Tasawuf sumbernya ada 3 macam (tasawuf indal akhlaq wal adab, tasawuf indal Fuqaha, tasawuf indal ahlil Ma’rifat
) Ini yang perlu diketahui. Tasawuf indal akhlaq wal adab bisa kita
terapkan sedini mungkin untuk anak-anak kita. terutama makan dengan
tangan kanan, masuk kamar mandi dengan kaki kiri, keluar kaki kanan ini
tasawuf akhlak wal adab. Karena sumbernya tasawuf adalah min akhlaq wal
adab, dari pekerti dan tatakrama.
Yang kedua adalah tasawuf indal fuqaha: bagaimana fiqih ini tidak
berhenti hanya secara fiqhiah belaka. Contoh orang kalau sudah
menjalakan wudhu mau sholat, setelah dipake shalat wudhunya kemana?
Selesai kan?! Nah orang tasawuf tidak mau. Tasawuf menuntut sejauh mana
anda membawa wudhu ini terlepas daripada kefardhuan yang sudah anda
laksanakan. Apakah anda wudhu didalam shalat hanya terikat oleh
syarat-syarat atau hukum-hukum syari’at. Anda dituntut oleh ulama
tasawuf agar wudhumu bisa mewudhui bathiniah Anda atau tidak. Dan
seterusnya. Disinilah hebatnya ilmu tasawuf.
Tasawuf i dan ahli ma’rifat, nah disni banyak orang terjebak. Dalam
dunia tasawuf, dalam ilmu ma’rifat mereka yang perbendaharaannya belum
mumpuni, belum mencukupi seringkali terjebak. Akhirnya dia memunculkan
analis-analis, seolah-olah tasawuf berbau Budha tasawuf, berbau Hindu.
Karena apa? Mereka tidak tahu. Ilmu ma’rifatnya saja mereka tidak
mengerti, apa sebetulnya ma’rifat itu. Dari kekosongan itu, mereka
belajar menganalis tasawuf; orang-orang yang sudah ahli Marifat, tinggi
sekali, dengan bahasanya yang luar biasa. Wong dalam Tasawuf fuqaha saja
mereka sudah tidak bisa memahami. Contoh Imam Abu Hamid bin Muhammad
bin Muhammad al Ghazali menjawab dunia falsafah, menjawab dunia tauhid
aliarn ilmu kalam pada waktu berkembang macem-macem faham. Dijawab
dengan tasawuf fuqaha, yaitu dengan munculnya ‘Ihya Ulumiddin’. Mengapa
dalam kitab Ihya ulumiddin banyak hadits – hadits maudhu’ disamping
dhaif. Karena apa? Pendapatnya ahli falasifah dijawab oleh Imam Al
Ghazali dengan hadits yang maudhu saja, masih lebih baik haidits maudhu’
daripada pendapat-pendapat kaum falasifah. Masih tepat, karena apa?
Walaupun ini maudhu, tapi yang menggunakannya adalah orang-orang yang
mengerti ma’rifat kepada Allah. Makanya disini digunakan oleh Imam Abu
Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali.
SHOLAT SESUAI ILMU TASAWUF
menurut ilmu tasawuf, maka apabila orang itu sholat walau dg sarat
rukunnya tapi dia makan barang haram, dan melakukan segala perbuatan
tercela, seperti sombong zina, membunuh, membicarakan kejelekan orang,
mengadu domba, melakukan riba, minum arak, dan perbuatan dosa yang lain
maka sholatnya tak sah, dalam artian tidak menerima pahala, atau makin
sholat makin menjadi-jadi dosanya.
SHOLAT DALAM PANDANGAN AHLI SUFI
· Takbirotul Ihram
Di sini maksudnya, berpisah dari Alam Mulki dan fanalah hamba. ketika
mengucapkan ‘Allahu Akbar’. Hanya sifat ‘yang menyembah’ saja yang
tinggal sebagai penzohiran. wujud Alloh ‘Yang Disembah’. Ia bergerak
dengan gerak Allah. Ia berkata-kata dengan kata-kata Allah. Takluknya
dalam rahasia Titik bagi Alif – ‘Tiada’. Seperti kata Abu Yazid
Busthomi, “Ariftu Robbi bi Robbi’. (Aku mengenal Tuhanku dengan
Tuhanku).[4]
· Membaca Fatihah
Ketika membaca Fatihah, terbukalah Pintu Alam Malakut bagi ‘yang
menyembah’. Dia menyaksikan kalimat Allah melalui penyingkapan (syuhud)
akan firman Allah; “Maliki yaw middin” di dalam Kerajaan Allah Ta’ala.
Dari takluknya ‘Tiada’ ia menjadi Titik dari NurNya (Nur Muhammadi) .
Dengan Nur Muhammad inilah ‘yang menyembah’ mengenal dirinya ‘man arofa
nafsahu’ – sebagai ‘Ruh-Nya’ yang pernah dihimpunkan di Alam Lahut
semasa Adam baru sempurna kejadiannya, yakni ketika Jibril menepuk
tulang sulbi Adam, maka keluarlah semua ruh anak cucu Adam dari tulang
sulbi Adam itu.
Adapun ‘Ruh-Nya’ itu pada hakikatnya adalah satu jua, yaitu daripada Sirulloh.Ruh anak cucu Adam itu hanyalah bayangan (menumpang) dari Ruh-Nya.Tanpa
hadirnya Nur Muhamad, ‘yang menyembah’ tak mungkin bisa berhadap di
depan Allah Ta’ala. Dengan perwujudan Nur Muhammad inilah maka ‘yang
menyembah’ …. “ Kepada Engkaulah kami sembah dan kepada Engkaulah kami
memohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan mereka yang
Engkau berikan ni’mat, bukan (jalan) mereka yang Engkau murkai, dan
bukan pula (jalan) mereka yang sesat.”. Maka di Amin kan akhir Fatihah
itu oleh para malaikat dari setiap 7 lapis langit, yaitu dari: Alam
Mulki, Alam Malakut, Alam Jabarut, Alam Bahut, Alam Lahut, Alam Ahut dan
yang tertinggi Alam Al-Insan yang di sinilah kemuncaknya Sholat itu.
Adapun maksud ‘jalan yang lurus’ bagi kalangan sufi ialah Mi’roj.
Sebagaimana sabda Nabi SAW; “Sholat itu adalah mi’roj bagi mukmin”.
Tujuan Mi’roj itu ialah Penyatuan, yakni kembalinya ‘yang menyembah’
kepada ‘Yang Disembah’.
· Rukuk
Takluknya kepada huruf ‘Lam’ terzohirnya dari Alif – ‘yang menyembah’
menampakkan ‘Yang Disembah’. Alif adalah Kanzun Mahfiyyan (Yang
Tersembunyi). Yang Tersembunyi ingin dikenali maka dizohirkan Lam
sebagai tabirnya. Sabda Nabi SAW,”Dirikanlah sholat seolah-olah kau
melihat Allah”. Para Arif Billah telah berkata bahwa”Siapa yang kenal
dirinya, kenallah Tuhannya.” ‘Yang menyembah’ dinatijahkan seperti
‘angin’, manakala tatkala ‘yang menyembah’ pada posisi berdiri tadi,
natijahnya adalah ‘api’ – fana dalam wujud. Api itu sifatnya membakar –
yakni melenyapkan keakuan diri. Pada tahap ‘rukuk’ ini, ‘yang menyembah’
berada dalam suatu tarikan yang tersangat kuat dari Nur Muhammad.
Justru itulah ia dinatijahkan kepada angin (tunduk dan menderu). ‘Yang
menyembah’ ditarik masuk ke dalam Alam Jabarut dan berpisah dari Alam
Malakut. Justru itulah kata para Arif Bilah , “Barangsiapa mencari Tuhan
di luar dirinya, niscaya akan sesat.”. Pada tahap ini ‘yang menyembah’
melepas qolbunya dan yang tinggal padanya adalah Roh-Nya yang akan naik
ke lapisan yang lebih tinggi untuk kembali kepada Tuhan. Alam Jabarut
yang menghubungkan Perbendaharaan Wujud (batas larangan yang tak bisa
ditembus melainkan kepada Nur Muhammad) di antara yang ‘maujud’ – ‘yang
menyembah’. ‘Yang menyembah’ mengenal dirinya di Alam Jabarut, maka
tersingkaplah baginya seluas-luasnya wujud Alloh tanpa tabir bahwa ‘yang
menyembah’ telah bersatu dengan ‘Yang Disembah’ sebagaimana adanya di
dalam Misykat itu ialah Cahaya-Nya. (Allah (Pemberi) cahaya (kepada)
langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang
yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam
kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti
mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya,
(yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan
tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir
menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya
(berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia
kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia,
dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. ). Maka bertasbihlah ‘yang
menyembah’, “Maha suci Tuhanku yang Maha Agung dengan sifat kepujiannya”
Jika difahami ayat itu, maka pengertian bersatu dengan ‘Yang
Disembah’ yang dimaksudkan di sini bukanlah mengambil kefahaman ‘Hulul’
sebagaimana yg diyakini oleh Mansur Al-Hallaj. Yang lebih ditekankan di
sini ialah Wahdatusy-Syuhud (Kesaksian Penyatuan).
· I’tidal
‘Yang menyembah’ adalah yang dibangkitkan – ‘Yang menyembah’ masuk
dalam ‘Pintu Kematian.’ “Matikanlan dirimu sebelum mati”. Di sini juga
artinya ‘waqof’ (sementara) dalam Sholat.
· Sujud Awal
Takluknya kepada huruf ‘Lam’ – juga huruf ‘Mim’. Nabi Muhammad SAW
bersabda,”Aku dizohirkan ke dunia dalam keadaan sujud”. ‘Yang menyembah’
dinatijahkan kepada air. Air adalah sumber kejadian Alam Mulki. Arasy
Tuhan berada di atas air. Maka ‘yang menyembah’ dinatijahkan kepada air,
karena di sinilah ‘yang menyembah’ sampai di Alam Bahut. Alam Bahut
adalah Pembatasan Terakhir Segala Penzohiran, Ungkapan Syeikh Akbar Ibnu
Arobi; Syajarotul – Kaun (Pohon kejadian) atau sebutan yang sering juga
disebut – Sidrotul Muntaha. Pada tahap ini ‘yang menyembah’ adalah
Ruh-Nya yang di dalam Sirr. Sabda Nabi Muhammad SAW ketika mi’roj
baginda melihat Wajah Alloh, “Aku tidak tahu di mana aku berada”. Pada
tahap ini juga ‘yang menyembah’ menyerap kepada ‘Yang Disembah’
seolah-olah ‘yang menyembah’ itulah ‘Yang Disembah,’ ‘Yang Disembah’
itulah ‘yang menyembah, – yang pada hakikatnya wujud terurai dalam fana
fil sifat dan lebur dalam fana fil zat – ‘Melihat Alloh dengan Alloh’ –
maka ‘yang menyembah’ diberikan pengetahuanNya – Anal Haq (Akulah Yang
Benar’).
Dari sisi tahap ini, lihatlah kepada ‘Basmalla’. Hanya ‘Ba’ dalam
Basmallah saja yang tercantum dengan Alif. Sabda Nabi SAW; “Seluruh
kitab Al-Qur’an itu terkandung dalam Al-Fatehah. Dan seluruh Al-Fatehah
itu terkandung dalam Basmallah. Dan Basmallah terkandung dalam huruf
‘Ba’. Dan rahasia ‘Ba’ itu adalah Titik di bawahnya” Inilah yang
dimaksudkan oleh Syekh Ibnu ‘Arobi Wujud Kesatuan – Wahdatul Wujud. Maka
bertasbihlah ‘yang menyembah’, “Maha suci Tuhanku yang Maha Mulia
dengan sifat kepujian-Nya.”
· Duduk diantara 2 Sujud
Takluknya pada huruf ‘Ha’ besar dan juga ‘Ha’ kecil (maksudnya
selepas huruf Jim). ‘Yang Menyembah’ telah dikurniai ‘Baqo’ setelah fana
fil sifat dan fana fil zat. Dengan dikurniai ‘Baqo’, barulah ‘yang
menyembah’ dapat memasuki Perbendaharaan Rahasia Tuhan – Ilahiyat – pada
sujud yang akhir nanti, sebagaimana diistilahkan oleh para Arif Billah
melalui tiga tahapan, Yaitu ; ( Ahadiat, – Wahdat, – Wahadiat ). Pada
tahap ini ‘yang menyembah’ berada di Alam Lahut – Alam Tiada, yang tiada
sesuatu pun yang tercipta, tiada awal dan akhir, ‘yang menyembah’
menyaksikan kekosongan tanpa perbatasan, dan disinilah awalnya Diri yang
kemudiannya dizohirkan sebagai Adam. Di kalangan sufi, ia juga
diistilahkan ‘Negeri ‘Adami’. Diri (‘yang menyembah’) dinisbahkan kepada
air yakni Air Mutlak, inilah asal-usul manusia dari alam tiada ‘La’.
Pada tahap ini juga ‘yang menyembah’ adalah di dalam Sirr-Nya –
Ruh-Nya dalam keghoiban Nur Muhammad. Haqiqot Ruh-Nya adalah Nur
Muhammad. Di sinilah ia bermunajat; “ Tuhanku ampunilah aku, rahmatilah
aku, cukupkanlah aku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah
aku petunjuk, afiatkanlah aku dan maafkanlah aku.”
· Sujud Akhir
Takluknya pada rahsia huruf ‘Ha’ – yang tak kelihatan atau bunyi
diujungnya ‘Hu’ dan juga huruf ‘Mim’. Pada tahap ini ‘yang menyembah’
berada di Alam Ahut’ pada nisbahnya air yang di bawah ‘Arasy Tuhan .
Yang tinggal pada ‘yang menyembah’ adalah Sirulloh. Di dalam Sirr,
inilah Aku. Kata Ahli Sufi, ‘Air dalam gelas, tak dapat dibedakan lagi.
Air itulah gelas. Gelas itulah air.” ‘Yang menyembah’ itulah ‘Yang
Disembah’ dalam gedung makrifat, bukan dalam gedung syari’at, gedung
thoriqot dan gedung haqiqot. Pahamkanlah ini ‘Yang menyembah’ tidak bisa
menjadi ‘Yang Disembah’ dalam arti haqiqot. Ini hanya pada makrifat
semata-mata. Ingatlah, bukan faham hamba yang bertukar menjadi Tuhan.
Camkan air di dalam gelas, bersatu dalam kejernihan. Lihatlah pada
‘ombak’- ombak hanya pada nama yang diberikan padahal itu air yang
beriak dan menggelora.
Pada sujud akhir inilah, ‘yang menyembah’ memasuki Wilayah Ilahiyat:
· Ahadiat – Zat Mutlak atau Zat wajibal wujud
· Wahdat – Zat Yang Maha Esa
· Wahadiat – ILAH – Zat yang maha kaya daripada tiap-tiap sesuatu yang lain dan sesuatu yang lain memerlukannya.
· Ahadiat – Zat Mutlak atau Zat wajibal wujud
· Wahdat – Zat Yang Maha Esa
· Wahadiat – ILAH – Zat yang maha kaya daripada tiap-tiap sesuatu yang lain dan sesuatu yang lain memerlukannya.
Zat ingin dikenali sebagai Kanzun Mahfiyyan. Di sinilah terbitnya ungkapan ‘Kun’ jadilah maka jadilah ia.
· Duduk Tahiyat Akhir
Takluknya pada huruf Dal. Pada tahap ini ‘yang menyembah’ berada di
Alam Al-Insan, dinisbahkan kepada tanah ketika ia duduk – dalam
kesempurnaan. Dia yang mengenal dan Dialah yang dikenal pada akhirnya.
Dialah yang turun dan naik dalam mi’roj.“Rahasia Insan RahasiaKu,
RahasiaKu Rahasia Insan”.
Di Alam Insan, ‘yang menyembah’ diliputi dengan Wujud, Ilmu, Nur dan
Syuhud, maka Zat adalah rahasianya, Sifat adalah ruhnya, Asma’ adalah
qolbunya dan Af’al adalah tubuhnya. Di sinilah ia mengucapkan Selamat
sejahtera (tahiyat) ke atas Nabi dan rahmat Alloh dan keberkatan-Nya.
Juga kepada hamba-hamba yang solihin sekaliannya. Dialah yang menyaksi
dan dialah yang bersaksi tiada Tuhan melainkan Alloh dan Muhammad adalah
utusan Allah swt.
· Salam
“Salamun qowlam mir-robbir- rohiim”. Inilah salam ahli syurga. Syurga
inilah yang dinikmati oleh ‘yang menyembah’, yakni syurga yang di
dalamnya tanpa bidadari, sungai, buah-buahan dan pepohonan. Di syurga
inilah ‘yang menyembah’ terlena memandang Wajah Alloh.
Perlu kita renungi ini adalah sutu konsep atau pandangan dari para
Arif Bilah yang pemahamannya sudah jauh dari manusia awam, yang perlu
kita tekankan sholat (sujud) adalah salah satu rahasia diri kita, jadi
tidak perlu diungkapakan dengan kata-kata bagaimana aku sholat (sujud),
cukuplah untuk diri kita pribadi,. (semuanya jadi kosong). tapi jika
kita berkholwat silahkan berbicara sebebas – bebasnya.
PERBANDINGAN SHOLAT DALAM PERSEPEKTIF FIQIH DAN TASAWUF
Sholat dalam persepektif fiqih ( sholat formal )
Sebagai ibadah terpokok dalam Islam, shalat dipastikan menjadi “trade
mark” bagi siapapun yang mengaku beragama Islam, artinya ke-Islaman
seseorang secara lahir dapat dilihat dari shalatnya. Jika shalatnya
“baik” maka orang tersebut dikenal sebagai Islam santri atau Islam
“hijau” (terkadang disebut Islam putih). Sebaliknya jika shalatnya
“jelek” atau malah tidak shalat, maka orang tersebut akan dikatakan
sebagai Islam KTP atau Islam abangan.
Lebih dari sekedar “trade mark” , ada sebuah hadits sahih yang
diriwayatkan oleh at-Turmudziy dll, bahwa Rasulullah SAW menegaskan
betapa pentingnya shalat:
“Sungguh, amal seorang hamba yang pertama kali diperhitungkan
pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, maka dia
benar-benar telah beruntung. Tetapi bila shalatnya jelek, maka dia
sungguh-sungguh amat merugi…”.
Dalam tataran fiqih, shalat dikatakan “baik” manakala telah memenuhi
syarat (sesuatu yang harus dipenuhi sebelum melakukan shalat) dan rukun
(sesuatu yang harus dipenuhi ketika mengerjakan shalat) nya. Sebagaimana
dapat dibaca dalam kitab-kitab fiqih, syarat shalat ada dua macam (
Syarat wajib sholat dan Syarat sah-nya sholat ).
Syarat wajib sholat yaitu ;
1. Islam
2. Baligh ( bagi laki-laki bila sudah mimpi keluar mani, sedang bagi perempuan bila sudah haidl)
3. Berakal sehat (tidak gila)
1. Islam
2. Baligh ( bagi laki-laki bila sudah mimpi keluar mani, sedang bagi perempuan bila sudah haidl)
3. Berakal sehat (tidak gila)
Sedangkan, Syarat sahnya sholat, yaitu :
1. Mengetahui waktu shalat
2. Suci dari hadats (baik hadats kecil maupun hadats besar) dan najis
3. Menutup aurat (bagi laki-laki adalah bagian badan antara pusat dan lutut, sedang bagi perempuan adalah seluruh tubuh selain muka dan dua tapak tangan)
4. Menghadap arah qiblat bagi yang memungkinkan
1. Mengetahui waktu shalat
2. Suci dari hadats (baik hadats kecil maupun hadats besar) dan najis
3. Menutup aurat (bagi laki-laki adalah bagian badan antara pusat dan lutut, sedang bagi perempuan adalah seluruh tubuh selain muka dan dua tapak tangan)
4. Menghadap arah qiblat bagi yang memungkinkan
Sementara, Rukun sholat adalah :
1. Berdiri bagi yang mampu (kalau tidak mampu maka duduk, dan jika tidak sanggup maka telentang dengan posisi kaki di arah qiblat)
2. Takbiratul Ihram (mambaca Allaahu Akbar pertama) disertai niat shalat
3. Membaca surat al-Fatihah (dalam keadaan berdiri bagi yang mampu)
4. Ruku’ (membungkuk 90 derajat)
5. I’tidal (berdiri tegak sesudah ruku’)
6. Sujud (7 anggota badan harus menyentuh tempat shalat, yaitu dahi, dua tapak tangan bagian dalam, dua lutut dan jari-jari dua kaki) dengan posisi pantat diangkat lebih tinggi dari kepala
7. Duduk di antara dua sujud
8. Duduk tahiyyat/tasyahhud (membaca at-tahiyyaat/syahaadatain)
9. Membaca tahiyyat/tasyahhud dan shalawat Nabi.
10. Mengucapkan salam (sambil menengok ke kanan dan ke kiri)
11. Tertib (semua rukun shalat dikerjakan secara urut)
1. Berdiri bagi yang mampu (kalau tidak mampu maka duduk, dan jika tidak sanggup maka telentang dengan posisi kaki di arah qiblat)
2. Takbiratul Ihram (mambaca Allaahu Akbar pertama) disertai niat shalat
3. Membaca surat al-Fatihah (dalam keadaan berdiri bagi yang mampu)
4. Ruku’ (membungkuk 90 derajat)
5. I’tidal (berdiri tegak sesudah ruku’)
6. Sujud (7 anggota badan harus menyentuh tempat shalat, yaitu dahi, dua tapak tangan bagian dalam, dua lutut dan jari-jari dua kaki) dengan posisi pantat diangkat lebih tinggi dari kepala
7. Duduk di antara dua sujud
8. Duduk tahiyyat/tasyahhud (membaca at-tahiyyaat/syahaadatain)
9. Membaca tahiyyat/tasyahhud dan shalawat Nabi.
10. Mengucapkan salam (sambil menengok ke kanan dan ke kiri)
11. Tertib (semua rukun shalat dikerjakan secara urut)
Seorang muslim/ah yang telah melaksanakan shalat dengan memenuhi
syarat dan rukun tersebut, berarti telah menunaikan kewajibannya.
Mengenai bacaan/doa (selain rukun di atas) yang mengiringi/menyertai
semua gerakan dalam shalat hukumnya adalah sunnah (sebaiknya dibaca,
tetapi kalau tidak dibacapun shalatnya tetap sah)
0 komentar:
Posting Komentar