Seperti dalam ayat,Allah Ta’ala ada berfirman dalam QS Yunus : 62,yang artinya:
“Ketahuilah olehmu bahwa para kekasih Allah itu tidak ada ketakutan pada mereka dan tidak pula ( mereka ) berdukacita”Di antara kehendak ayat ini, ialah :
- Orang bertaqwa itu tidak takut dengan manusia dan kuasa manusia, kalau ia didatangkan ujian dari manusia tidak pula berdukacita
- Orang mukmin tidak takut dengan kemiskinan, jika terjadi kemiskinan tidak pula berdukacita
- Orang mukmin tidak takut dengan kesakitan, kalau terjadi tidak pula susah hatinya
- Orang yang bertaqwa tidak bimbang dengan penghinaan dari manusia, kalau terjadi tidak pula sakit hatinya
- Orang mukmin tidak takut dimurka oleh manusia, kalau terjadi tidak pula susah hati
- Kekasih Tuhan itu tidak takut dan bimbang tentang rezekinya, kalau tidak ada redha hatinya
- Orang mukmin itu tidak takut tidak dikasihi orang, kalau terjadi tidak pula cacat jiwanya
- Wali Allah itu tidak bimbang kalau tidak ada harta,kalau hilang hartanya tidak pula jiwa derita
- Orang mukmin tidak bimbang dengan takdir Tuhannya, kalau terjadi tidak pula bersedih hati
- Wali Allah itu tidak takut meninggalkan dunia, harta benda dan sanak-saudaranya, dan tidak pula bersedih dengan kematiannya
Orang mukmin takut
hanya dengan Tuhannya, dia berdukacita kalau terbuat dosa, dia takut
kalau Tuhan tidak redha, dia susah hati kalau lalai dengan Tuhannya,dia
bimbang kalau tercabut imannya, dia bersedih kalau cuai dengan
ibadahnya.
Orang yang bertaqwa
sentiasa saja dipimpin Allah. Karena memang mereka adalah kekasih-Nya.
Sekali-sekala disusahkan-Nya untuk naik pangkat. Hati mereka tetap
redha.Sekali-sekala dimewahkan kehidupannya, untuk dapat pahala syukur.
Ya, dia tetap bersyukur. Dia tidak tersungkur jatuh oleh kemewahannya.
Adakalanya dia
ditekan oleh musuh-musuhnya. Mungkin dizalimi, dengan berbagai-bagai
caranya. Agar dia bertambah berpaut dengan Tuhannya. Supaya dia
merasakan Tuhan dekat dengannya. Rasa kehambaannya bertambah-tambah
menebal di jiwanya
Dia juga tidak lepas
dari pujian dan cacian. Memang Allah lakukan demikian rupa. Agar dia
merasa malu dengan Tuhan dari pujian. Rasa tidak layak menerimanya.
Kerana itu milik Tuhan, bukan miliknya. Dengan cacian menyedarkan
dirinya memanglah demikian. Hamba patut menerima kejian. Kerana hamba
mempunyai kelemahan dan kesalahan. Dia berusaha membaiki dirinya.
Sesiapa yang mencacinya dan menghinanya didoakannya. Moga-moga Allah
ampunkan dosa-dosanya, dosa-dosa kita pun diampun. Rasa berdendam dan
bertindak tidak dilakukannya. Kalaupun ada rasa hendak marah, dia boleh
membendungnya
Begitulah orang yang bertaqwa. Dia sentiasa di dalam pimpinan Tuhan-Nya
[ Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhammad At Tamimi ]
0 komentar:
Posting Komentar