Akhir perkataan
hati bukanlah hasil dari keputus asaanku. Akan tetapi akhir perkataan hati
adalah akhir dari perjalanan hidupku, yang telah memandang dengan pandangan
ilmu, meliputi segala arah pandangan.
Berkata lidah mewakili jasadku, bahwa selama hidup ini
hari-hariku dibebani dengan keletihan, kelaparan dan kepayahan, dan aku tidak
kuasa menghindarinya. Setiap hari aku harus bekerja untuk mencari segala
sesuatu yang berguna bagi tubuhku, sedangkan waktuku terbatas dikarenakan aku
tidak mampu menahan kantuk. Saat kenyang aku dibebani oleh rasa sakit perut,
saat sehat aku dibebani oleh perasaan takut sakit, demikian juga bila sakit,
aku dibebani oleh keinginan untuk sehat. Ibadah telah membuat tubuhku lelah.
Pada waktu subuh aku berhadapan dengan kedinginan dan harus meninggalkan
kenyamanan tidur, saat zuhur aku harus berhadapan dengan panas, waktu asyar aku
harus berhadapan denga kelelahan dalam berfikir, saat magrib aku terbebani oleh
keinginan-keinginan yang tak mampu kupenuhi, saat isya’ aku terbebani oleh rasa
kantuk dan keadaan selanjutnya
Kebutuhan tubuh telah menjajahku.
Segala ibadah kebaikan yang kuperjuangkan, menjadi sumber hinaan bagiku,
sementara kebencianku terhadap kekafiran telah menjadikan orang mengkafirkan
aku, dan ibadahku mengasihi alam telah menjadi fitnah dan tuduhan
keserakahanku. Bagi tubuhku ini tidak kuasa menahan beban perjuagan hati,
tubuhku lemah dalam menghadapi keikhlasan, bak sebuah gelas kaca yang tipis
yang mudah pecah, terisi oleh air yang mendidih. suatu saat akan pecah. Dan
itulah kematianku. Sehingga akhir dari pekataan hatiku bahwa, saat itulah yang
paling kusukai, yaitu terlepasnya penderitaan tubuhku atas beban hati, sungguh
tubuh yang lemah terisi oleh beban hati yang kuat, jadilah ia tidak sejodoh dan
mudah rusak. maka hati ini berkata, KEMBALILAH KEASAL PENCIPTAAN SEMULA.
Hamba Allah yang Lemah Dan Hina
Abdul Jabbar Habib Basuni Al
Pentiani Mekkah 1428 H
0 komentar:
Posting Komentar