena ia sendiri sudah merasakan terbakar olehnya.
Saat menyaksikan itulah segala persoalan (syak) menjadi hilang dari diri mereka, karena tenggelam dalam keesaan murni (al-fardaniyat al-mahdhah). Mereka terpesona dengan keindahan penyaksian itu, kehilangan kesadaran diri, sehingga tidak memiliki kemampuan untuk mengingat selainNya. Hingga terlontar ucapan-ucapan mutasyabihat.
Imam Ghazali dalam kitabnya, “Misykat al Anwar”, memberikan komentar mengenai hal itu, bahwa semestinya para perindu Allah itu “asyiqin” tidak mengungkapkannya di saat kondisi ekstase “fana’”, karena kessaksian yang dialaminya bukanlah kesatuan “ittihad” yang hakiki, melainkan hanya “ittihad” seperti yang dinyanyikan oleh orang yang rindu berat,
“Akulah yang mencintai dan yang aku cintai,
kami ini ini dua ruh yang bersemayam dalam satu raga.”
Atau ibarat orang yang melihat minuman anggur dalam gelas, dan mengira bahwa warna anggur itu adalah hiasan dari gelas itu sendiri. Sebagaimana dalam untaian syair:
“Gelas bening dan anggurpun bening,
Keduanya serupa dan menyatu.
Sekan anggur tanpa gelas,
Dan gelas pun tanpa anggur.”
Ungkapan tersebut tentu berbeda, “bahwa anggur adalah gelas”, dan “anggur seakan-akan gelas. “Bila kondisi ‘ittihad’ ini memuncak, maka disebut dengan “fana’ al fana’” seseorang yang mengalami kefana’an, tidak saja saja merasakan kehilangan dirinya, bahkan rasa kehilangan dirinya itu telah hilang dalam kesadarannya. Tidak menyadari bahwa dirinya tenggelam dalam kefana’an, dan juga tidak menyadari akan kefanaan dirinya. Sebab bila masih menyadari akan kefanaan dirinya, berarti masih dalam kondisi sadar. Para ‘arifin yang tenggelam dalam kefanaan ini dalam bahasa majaz disebut “ittihad”, dan dalam bahasa hakikat disebut “tauhid.” (misykat al-anwar).
Orang yang benar-benar mencapai maqom fana’ atau “wahdatul wujud”, akan merasakan bahwa dirinya sudah tidak ada. Juga tidak mengetahui bahwa dirinya sudah sampai maqom apa, maqom fana’kah? Atau maqom yang lainnya, seperti ‘Abid, Murid, ‘Arif. Dan juga ketika ketika menerima tajalliNya, apakah tajalli af’al, tajalli sifat, tajalli dzat. Dalam perjalanan ibadahnya semisal, shalat, puasa, dzikir, dan amal ibadah lainnya, tidak merasakan bahwa dirinya sudah melakukannya, yang melakukan adalah hanya Allah. Hal ini sebagaimana makna yang tersirat dalam kalimat “laa haula walaa quwwata illa billah.” Seperti mayit yang berada di tangan orang yang memandikannya.
Dan bahwa apa yang disebut sebagai kehilangan dirinya dalam Tuhan (fana’), yang dipandang sebagai tujuan para sufi, sesungguhnya adalah merupakan tahap awal dari perjalanan yang sesungguhnya. (Al-Ghazali)
Al Baqo’ (farqi).
Setelah melewati maqom jam’i atau maqom fana’ seseorang akan memasuki maqom farqi atau disebut juga maqom baqo’. Orang yang sudah mencapai maqom ini akan kembali normal. Apabila ia melihat Allah maka ia juga dapat melihat mahluk begitu juga sebaliknya, ketika ia melihat mahluk maka ia juga dapat menyaksikan “musyaahadah” Allah didalam hatinya.
Dalam maqom inilah orang-orang melihat Allah dengan mata hatinya “arbab al-bashaa’ir” ketika melihat sesuatu mereka menyaksikan Allah bersamanya. Sebagaimana yang telah dikatakan para ‘arifin, “tidak ada sesuatupun yang aku lihat, kecuali sebelumnya aku telah melihat Allah sebelumnya”, sebagaimana yang diisyaratkan dalam firmanNya:
سَنُرِيهِمۡ ءَايَـٰتِنَا فِى ٱلۡأَفَاقِ وَفِىٓ أَنفُسِہِمۡ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمۡ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ‌ۗ
“Kami akan memperlihatkan kapada mereka di ufuk-ufuk dan didalam jiwa mereka sendiri bahwa Allah itu haq.” {Q.S. Al-Fushilat : 53}
Lebih jelasnya untuk lebih mudah dimengerti, seperti kisah yang tersirat dalam hadits ifqi (para pembuat berita dusta) panjang yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah r.a. ketika beliau beliau tertinggal oleh rombongannya, hingga kemudian ditemukan oleh Sofwan bin Mu’athol yang sedang mencari sesuatu miliknya yang hilang, dalam keadaan sedang tertidur. Ketika Sofwan mengetahui bahwa orang yang tertidur itu adalah wanita istri Rosulullah saw. Ia menjadi kaget dan mengucap istirja’ (Inna Lillahi Wa inna ilahi roji’un). ‘Aisyah ra seketika terbangun ketika melihat lelaki itu dan segera menutupi wajahnya dengan cadarnya. Kemudian Sofwan merundukkan ontanya dan menyuruh ‘Aisyah ra. Menaikinya tanpa berkata sepatah katapun, hanya dengan isyarat. Setelah Sofwan melanjutkan perjalanannya dengan menuntun ontanya yang kini telah dinaiki ‘Aisyah ra. Hingga akhirnya dapat menyusul rombongan bala tentaranya.
Sejak saat itu kemudian tersebar berita dusta (gosip) yang dihembuskan oleh ahli fitnah, yang mula-mula dihembuskan oleh Abdullah bin Ubay bin Sawul, yang menuduh bahwa ‘Aisyah telah berbuat tidak terpuji. Hingga sesampainya tiba di Madinah, beliau jatuh sakit selama sebulan. Keadaannya menjadi makin tertekan ketika menyadari ada sedikit perubahan sikap Rosulullah, yang pada waktu itu juga sedang gelisah menunggu datangnya wahyu dari Allah yang berkaitan dengan masalah itu. Cerita tidak kami tulis secara detail disini. Singkat cerita, ‘Aisyah ra. Meminta kepada orang tuanya seraya berkata, “jawablah Rosulullah oleh kalian berdua!.” Akan tetapi kedua orang tuanya menjawab, “Demi Allah, kami tidak mengetahui apa yang akan kami katakan.” Mendengar itu, ‘Aisyah ra. Berkata, “Sesungguhnya aku, Demi Allah telah mengetahui bahwa engkau telah mendengar berita tersebut sehingga engkau terpengaruh olehnya dan mau mempercayainya. Seandainya saja aku katakan kepadamu bahwa aku tidak bersalah, sehingga engkau terpengaruh dan mau mempercayaiku. Dan seandainya aku mengaku padamu, bahwa aku telah melakukan suatu perkara, sedangkan Allah mengetahui bahwa aku tidak bersalah, niscaya engkau (Nabi) percaya kepadaku. Demi Allah aku tidak menemukan suatu perumpamaan yang kukatakan kepada engkau kecuali sebagaimana ayah Yusuf ketika mengatakan:
فَصَبۡرٌ۬ جَمِيلٌ۬‌ۖ وَٱللَّهُ ٱلۡمُسۡتَعَانُ عَلَىٰ مَا تَصِفُونَ
“maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolonganNya terhadap apa yang kalian ceritakan” (Q.S. Yusuf 18)
Kemudian ‘Aisyah ra. Beranjak dari tempatnya dan langsung merebahkan diri di peraduannya. Sejak saat itu Rosulullah tidak lagi menetapi majlisnya hingga turun kepada beliau firman Allah Q.S An-Nur : 11-21, yang menyatakan kesucian ‘Aisyah ra. Wahyu itu membuat Rosulullah sangat senang. Dengan muka berseri-seri beliau sehera menyampaikan kabar gembira itu kepada ‘Aisyah ra. Maka ‘Aisyah ra. segera ditegur ibunya, “berdirilah, dan berterimakasihlah kepada Rosulullah.” Dan ‘Aisyah ra. berkata, “Tidak. Demi Allah, aku tidak akan berterima kasih kepada selain Allah yang telah menurunkan wahyu tentang kebersihanku.” (ketika mengucap ini, ‘Aisyah ra. dalam kondisi fana’)
Kemudian Abu Bakar ra. menyuruh ‘Aisyah ra. untuk bersyukur kepada Rosulullah, karen dengan lantaran beliaulah wahyu itu diturunkan dan ditujukan kepada ‘Aisyah ra.
Dalam hadits tersebut terkandung makna, bahwa disaat ‘Aisyah ra. mengatakan, “Tidak, Demi Allah, aku tidak akan berterima kasih kepada selain Allah yang telah menurunkan wahyu tentang kebersihanku.” Beliau berada maqom fana’, karena diwaktu mendapat cobaan itu beliau hanya memohon kepada Allah, sampai akhirnya wushul kepada Allah dan beliau lihat hanya Allah semata, sedangkan Rosulullah yang hadir kala itu tidak tampak oleh beliau.
Lain halnya dengan Abu Bakar ra., disamping beliau melihat Allah, Rosulullah juga terlihat oleh beliau. Yang mana hal ini menandakan, bahwa Abu Bakar ra. telah berada dalam maqom baqo’. Dan hal itu sesuai dengan sabda Rosulullah yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi:
من لم يشكر الناس لم يشكرالله
“Siapa yang tidak bersyukur kepada manusia (makhluq), maka ia tidak bisa bersyukur kepada Allah ta’ala”
Orang yang telah mencapai maqom baqo’, adalah orang yang telah bisa mencapai maqom makrifat yang hakiki. Orang yang telah mencapai maqom baqo’, dan sebelumnya didahului kondisi fana’, disebutu dengan “firoq ba’dal jam’i”. sedangkan orang yang telah mencapai maqom baqo’ tanpa pernah sama sekali fana’, disebut “firoq qoblal jam’i”. pada yang disebutu terakhir, terkadang seseorang masih tergolong “ahlul hijab”. (Iqodhul Himam).
Orang yang berada pada maqom “firoq qoblal jam’i” , kebenaran ucapannya masih harus sesuai dan didasari Al-Qur’an, Al Hadits dan pendapat-pendapat para ulama’, karena perkataannya masih dimungkinkan salah dan benar. Dan perkataan orang yang berada pada maqom “firoq ba’dal jam’i, bisa dipastikan apa yang dikatakannya adalah benar. Karena apa yang mereka katakan adalah merupakan suatu pengalaman nyata melalui “dzauq”, seperti perumpaan api di awal tulisan ini.
Wallahu A’lamu Bishshowab.
Semoga Allah memberikan kepada kita semua istiqomah dan ikhlas dalam mengabdikan diri kepadaNya.

KISAH NABI AYUB AS



Nabi Ayyub adalah putra Ish. Dengan demikian beliau masih masih saudara misan (sepupu) nabi Yusuf. la memiliki harta banyak. Tetapi nabi Ayyub tidak pernah sombong.

Nabi Ayyub adalah nabi terkaya sebab ia memiliki ternak yang sangat banyak, sawah amat luas. Ia juga dikaruniai anak yang banyak pula. Sehingga lengkaplah sudah kehidupan duniawinya.

Nabi Ayyub menyadari bahwa harta yang diberikan Allah kepadanya hanyalah suatu cobaan belaka. Untuk itu ia tidak segan-segan memberikan.sumbangan pada anak yatim dan keperluan agama. Karena sifat yang demikian itulah, akhirnya ia menjadi panutan kaumnya.

Nabi Ayyub lebih senang membantu para janda, orang miskin dari pada memberi hartanya untuk keperluan maksiat. Ia tidak pernah mengeluh sedikitpun jika cobaan datang bertubi-tubi. Begitu pula ketika mendapat kenikmatan ia tidak lupa mengucapkan syukur kepada Allah.

1. Nabi Ayyub Mendapat Cobaan
Karena kesabarannya dalam menghadapi segala persoalan, maka iblis jadi iri hati. la ingin mencoba kesabaran itu dan meminta izin pada Allah

Iblis yang dengki itu akhirnya dikabulkan Allah untuk menggoda Ayyub. Sebab Allah ingin menunjukkan padanya bahwa hambanya yang bernama Ayyub tidak pernah melupakan meskipun ia dalam keadaan sangat sulit. Tuhan ingin menunjukkan pada iblis bahwa Ayyub adalah utusan-Nya yang sangat sabar. Dan hendaknya iblis malu pada perbuatannya yang ingkar.

Mula-mula Allah menguji nabi Ayyub dengan dikikiskannya harta yang melimpah itu. Sedikit demi sedikit harta itu habis sehingga kehidupan nabi Ayyub menjadi miskin. Orang tidak akan mengira akan kekayaan nabi Ayyub yang bisa habis dalam waktu singkat.

Nabi Ayyub tidak pernah mengeluh sedikitpun tentang hartanya yang telah ludes. la tetap bertaqwa sebagaimana biasanya. Dengan ludesnya harta itu, ia memperoleh keringanan, sebab selama ini selalu merasa berdosa jika lalai memberi santunan pada anak yatim.

Tidak berapa lama setelah kejadian ttu, Allah mencoba lagi dengan dimatikannya semua anak nabi Ayyub. Sebab Iblis masih belum percaya dengan firman Allah yang menerangkan kesabaran nabi Ayyub.

Tiap hari anaknya menderita sakit, kemudian meninggal. Begitu seterusnya sampai semua anak-anaknya tidak ada lagi yang hidup. Bagi orang awam mungkin hal ini merupakan pukulan batin yang amat berat. Namun bagi nabi Ayyub hanya cobaan, dan untuk itulah ia tidak pernah meratapi kematian anak-anaknya. Nabi Ayyub beranggapan bahwa semua yang ada di muka bumi ini akan musnah. Begitu pula dengan kepergian anaknya. Mereka menghadap kembali pada Allah. Alangkah tabahnya nabi Ayyub dalam menghadapi cobaan yang tidak pernah berhenti itu. la tetap menjalankan ibadahnya seperti biasa. la tidak pernah mengeluh sedikitpun meskipun semua hartahya telah ludes dan anak-anaknya sudah tiada lagi.

Karena iblis belum puas dengan godaannya itu, maka ia meminta pada Allah agar memberi cobaan berupa penyakit yang menimpa nabi Ayyub. Penyakit itu berupa penyakit kulit seperti kudis dan termasuk penyakit yang berbahaya. Menurut sebuah riwayat Ibnu Katsir dalam tafsirnya ialah yang sakit adalah anggota tubuhnya, hanya akal dan pikirannya saja yang masih waras.

Meskipun ia mendapat cobaan yang beruntun dan tidak pernah ada habisnya nabi Ayyub tetap beribadah kepada Allah seperti biasanya. Hal ini membuat hati Iblis semakin dengki. la sudah mencoba dengan segala upaya untuk menggoda Ayyub agar tidak beribadah kepada Allah. Namun usahanya selalu sia-sia.

Karena bencana yang menimpa terus menerus, membuat semua sahabatnya tidak ada yang berani mendekatinya, bahkan mereka menjauhinya. Mereka menganggap jika masih berdekatan dan berhubungan dengan nabi Ayyub, maka semua usahanya akan sial. la menganggap nabi Ayyub kena tuah dari tuhan-tuhannya.

Meskipun semua sahabatnya tidak ada lagi yang datang menjenguknya dan bahkan ia mendengar akan ocehan-ocehan mereka tidak membuat sakit hatinya. la bahkan semakin taqwa kepada Allah, la yakin bahwa penyakitnya pasti terobati.Dan ia yakin bahwa semua itu adalah cobaan dari Allah.

Karena hartanya ludes dan ia sendiri tidak dapat mencari nafkah maka isterinya yang memegang peranan. Pada mulanya ia bekerja di pabrik roti. Namun hal itu tidak berlangsung lama sebab ia diberhentikan oleh majikannya. Pemberhentian ini dengan alasan takut ketularan penyakit yang diderita nabi Ayyub.

Karena setiap mendapat pekerjaan ia selalu diberhentikan, akhirnya untuk makan sudah tidak ada. Dengan tulus ia memotong rambutnya yang berurai untuk dijual pada tetangganya.

Walaupun nabi Ayyub dilanda cobaan yang begitu berat, ia selalu mendekatkan diri kepada Allah, la masih beribadah seperti sedia kala meskipun tidak dapat berdiri lagi. la hanya memohon kepada Allah agar diberikan kesembuhan.

Meskipun doanya belum dikabulkan oleh Allah, nabi Ayyub tidak pernah putus asa dalam beribadah. la malah mendekatkan dirinya dengan penuh kesungguhan hati. Semua yang dialaminya diterima dengan sabar.
Melihat nabi Ayyub masih beribadah dengan tidak mengurangi sedikitpun, iblis semakin marah. Semua upaya mulai dari ludesnya harta, matinya anak-anak Ayyub dan ia sendiri yang dicoba tidak membuahkan hasil. Hal ini semakin membuat iblis geram.

Dasar iblis, setelah semua usahanya untuk menggagalkan ibadah nabi Ayyub kepada Allah tidak menemui hasil, maka ia mencoba menggoda isterinya (isteri Ayyub).

la membisikkan kata-kata agar segera meninggalkan nabi Ayyub, sebab suaminya sudah tidak dapat mencari nafkah lagi. Semula isterinya masih mampu bertahan, namun bisikan iblis semakin kuat akhirnya ia meninggalkan juga. Kita sudah dapat membayangkan bagaimana penderitaan nabi Ayyub ketika itu. Sebab dirinya sudah sakit parah, ditinggalkan pula oleh isterinya.

Namun menurut beberapa riwayat, istrinya tidak meninggalkan nabi Ayyub. la hanya enggan disuruh suaminya. Maka ketika nabi Ayyub mengetahui bahwa istrinya sudah enggan kepadanya ia pun mengucapkan nadzar.

" Jika aku sembuh nanti niscaya akan kupukul seratus kali, "kata nabi Ayyub kepada istrinya dengan nada marah. Istri nabi Ayyub yang sudah tergoda oleh iblis tidak menghiraukan sama sekali. la langsung pergi pergi meninggalkan nabi Ayyub.

Ketika mengetahui istrinya tidak mau lagi melayani dan menungguinya maka ia memohon kepada Allah agar disembuhkan.

Firman Allah dalam surat Shood ayat 41 telah diterangkan mengenai penyakit yang diderita nabi Ayyub : 
Artinya: Ingatlah ketika Ayyub menyeru kepada Tuhannya : "Ya Tuhan ! Aku dapat penyakit dan cobaan dari syetan".

Nabi Ayyub berkata demikian karena setanlah yang meminta agar Allah mengujinya. Menguji ketaatan beribadahnya. Syetan tidak senang jika melihat orang yang selalu taat dengan ajaran agama.

Syetan punya pikiran bahwa jika nabi Ayyub menderita tentu ia akan durhaka kepada Allah. Allah pun memperlihatkan ketaatan nabi Ayyub kepada syetan.

2. Nabi Ayyub Sembuh Dari Penderitaannya
Selama bertahun-tahun nabi Ayyub menderita. Selama itu pula ia tidak pernah durhaka kepada Allah bahkan semakin meningkatkan ketakwaannya. Semua harta yang ia kumpulkan selama bertahun-tahun lenyap begitu saja, kemudian anaknya mati dan ia sendiri sakit. Akhirnya istri yang setia meninggalkan pula. Sungguh lengkap penderitaan yang dialami nabi Ayyub.

Karena syetan sudah tidak mampu lagi menggoda nabi Ayyub ia tidak lagi mencobanya. Sebab semua upayanya untuk menaklukkan nabi Ayyub sia-sia belaka.

Setelah ia mengucapkan janji pada istrinya, nabi Ayyub pun berdoa agar disembuhkan dari penyakitnya. Doa itupun dikabulkan oleh Tuhan seperti yang tertera dalam Al Qur'an surat Al Anbiyaa' ayat 83 sampai 84 :
Artinya : Ingatlah kisah Ayyub AS. ketika berdoa kepada Tuhannya seraya berkata : "Ya Tuhanku ! Saya telah ditimpa kemelaratan dan Engkaulah yang lebih Pengasih dari segala yang pengasih". (Al Anbiyaa': 83)

Maka Kamipun memperkenankan seruannva itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai rakhmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (Al Anbiyaa': 84)

Demikianlah nabi Ayyub memohon kesembuhannya pada Allah dan Allahpun mengabulkan doanya. Allah juga mengembalikan semua harta dan anak-anaknya, bahkan lebih dari sedia kala.

Dalam surat Shood ayat 42 sampai 43 juga telah diterangkan mengenai kesembuhannya. Ayat-ayat tersebut mempunyai arti sebagaimana berikut:

Allah SWT berfirman kepada nabi Ayyub: Rentangkanlah kakimu di atas tanah, niscaya terbit mata air di sana, itulah air mandi yang sejuk dan minumlah. Lalu sembuhlah penyakitnya.

Kami anugerahi ia famili yang berlipat ganda dari yang terdahulu, sebagaimana rahmat dari pada Kami dan peringatan bagi orang-orang yang berakal. (Shood: 42-43)

Setelah mendengar firman itu, maka ia lakukan sebagaimana yang telah difirmankan Allah kepadanya. Ia pun berusaha merangkak. Kemudian ia menjejakkan kakinya ke tanah dan memancarlah air dari bekas injakkannya.

Kemudian nabi Ayyub mandi dan minum dari air tersebut. sehingga sembuhlah dari penyakitnya. Tidak lama kemudian ia mencari isterinya untuk membayar janji yang telah diucapkan sewaktu sakit

3. Nabi Ayyub Membayar Nadzar
Begitu ia sembuh dari penyakitnya, maka yang perlu dilakukannya pertama kali adalah membayar janji pada istrinya ketika masih sakit. la mencari istrinya, setelah ketemu ia hendak memukulnya seratus kali. Namun belum sampai terlaksana, ia mendapat pelajaran dari Allah

Teguran itu sudah diterangkan dalam Al Qur'an surat Shod ayat 44 :  
Artinya : Ambillah sekerat kayu dengan tanganmu sendiri, lalu pukullah istrimu satu kali, maka Engkau tiada melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami mendapat Ayyub itu orang yang sabar. Dia sebaik-baik hamba yang banyak bertobat kepada Allah (Shod : 44)

Kemudian nabi Ayyub mengambil seratus batang rumput dan diikatkan menjadi satu. Lalu ia pukulkan ke istrinya hanya sekali saja. Kemudian istrinya menjelaskan sebab-sebab ia tidak mau melayani dan menunggui suaminya ketika sakit. Semua itu adalah ulah dari syetan yang telah menggodanya.

4. Kenabian Ayyub AS.
Kenabian Ayyub ini telah diterangkan dalam Al Qur'an surat An Nisa' ayat 163 : 
Artinya: Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagai-mana Kami telah memberikan Wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi kemudian. Dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'kub dan anak cucunya, Isa, Ayyub. (An Nisa’: 163)

Ayat itu tujuannya untuk memberikan nabi Muhammad bahwa sebelum pengangkatannya menjadi Nabi, Allah telah mengangkat beberapa orang nabi.

KISAH NABI ADAM AS

Kisah, Cerita, dan Sejarah Nabi Adam AS - Nabi Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah. Dari Adamlah sehingga bumi sekarang ini dipenuhi jutaan manusia dari berbagai suku bangsa. Namun sebelum Allah menciptakan Adam terlebih dahulu Allah menciptakan langit, bumi dan isinya.

Dalam penciptaannya, Allah memerlukan waktu kurang lebih enam masa. Masa disini tidak dapat diartikan dengan ukuran kita. Semua itu hanya Allah yang mengetahuinya. Namun menurut berapa riwayat bahwa penciptaan bumi, Iangit dan isinya ini hanya enam hari.

Bila riwayat tersebut benar, maka alangkah singkatnya Allah menciptakan bumi dan isinya. Kita harus meyakini bahwa Allah Maha Agung dan Maha Besar. Sehingga tidak mustahil jika apa yang dikehendaki dapat terjadi. Kita dapat membayangkan betapa luasnya bumi dan betapa tingginya jarak dengan langit. Semua itu hanya enam hari dalam penciptaannya.

Untuk itu hendaknya kita merasa kecil jika dibandingkan dengan kekuasaan Allah. Kita akan berdosa jika tidak mengakui ke-Agungan Allah, kita hidup ini juga dihidupkan oleh Allah.

1. Allah Menciptakan Bumi

Sudah dijelaskan di atas bahwa sebelum Adam diciptakan terlebih dahulu Allah menciptakan langit, bumi dan isinya. Dan Allah juga telah menciptakan Malaikat serta Iblis. Diterangkan pula bagaimana dan berapa lama Allah menciptakan bumi yang luas ini.

Dalam Al Qur'an surat Yasin ayat 82 telah diterangkan bagaimana ke-Agungan Allah, surat itu yang
Artinya : "Sesungguhnya keadaannya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah (cukup) mengatakan "jadilah" maka terjadilah". ( Yasin : 82)

Begitu pula dengan penciptaan bumi. Tuhan hanya mengatakan "KUN" artinya jadilah, maka jadilah bumi ini. Allah tidak kesulitan dalam segaia hal.

Dalam surat lain yaitu Al A'rof ayat 54 Allah juga menerangkan tentang tamanya (singkatnya) penciptaan bumi, langit dan isinya. Ayat itu menunjukkan kebesaran Allah.

"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menjadikan langit dan bumi dalam enam masa". (Al A 'rof: 54).

Allah juga melengkapi bumi ini dengan poros yang lazim disebut gravitasi bumi. Dengan adanya gaya gravitasi ini maka bumi tidak bertabrakan dengan planet lainnya, Gravitasi ini dapat menahan bumi sehingga tetap berada ditempatnya sampai batas waktu yang ditentukan Allah. Jika gravitasi tersebut sudah pudar maka bumi akan bertabrakan dengan planet lainnya sehingga terjadilah kiamat besar. Mengenai kiamat ini kita sebagai manusia biasa tidak mengetahuinya. Nabi pun tidak mengetahui kapan terjadinya begitu pula dengan malaikat dan iblis.

Kita kembali pada masalah pembuatan bumi. Bumi ini diciptakan Allah hanya memakan waktu enam masa. Enam masa jika diukur dengan waktu manusia berarti 6.000 tahun. Sebab satu masa bagi Allah sama dengan seritu tahun menurut perhitungan manusia

Mengenai ukuran Allah dengan ukuran manusia sudah diterangkan dalam Al Qur'an surat Al Hajj ayat 47 yang artinya :

"Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan. Padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari bagi (disisi) Tuhanmu adalah seribu tahun menurut perhitunganmu". (Al-Hajj: 47)

2. Allah Menciptakan Nabi Adam

Setelah bumi dan langit sudah tercipta. maka Allah menciptakan makhluk dari cahaya. Makhluk ini tidak berjenis kelamin. Makhluk ini juga sangat patuh pada Allah, dialah malaikat. Karena tidak berjenis kelamin, maka malaikat tidak memiliki nafsu birahi.

Malaikat yang wajib kita ketahui dan kita imani ada sepuluh jumlahnya. Dari sekian banyaknya malaikat, mereka mempunyai tugas sendiri-sendiri. Malaikat merupakan makhluk Tuhan yang patuh dan setia pada Allah sebab apa yang diperintahkan-Nya selalu dijalankan.

Karena malaikat diciptakan dari cahaya (Nur), maka perjalanannya laksana kilat. Tidak dapat dilihat dengan mata kepala manusia kecuali mendapat perintah Allah untuk menampakkan dirinya.

Disamping itu, Allah juga menciptakan iblis dari api. Sehingga bisa dibayangkan bagaimana kalau kita sedang emosi dan marah tentulah badan terasa panas. Untuk itu jika kita sedang marah berarti iblis sudah bersarang dalam raga. Untuk memadamkan api ialah air. Sebaiknya jika kita marah segera berwudlu agar api yang ada di dalam raga tidak menjalar ke seluruh tubuh.

Mengenai penciptaan malaikat dan jin sudah diabadikan dalam Al Qur'an surat Al Hijr ayat 27 yaitu :
Artinya : "Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dan api yang sangat panas". (Al Hijr: 27)

Jin ini pada dasarnya ada yang beriman dan ada pula yang ingkar seperti layaknya manusia. Jin (Iblis) juga tidak mati seperti manusia sebab telah direstui oleh Allah sehingga sampai kiamat tiba. Iblis yang ingkar kepada Allah selalu berusaha untuk mengajak umat manusia ke jalan kemungkaran. Sebab ia tidak sudi jika melihat anak cucu Adam berbuat kebaikan. Dan ini telah menjadi sumpahnya.

Setelah Allah menciptakan kedua makhluk seperti di atas maka Allah menciptakan manusia. Manusia itu diciptakan dari tanah liat dan merupakan cikal bakal nenek moyang manusia. Dialah Adam.

Mulanya Allah membentuk tanah sedemikian rupa sehingga menyerupai manusia kemudian diberi roh dan mengatakan "KUN". Maka jadilah Adam. Kemudian Adam diberi pengetahuan oleh Allah mengenai benda-benda yang ada di bumi. Dan hal ini tidak diberikan pada malaikat dan iblis. Sehingga Adam saja yang memiliki pengetahuan itu.

Setelah itu Adam dihadapkan pada malaikat. Allah menanyakan benda-benda yang telah dikenal Adam pada malaikat. Namun tidak ada satu malaikatpun yang dapat menjawab pertanyaan Allah. Sehingga mereka berkata sambil bersujud :

" Maha suci Engkau ya Allah, kami tidak mengetahuinya melainkan yang sudah Allah ajarkan". (Al Baqarah ; 32)

Nyatalah, bahwa nabi Adam tebih tinggi derajatnya dibanding malaikat. Sebab dengan kecerdasannya ia dapat menjawab semua benda yang ditanyakan Allah. Kemudian Allah menyuruh pada malaikat bersujud dihadapan nabi Adam dan memulyakan nama Allah. Maka malaikatpun melakukan perintah-Nya.

Setelah itu nabi Adam dihadapkan pada iblis. Allah juga menanyakan benda-benda seperti pertanyaan-Nya pada malaikat. Iblis pun tidak dapat menjawab. Dan setelah ditanyakan kepada

nabi Adam, maka dijawabnya semua benda-benda itu.

Nyatalah sudah bahwa nabi Adam lebih tinggi derajatnya dari iblis. Namun tidak mau mengaku kekalahannya. Ketika ia disuruh bersujud dihadapan nabi Adam dan memulyakan nama Allah, mereka justru menolaknya. Sebab mereka beralasan bahwa derajatnya lebih tinggi dari nabi Adam, sebab diciptakan dari api sedangkan nabi Adam diciptakan dari tanah.

Mengetahui hal seperti itu, maka Allah pun menanyakannya pada iblis seperti yang tertera dalam Al Qur'an surat Al A'rof ayat 12:  
Artinya : "Allah berfirman : Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu ?".

Dalam ayat itupun dijelaskan mengenai perkataannya sebagai jawaban kepada Allah :

" Saya lebih baik dari padanya. Engkau ciptakan saya dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah". (Al A'rof: 12)

Dengan demikian iblis merupakan makhluk yang membangkang atas perintah Allah. Oleh karena itu, ia dikeluarkan dari syurga. Dan ia termasuk makhluk yang dilaknat Allah.

3. Keluarnya Iblis dari Syurga dan Adam Penghuninya

Setelah iblis membangkang pada Allah, karena ia tidak mau bersujud dihadapan nabi Adam dan memulyakan nama Allah, maka ia dikeluarkan dari Syurga. Karena syurga tidak patut dihuni makhluk yang membangkang pada Allah. Syurga adalah tempat bagi orang-orang yang menjauhi larangan Allah dan berbuat kebajikan untuk jalan Allah .
Mengenai pengusiran iblis dari Syurga sudah diabadikan dalam Al Qur'an surat Al A'rof ayat 13 yang artinya : " Allah berfirman : Turunlah kamu dari Syurga itu, karena kamu tidak patut (sepantasnya) menyombongkan diri di dalamnya. Maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasukorang-orang yang hina". (Al A'rof: 13)
 
Kemudian Adam menempati syurga yang penuh dengan kenikmatan. Di dalamnya ia tidak bersusah payah jika menginginkan sesuatu. Sebab segalanya sudah tersedia begitu di dasar hatinya ingin sesuatu. Meskipun demikian ia mendapat pesan dari Allah agar tidak mendekati pohon larangan. Pohon itu ialah Khuldi. Ketika masih sendiri di syurga semua larangan-Nya dihindari sebab tidak ada yang mengajaknya ke sana dan selalu beriman pada Allah.

4. Iblis Menjadi Musuh Manusia
Setelah merasakan nikmatnya hidup di syurga, maka ketika Allah mengusirnya ia terkejut dan meminta pada Allah agar dipanjangkan umurnya hingga kiamat tiba. Permintaan iblis ini dikabulkan oleh Allah. Dan iblispun bersumpah akan selalu menggoda Adam dan anak cucunya sampai hari kiamat. Selain itu iblis juga akan mengajaknya ke neraka, Hal ini telah diabadikan dalam Al Qur'an surat Al A'rof ayat 14 yang berbunyi :
Artinya: " Iblis menjawab : Beri saya kesempatan sampai waktu mereka dibangkitkan". (Al A'rof: 14)

Kemudian Allah menjawab seperti yang ada dalam Al Qur'an surat Al A'rof ayat 15 yang artinya :

"Allah berfirman : Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi kesempatan", (Al A'rof: 15)
 
Selain itu iblis pun minta izin kepada Allah agar selalu menghalang-halangi anak cucu Adam yang hendak berbuat kebajikan. Iblis akan senang jika melihat anak cucu Adam berbuat kemungkaran dan kerusakan di muka bumi.

Dalam hal ini telah diterangkan dalam Al Qur'an surat Al A'rof ayat 16 yang artinya :

" Karena Engkau telah menghukum saya tersesat maka saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus". (Al A'rof: 16)
 
Oleh sebab itulah saat ini banyak manusia yang berbuat kemaksiatan, kemungkaran dan kerusakan dimuka bumi karena termakan bujukan iblis. Sebab hanya dengan cara itulah iblis memperoleh kawan di neraka jahanam kelak.

5. Ibu Hawa Sebagai Istri Adam
Setelah iblis keluar dari syurga maka Adampun tidak ada temannya. Melihat hal ini Allah menciptakan makhluk dengan bentuk yang sama seperti nabi Adam namun perempuan.

Tentang asal mula ibu Hawa ini telah diterangkan Allah dalam surat An Nisaa' ayat 1, yaitu :
  Artinya:
" Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu". (An Nisaa': 1)
 
Terciptanya ibu Hawa tidak diketahui oleh nabi Adam sebab ia dalam keadaan tidur. Sehingga Allah mengambil tulang rusuknya sebelah kiri dan menggantinya dengan daging dan diberi roh.

Setelah nabi Adam terbangun dari tidurnya ia merasa heran sekaligus kagum melihat ada makhluk disisinya.

"Siapakah engkau sebenarnya yang telah berada disisiku ?" tanya Adam.

"Aku adalah makhluk sepertimu yang telah diciptakan oleh Allah"Jawab Ibu Hawa.

Begitu mendengar kata-kata yang terucap dari mulut ibu Hawa dan menyebut nama Allah, nabi Adam bersimpuh sambil berkata: "Maha suci Engkau ya Allah !"

Setelah itu ia menoleh lagi pada ibu Hawa sambil bertanya : "Wahai makhluk seperti daku, apakah tugasmu disisiku. Kemudian ibu Hawa menjawab dengan kemantapan hati sebab dibimbing oleh Allah." Aku diperintahkan oleh Allah untuk menemani dirimu dalam kesepian. Dari akulah kelak kuturunkan umat manusia yang banyak. Dari akulah sehingga bumi terisi oleh manusia".

Setelah mengetahui maksud kedatangan ibu Hawa, rnaka keduanya bersujud kehadapan Allah untuk memanjatkan puji syukurnya. Sehabis bersujud datanglah malaikat ke tempat mereka. "Ya Adam, siapakah makhluk yang satu ini ?" tanya malaikat. "Dia adalah makhluk seperti aku. la diutus oleh Allah untuk menemani diriku baik dalam suka, duka dan kesepian,"jawab Adam

Setelah mendengar penjelasan dari nabi Adam serta merta para malaikat bersujud dan mengucapkan,"Maha Suci Engkau ya Allah yang telah menjadikan dan menciptakan teman Adam dari tulang rusuknya".
Mulai saat itu ibu Hawa menjadi pendamping setia nabi Adam di syurga. Kehidupan mereka sangat tenteram, aman sebab semua yang diminta sudah tersedia. Melihat kejadian seperti itu iblis tidak senang. Dengan berbagai upaya ia mencoba membujuk Adam dan Hawa agar keluar dari syurga.

Meskipun demikian Adam dan Hawa tidak tergoda sedikit pun karena sudah diberitahu Allah agar tidak mendekati pohon Khuldi. Namun iblis tetap menggoda dan mengajak Adam dan Hawa untuk mendekati pohon itu. Hal ini disampaikan dari muka, belakang, samping kiri dan samping kanan.

6. Syurga Sebagai Tempat Tinggal Adam dan Hawa
Setelah iblis mendapat murka dari Allah, maka penghuni syurga adalah Adam. Di dalam syurga ia seorang diri, untuk itu Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuknya. Dengan demikian ia sudah mendapatkan teman sekaligus sebagai istri.

Di dalam syurga mereka tidak kekurangan suatu apapun, sebab semua yang diinginkannya sudah tersedia. Buah-buahan yang ada di dalamnya beraneka ragam. Kenikmatan yang diberikan Allah kepada mereka tidak bisa dibandingkan dengan kenikmatan dunia.

Meskipun demikian Allah berpesan kepada mereka agar tidak mendekati pohon Khuldi, apalagi memakan buahnya.

Disela-sela pembicaraan Adam dengan Allah tentang larangan-Nya memakan buah Khuldi didengarkan iblis. Dengan bermodalkan buah Khuldi iblis membujuk Adam dan Hawa untuk memakannya. Adam dan Hawa juga belum mengetahui sebab-sebabnya mengapa mereka dilarang mendekati dan memakan buah khuldi.

Berbagai rayuan yang dihembuskan iblis kepada mereka tidak dapat membujuknya. Sebab Allah sudah berpesan kepada mereka. Hal ini disebabkan oleh sayangnya Allah kepada mereka agar selalu menempati syurga yang serba nikmat, serba ada dan lain sebagainya.

Firman Allah kepada mereka :
Artinya:
" Dan Allah berfirman: Hai Adam, tinggaiah kamu dengan istrimu di dalam syurga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadi kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim". (Al A'rof: 19)
 
Dari firman Allah itu kita dapat menarik kesimpulan bahwa Adam dan Hawa diperkenankan menghuni syurga. Meskipun demikian mereka tidak diperbolehkan mendekati pohon yang satu, yaitu pohon khuldi.

Meskipun begitu iblis tetap mendatangi mereka berdua karena dendamnya belum terbalaskan. Iblis menganggap karena Adam lah sehingga ia dikeluarkan dari syurga. Ia pun mengajak dan mencoba menyeret nabi Adam dan ibu Hawa keluar dari syurga. Dengan demikian iblis akan mendapatkan teman di luar syurga.

Namun iblis tidak senang melihat Adam dan Hawa berada di dalam syurga. Sehingga ia tidak putus asa dan tetap mencari daya upaya agar keduanya bisa dikeluarkan dari syurga. Berulang kali iblis datang sambil bersumpah.

"Hai Adam, maukah kamu berdua ketunjukkan buah yang sangat nikmat jika dibandingkan buah yang telah engkau makan, "bujuk iblis sambil menenteng buah khuldi.

"Kami berdua tidak ingin memakan buah yang kau bawa itu hai iblis, sebab kami telah dilarang memakannya, "jawab Adam dan Hawa.

"Tetapi buah ini nikmatnya tiada duanya, kalau engkau tidak percaya cobalah sedikit saja. Tentu kau akan mencarinya lagi setelah mencicipi buah ini, "bujuk iblis.

Iblis berkata demikian sambil memakan buah itu sedikit demi sedikit dihadapan Adam dan Hawa. Saking nikmatnya sampai ia memejamkan matanya. Hal ini membuat hati Adam dan Hawa tergiur untuk merasakannya juga. Namun di dalam hatinya ia masih ingat pesan Allah kepada mereka.

"Hai iblis janganlah kamu mencoba membujukku dengan caramu itu. Sebab aku tahu sebenarnya kamu hanya berpura-pura saja, "kata Adam.

Kemudian iblis bersumpah karena semua jalan untuk membujuknya tidak menggoyahkan hati Adam dan Hawa. Bujukan yang terakhir ini dapat dikutip di dalam Al Qur'an surat Al A'rof ayat 20 :
Artinya:
" Tuhan kamu tidak melarangmu untuk mendekati pohon ini. Melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau menjadi orang-orang yang kekal (dalam syurga)".
 
Setelah mendengar perkataan iblis seperti di atas hati keduanya agak tergiur juga. iblis yang tahu gelagat menambah perkataannya seperti pada surat Al A'rot ayat 21 yang berbunyi:  
Artinya:
" Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kamu berdua". (Al A'rof: 21)
 
Demi mendengar sumpah iblis yang seakan-akan mendapat tugas dari Allah untuk menasehati, maka Adam dan Hawa merasai buah khuldi. Setelah menelan rasanya, barulah mereka sadar bahwa mereka telah tertipu oleh iblis. Dengan senang iblis pun bersorak sambil mengejek nabi Adam dan ibu Hawa sebab bujukannya telah berhasil.

"Hai Adam dan Hawa sesungguhnya aku tidak pernah diberi tugas oleh Allah untuk menasehatimu. Kini terbalaskan sudah dendamku kepadamu, "kata iblis kegirangan.

Setelah mengetahui bahwa dirinya telah ditipu iblis, akhirnya mereka menyesali perbuatannya. Tidak berapa lama kemudian tubuh mereka telanjang bulat sehingga tampaklah aurat-aurat mereka. Dengan serta merta mereka mengambil daun-daun surga untuk menutupi auratnya.
Di saat mereka asyik menutupi auratnya, mereka dapat teguran dari Allah. Teguran ini dapat dikutip pada surat Al A'rof ayat 22 :
Artinya: "........ Kemudian Allah menyeru pada mereka : Bukankah Aku telah melarangmu berdua dari pohon kayu itu, dan Aku katakan kepadamu sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua".
 
Setelah mendapat teguran dari Allah, maka keduanya bersimpuh dan menangis untuk menyatakan rasa sesalnya kehadapan Allah. Penyesalan ini dapat dilihat pada Al Qur'an surat Al A'rof ayat 23 yang berbunyi:
Artinya:
" Keduanya berkata : Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri. Dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi Rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi". (Al A'rot: 23)
 
Allah mempunyai sifat pengasih dan penyayang. Setelah keduanya menyesali perbuatannya maka Allah pun mengampuni mereka. Meskipun demikian keduanya tetap mendapat pesan dari-Nya. Pesan ini berupa teguran dan kemurkaan-Nya. Mengenai pesan ini dapat dikutip pada Al Qur'an surat Al A'rof ayat 24 yang berbunyi:
Artinya : "Allah berfirman: Turunlah kalian, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan".
 
Setelah Allah berkata demikian berarti Adam dan Hawa tidak menghuni syurga lagi, melainkan pindah di muka bumi. Dengan demikian Adam dan Hawa keluar dari dalam syurga yang serba nikmat dan serba ada.

7. Keadaan Adam dan Hawa Setelah Diturunkan ke Bumi
Setelah keduanya dikeluarkan dari syurga, mereka lalu mencari penghidupan yang sengsara jika dibandingkan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kesalahan mereka sendiri karena termakan bujukan iblis.

Jika di syurga segala yang dikehendaki sudah tersedia, maka di bumi tidak lagi. Untuk memenuhi kebutuhannya mereka harus mencarinya. Dengan jalan itu barulah keinginannya terpenuhi. Jika ia ingin buah-buahan maka mereka memetiknya terlebih dahulu.

Meskipun demikian mereka tidak henti-hentinya bertaubat minta pengampunan pada Allah. Di samping bertaubat mereka juga berusaha bercocok tanam, mengembangkan peternakan dan mulai mengatur lingkungannya.

Setelah berapa lama mereka hidup berdua, akhirnya Tuhan mengaruniai anak. Anak yang dilahirkan ibu Hawa selalu kembar. Begitu pula pada kelahiran pertama. Seorang laki-laki dan yang lainnya perempuan. Anak laki-laki diberi nama Qobil dan yang perempuan iklima. Iklima mempunyai paras yang cantik, begitu pula paras Qobil yang tampan.

Tidak berapa lama kemudian ibu Hawa melahirkan kembar lagi. Kali ini juga laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki diberi nama Habil dan yang perempuan diberi nama Labuda. Jika dibandingkan dengan saudara tuanya, kedua anak itu memiliki paras yang tidak cantik dan tidak tampan.

8. Kisah Pembunuhan Pertama di Muka Bumi
Adam sebagai orang tua dari keempat anaknya mengajari bercocok tanam dan beternak. Dengan demikian mereka dapat mencart nafkah sendiri setelah usianya menginjak dewasa.

Qobil yang dilahirkan pertama mempunyai sifat dan perangai buruk sedangkan Habil malah sebaliknya. Qobil selalu iri jika melihat Habil berhasil dalam segi pertanian dan peternakan. Sifat ini adalah jalan masuk bagi iblis.

Ketika dua saudara itu beranjak dewasa, maka Adam berniat mengawinkan mereka. Perkawinan itu tidak dapat ditentukan oleh Adam. Untuk itu beliau meminta petunjuk Allah.

Menurut peraturan Allah Qobil dikawinkan dengan Labuda, sedangkan Habil dengan Iklima. Artinya Qobil dikawinkan dengan saudara kembar Habil. Demikian pula sebaliknya. Setelah mendapat petunjuk dari Allah, maka Adam pun mengatakannya kepada anak-anaknya.

Mendengar keterangan ayahnya, Qobil tidak mau menerima kenyataan. Sebab calon istrinya yaitu Labuda mempunyai paras jelek. Maksudnya ia harus dikawinkan dengan Iklima saudara kembarnya. Mengapa demikian ? Karena Iklima memiliki paras yang cantik.

Qobil yang memiliki perangai jahat tetap bersikap keras tidak mau menerima peraturan Allah yang diturunkan kepada ayahnya. Sehingga timbullah percekcokan dengan Habil.

"Hai Qobil, peraturan ini bukanlah ayah yang membuat, namun Allah yang membuatnya, "kata Adam dengan lemah lembut. Meskipun demikian Qobil tidak mau mendengarkan karena di dasar hatinya telah ada bisikan iblis.

"Meskipun demikian saya tidak mau kawin dengan Labuda yang jelek itu, ayah, "jawab Qobil sambil bersungut-sungut.

Karena Qobil tetap bersikeras pada pendiriannya, maka Adam pun meminta petunjuk Allah guna mengatasi masalah itu. Kemudian Allah berfirman agar kedua saudara yang berebut Iklima mempersembahkan qurban. Tujuan mengadakan qurban ialah untuk menentukan siapa yang akan dikawinkan dengan Iklima.

Setelah mendapat petunjuk dari Allah, Adam pun berkata kepada anaknya.

"Qobil dan Habil, karena kalian masih memperebutkan Iklima maka Allah meminta qurban dari kalian, "kata Nabi Adam kepada anaknya.

"Di mana kami menaruh qurban itu, ayah, "tanya Qobil. "Allah telah menentukan dipuncak gunung, "jawab Adam.

"Bagaimana tandanya bahwa qurban yang diterima itu, "tanya Qobil dan Habil.

"Qurban yang diterima oleh Allah ialah habisnya barang persembahan."

"Barang apa saja yang bisa dijadikan qurban ?, "tanya kedua anak itu.

"Barang yang bisa dijadikan qurban ialah hewan ternak dan hasil pertanianmu, "jawab Adam tegas.

"Hendaknya barang yang dipersembahkan untuk qurban jika hasil peternakan yang gemuk dan dari pertanian yang masih baik," tambah nabi Adam.

Karena Qobil mempunyai perilaku yang buruk, maka ia tidak mau menuruti perintah ayahnya. Untuk itu dipilihnya hewan ternak yang kurus dan buah-buahan yang sudah rusak, karena ia mempunyai pikiran bahwa untuk mendapatkan hewan gemuk dan buah yang baik harus mengeluarkan tenaga. Mengapa untuk persembahan qurban harus yang gemuk dan baik.

Jika Qobil mempunyai perilaku buruk, maka lain lagi dengan Habil. la mempersembahkan hewan gemuk dan buah yang baik. Hal ini disebabkan oleh pikirannya yang bersih. la yakin bahwa hewan ternaknya menjadi banyak dan buahnya bertambah lebat karena Allah. Sehingga ia mengorbankan miliknya dengan rela. Tibalah hari yang dinantikan kedua anak Adam. Keesokan harinya mereka naik ke puncak gunung yang telah ditunjuk nabi Adam dengan membawa barang qurban. Setelah mereka menaruh di tempat yang paling tinggi dan batas tertentu barulah pulang.

Malam hari kedua anak itu tidak bisa tidur. Qobil memikirkan dan berharap agar qurbannya diterima. Sedangkan Habil berdoa dengan tulus.

"Ya Allah Maha mengetahui. Aku bersujud dan meminta pada-Mu agar kiranya qurbanku Kau terima. Hanya Engkau tempat aku meminta," Doa Habil di tengah malam. la berdoa dengan segenap jiwa raganya. Tanpa dirasakan jatuhlah air matanya.

Setelah matahari terbit bergegas mereka menuju ke puncak gunung untuk melihat qurban mereka. Allah Maha Mengetahui dan Maha Mendengar. Ternyata qurban Habil diterima oleh Allah karena barang-barang persembahannya tidak ada lagi ditempatnya.

Melihat qurban persembahannya sudah tidak ada, tiada henti-hentinya Habil mengucapkan syukur kehadirat Allah.

" Ya Allah kiranya Engkau telah mendengarkan permintaanku, sehingga qurbanku telah Kau terima. Alhamdulillah ya Allah.Hanya Engkau yang mengetahui isi hati kami, "ucap Habil sambil bersujud.

Lain lagi dengan Qobil. Begitu ia melihat barang qurbannya masih ada dan tidak berkurang sedikitpun, ia jadi marah. Sambil menendang barang qurbannya. la memaki-maki Habil. Katanya ini tidak adil. la berprasangka bahwa Habil selalu didoakan ayahnya.

" Hai Habil. Aku tahu bahwa kamu selalu didoakan ayah, sehingga barang qurbanmu diterima Allah, "ucap Qobil dengan berang. Meskipun Habil dituding demikian, ia tetap tenang menjawabnya.

" Tidak begitu kakak.sebenarnya kita semua didoakan ayah, semua ini hanya Allah yang mengetahui. Saya menyerahkan barang qurbanku dengan rela, "jawab. Habil tenang.

Mendengar jawaban Habil dengan tenang menyebabkan Qobil terkejut dan semakin naik pitam. la mengira Habil mengejeknya. Hal ini mengakibatkan percekcokan antara keduanya. Di saat itulah iblis datang dan berpihak kepada Qobil.

Di dasar hati Qobil sudah ada bisikan dari iblis. Bisikan itu bersifat jahat. Iblis yang telah bersarang di dadanya membakar kemauan Qobil.

" Kamu tidak perlu bertengkar, jika perlu bunuh saja Habil agar kamu bisa kawin dengan Iklima, "bujuk iblis dari dasar hati yang paling dalam. Meskipun demikian ia masih berpikiran waras. Sehingga terjadi pertentangan batin antara membunuh dan tidak melakukannya.

" Tidak, aku tidak akan membunuh Habil karena ia masih saudaraku, "jawab nalurinya.

" Kau sangat bodoh Qobil, di sini tidak ada yang melihat perlakuanmu terhadap Habil. Untuk itu bunuhlah ia !, "kata iblis yang menjawab nalurinya. Karena iblis selalu menggoda dan memberi dorongan seperti itu, iapun tidak tahan.

Ketika hatinya mulai goyah, maka iblis pun semakin melancarkan bujuk rayu kepada Qobil untuk membunuhnya serta merta ia memukul Habil yang ada di hadapannya.

Habil yang tahu maksud kakaknya tidak mengelak ketika Qobil memukulnya. Semua itu ia serahkan kepada keadilan Allah dan ia terima. Sehingga kematiannya tidak dapat dielakkan. Dengan demikian Qobil merupakan orang pertama yang melakukan pembunuhan di muka bumi ini.

Setelah membunuh adiknya, Qobil merasa berdosa, menyesal dan takut terhadap ayahnya. Pembunuhan ini diterangkan dalam Al Qur'an surat Al Maidah ayat 30 :
Artinya : " Maka hawa nafsu Qobil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnya lah, maka jadilah la seorang diantara orang-orang merugi".(Al Maidah : 30)
 
Karena hatinya merasa dikejar dosa yang bersatu dengan penyesalan, ia pun kebingungan. Mayat adiknya dipanggul kesana kemari. la tidak tahu hendak diapakan mayat adiknya itu. Di saat ia kebingungan, iblis datang mentertawakan. " Kini sudah dua manusia yang telah termakan bujukan. Dan engkau Qobil merupakan salah satu temanku di neraka kelak," ejek iblis dengan sukaria.

"Kemana harus kubawa mayat adikku,"gumam Qobil sambil bersandar di bawah pohon rindang. Di saat demikian rasa sesalnya timbul kembali.

Allah Maha Pengasih. Meskipun Qobil telah melakukan pembunuhan ia diberi jalan oleh Allah. Allah menyuruh dan mengirim dua ekor burung gagak. Keduanya berkelahi sehingga salah satunya mati. Melihat hal ini Qobil teringat kelakuannya terhadap adiknya Habil.

Setelah salah satu gagak mati, maka gagak yang hidup menggali tanah dan menguburkannya. Kelakuan gagak yang masih hidup itu tidak terlepas dari pengamatan Qobil. Dengan serta merta ia meniru gagak tadi. la menggali tanah dan menguburkan adiknya. Gagak yang memberi contoh pada Qobil untuk menguburkan saudaranya sudah dijelaskan dalam Al Qur'an surat Al Maidah ayat 31 yang berbunyi:  
Artinya:
" Kemudian Allah menyuruh seekor gagak menggali-gali dengan paruhnya dan kakinya untuk memperlihatkan kepadanya (Qobil) bagaimana seharusnya mengubur saudaranya. Berkata Qobil: "Aduhai celaka aku mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lain aku dapat menguburkannya mayat saudaraku ini ?". Karena itu jadilah dia orang-orang yang menyesal". (Al Maidah : 31)
 
Setelah menguburkan adiknya, Qobil tidak pulang ke rumah. Hal ini menyebabkan Adam dan Hawa merasa khawatir. Meskipun demikian mereka tetap menyerahkan semuanya kepada Allah. Adam pun sebenarnya sudah mengetahui kejadian yang menimpa Habil, karena ia diberi petunjuk dari Allah.

Sernua kejadian yang menimpa kedua anaknya adalah hasil tipu daya iblis. Karena ia tidak senang jika melihat anak cucu Adam mempunyai perilaku yang baik, taqwa pada Allah. Hal ini disebabkan oleh janjinya kepada Allah yang selalu membujuk anak cucuk Adam untuk diseretnya ke dalam perilaku buruk.

 
Diberdayakan oleh Blogger.