Foto Ibunda Tersayang |
Wali berasal dari bahasa Arab “waliya – yali”, artinya orang amat
dekat atau mengikutinya tanpa batas. Makna wali adalah seorang mukmin,
saleh, bertakwa, ta’at kepada perintah Allah yang ketaatannya terus
menerus, tanpa diselang-selingi oleh perbuatan maksiat.
Adapun wali menurut Yusuf bin Ismail An- Nabhani dalam kitabnya
“Jaami’u Karaamatil Aulia”, dari segi bahasa artinya dekat, maksudnya
apabila seseorang dekat kepada Allah, disebabkan keta’atan, istiqamah
dan keikhlasannya maka Allah pun akan dekat kepadanya dengan melimpahkan
rahmat, kebajikan dan kurnia-Nya, dan diberikan kepadanya segala
kemudahan. Pada saat itu terjadilah perwalian, yakni orang itu dinamakan
“Wali” atau Allah senantiasa melindunginya, sehingga terhadap dirinya
tidak perlu ada kekhawatiran. Dan Allah memberikan kepadanya berbagai
kelebihan yang tidak diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang lain, berupa
kejadian atau peristiwa luar biasa yang tidak masuk akal atau menyimpang
dari kebiasan dan adat manusia atau diberikan kepada do’a yang
mustajab.
Dalam kehidupan, orang banyak mencari para wali baik mereka masih
hidup atau sudah meninggal dunia, mereka memohon kepada Allah dengan
kemurahan dan keberkahan para wali bisa membantu kehidupan mereka
menjadi lebih baik, lebih lancar dan sukses. Bahkan mereka rela datang
dari tempat yang jauh dengan perjalanan berhari-hari agar Allah
memberikan kepadanya ma’unah atau pertolongan dari Allah melalui
perantaraan pala wali.
Tapi sayang satu karamat yang banyak dilupakan orang adalah keramat
seorang ibu. Dialah yang dimuliakan Allah tiga kali lipat dibanding
kemuliaan ayah. Dialah karamat diatas segala karamat yang ada di muka
bumi. Dialah figur yang digambarkan oleh Rasulallah saw sebagai sosok
manusia yang memiliki do’a yang sangat mustajab melebihi dari do’a do’a
makhluk lainya. Beliau bersabda, “Doa orang tua kepada anaknya seperti
doa nabi kepada umatnya”
Dalam sebuah kisah, ada seorang sahabat yang ingin ikut berperang
dengan Rasulullah ternyata ia memiliki seorang ibu yang telah tua maka
dikatakan kepadanya, pulanglah berbaktilah kepadanya, sesungguhnya surga
berada di telapak kakinya. Hadis ini membuktikan bahwa berbakti kepada
orang tua sebanding dengan para pejuang yang berjihad di medan perang.
Dari kebesaran kewalian seorang ibu Rasulallah saw telah berpesan
kepada Umar dan Ali ra(**) untuk meminta do’a dari seorang wali yang
shaleh, ta’at dan berbakti kepada ibunya ia bernama Uais Al-Qarni. Ia
sangat cinta kepada ibunya yang lumpuh. Ia rela berkorban untuk segala
galanya demi mendapatkan keredhoan ibunya.
Rasulallah berpesan: “Nanti, pada zamanmu akan lahir seorang manusia
yang do’anya sangat mustajab. Pergi dan carilah dia. Dia akan datang
dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Kalau kamu berdua berjumpa
dengannya mintalah do’a darinya untuk kamu berdua.”
Umar dan Ali ra bertanya, “Apa yang patut kami minta dari Uais
al-Qarni, Ya Rasulullah?“. Beliau menjawab, “Mintalah kepadanya agar
Allah mengampuni dosa dosa kalian”
Itulah Uais Al-qarni yang rela memangku ibunya yang lumpuh dengan
kedua tangannya berjalan kaki dari Yaman ke Mekah disaat melakukan
ibadah haji, memangkunya disaat mengerjakan thawaf, sai dan wukuf di
padang Arafah. Dan juga ia rela memangku ibunya dengan kedua tangannya
berjalan kaki disaat kembali dari Makkah ke Yaman.
(**) Sayyidan Ali dan Umar ra termasuk 10 sahabat nabi yang dijamin
masuk surga. Mereka diperintahkan untuk meminta do’a kepada Uais
Al-Qarni yang ta’at dan patuh kepada ibunya. Sahabat Nabi saw adalah
manusia manusia mulia dan dimuliakan Allah. Sahabat Nabi saw adalah
mereka yang hidup di zaman Nabi saw, mengenal dan melihat langsung
beliau, membantu perjuangan beliau dan meninggal dalam keadaan beriman.
Jumlah sahabat Nabi saw sangat banyak dan tak terhitung. Dalam kitab
”Rijal Haula Ar-Rasul” oleh Khalid Muhammad Khalid disebutkan bahwa para
sahabat Nabi saw yang paling utama jumlahnya lebih dari 60, yakni
mereka yang sangat dekat dengan Nabi saw. Mereka disebut pengikut atau
murid yang dekat dengan Nabi saw. Mereka mempunyai status atau kedudukan
yang penting dalam dunia Islam, karena mereka adalah pengikut Nabi yang
banyak memberi andil dalam da’wah Nabi saw.
Tingkatan atau derajat sahabat Nabi saw menurut para ulama terbagi
dalam beberapa tingkatan, yaitu: pertama, para sahabat yang masuk Islam
di Mekkah sebelum melakukan hijrah seperti Khulafa’ur Rasyidin yaitu 4
khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali ra. Kedua, sahabat yang
dijamin masuk surga. Ketiga, para sahabat yang ikut serta pada perang
Badar. Keempat, para sahabat yang ikut serta pada perang Uhud. Kelima,
para sahabat yang ikut serta pada bai’at Ridhwan. Dan keenam adalah
sahabat sahabat lainnya yang jumlah mereka tidak sedikit.
Kepastian para 10 sahabat Nabi SAW masuk surga banyak sekali disebut
dalam hadits shahih. Semua hadits itu wajib diimani. Diantaranya hadits
dari Abduurahman bin ‘Auf ra berkata bahwa Nabi saw bersabda, “Abu Bakar
di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di
surga, Az-Zubair di surga, Abdurrahman bin ‘Auf di surga, Sa’d bin Abi
Waqqash di surga, Said bin Zaid bin ‘Amru bin Nufail di surga, dan Abu
‘Ubaidah ibnul Jarrah di surga.” (HR At-Tirmizy dan Al-Baghawi dalam
Al-Mashabih fil Hisan)
0 komentar:
Posting Komentar