[Penyingkap keghaiban]
Mutiara karya Syeikh Abdul Qadir Al - Jailani
Tiga hal mutlak bagi seorang Mukmin, dalam segala keadaan, yaitu:
(1) harus menjaga perintah-perintah Allah,
(2) harus menghindar dari segala yang haram,
(3) harus
ridha dengan takdir Yang Maha Kuasa. Jadi seorang Mukmin, paling tidak,
memiliki tiga hal ini. Berarti, ia harus memutuskan untuk ini, dan
berbicara dengan diri sendiri tentang hal ini serta mengikat organ-organ
tubuhnya dengan ini.
Ikutilah (Sunnah Rasul) dengan penuh keimanan, jangan membuat bid'ah, patuhlah kepada Allah dan Rasul-Nya,
jangan melanggar; junjung tinggilah tauhid dan jangan menyekutukan Dia;
sucikanlah Dia senantiasa dan jangan menisbahkan sesuatu keburukan pun
kepada-Nya. Pertahankan Kebenaran-Nya dan jangan ragu sedikit pun.
Bersabarlah selalu dan jangan menunjukkan ketidaksabaran.
Beristiqomahlah; berharaplah kepada-Nya, jangan kesal, tetapi
bersabarlah. Bekerjasamalah dalam ketaatan dan jangan berpecah-belah.
Saling mencintailah dan jangan saling mendendam. Jauhilah kejahatan
dan jangan ternoda olehnya. Percantiklah dirimu dengan ketaatan kepada
Tuhanmu; jangan menjauh dari pintu-pintu Tuhanmu; jangan berpaling
dari-Nya.
Segeralah bertaubat dan kembali kepada-Nya. Jangan merasa jemu
dalam memohon ampunan kepada Khaliqmu, baik siang maupun malam; (jika
kamu berlaku begini) niscaya rahmat dinampakkan kepadamu, maka kamu
bahagia, terjauhkan dari api neraka dan hidup bahagia di syurga, bertemu
Allah, menikmati rahmat-Nya, bersama-sama bidadari di syurga dan
tinggal di dalamnya untuk selamanya; mengendarai kuda-kuda putih,
bersuka ria dengan hurhur bermata putih dan aneka aroma, dan
melodi-melodi hamba-hamba sahaya wanita, dengan karunia-karunia lainnya;
termuliakan bersama para nabi, para shiddiq, para syahid, dan para
shaleh di syurga yang tinggi.
Apabila
seorang hamba Allah mengalami kesulitan hidup, maka pertama-tama ia
coba mengatasinya dengan upayanya sendiri. Bila gagal ia mencari
pertolongan kepada sesamanya, khususnya kepada raja, penguasa, hartawan;
atau bila dia sakit, kepada doktor. Bila hal ini pun gagal, maka ia
berpaling kepada Khaliqnya, Tuhan Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa, dan
berdo'a kepada-Nya dengan kerendah-hatian dan pujian. Bila ia mampu
mengatasinya sendiri, maka ia takkan berpaling kepada sesamanya,
demikian pula bila ia berhasil karena sesamanya, maka ia takkan
berpaling kepada sang Khaliq.
Kemudian bila tak juga memperolehi
pertolongan dari Allah, maka dipasrahkannya dirinya kepada Allah, dan
terus demikian, mengemis, berdo'a merendah diri, memuji, memohon dengan
harap-harap cemas. Namun, Allah Yang Maha Besar dan Maha Kuasa
membiarkan ia letih dalam berdo'a dan tak mengabulkannya, hingga ia
sedemikian kecewa terhadap segala sarana duniawi. Maka kehendak-Nya
mewujud melaluinya, dan hamba Allah ini berlalu dari segala sarana
duniawi, segala aktivitas dan upaya duniawi, dan bertumpu pada
rohaninya.
Pada peringkat ini, tiada terlihat olehnya, selain
kehendak Allah Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa, dan sampailah dia
tentang Keesaan Allah, pada peringkat haqqul yaqin (* tingkat keyakinan
tertinggi yang diperolehi setelah menyaksikan dengan mata kepala dan
mata hati). Bahwa pada hakikatnya, tiada yang melakukan segala sesuatu
kecuali Allah; tak ada penggerak tak pula penghenti, selain Dia; tak ada
kebaikan, kejahatan, tak pula kerugian dan keuntungan, tiada faedah,
tiada memberi tiada pula menahan, tiada awal, tiada akhir, tak ada
kehidupan dan kematian, tiada kemuliaan dan kehinaan, tak ada kelimpahan
dan kemiskinan, kecuali karena ALLAH.
Maka di hadapan Allah, ia
bagai bayi di tangan perawat, bagai mayat dimandikan, dan bagai bola di
tongkat pemain polo, berputar dan bergulir dari keadaan ke keadaan, dan
ia merasa tak berdaya. Dengan demikian, ia lepas dari dirinya sendiri,
dan melebur dalam kehendak Allah. Maka tak dilihatnya kecuali Tuhannya
dan kehendak-Nya, tak didengar dan tak dipahaminya, kecuali Ia. Jika
melihat sesuatu, maka sesuatu itu adalah kehendak-Nya; bila ia mendengar
atau mengetahui sesuatu, maka ia mendengar firman-Nya, dan mengetahui
lewat ilmu-Nya. Maka terkaruniailah dia dengan karunia-Nya, dan
beruntung lewat kedekatan dengan-Nya, dan melalui kedekatan ini, ia
menjadi mulia, ridha, bahagia, dan puas dengan janji-Nya, dan bertumpu
pada firman-Nya. Ia merasa enggan dan menolak segala selain Allah, ia
rindu dan senantiasa mengingati-Nya; makin mantaplah keyakinannya
pada-Nya, Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa. Ia bertumpu pada-Nya,
memperolehi petunjuk dari-Nya, berbusana nur ilmu-Nya, dan termuliakan
oleh ilmu-Nya. Yang didengar dan diingatnya adalah dari-Nya. Maka segala
syukur, puji, dan sembah tertuju kepada-Nya.
Bila
kamu abaikan ciptaan, maka: "Semoga Allah merahmatimu," Allah
melepaskanmu dari kedirian, "Semoga Allah merahmatimu," Ia mematikan
kehendakmu; "Semoga Allah merahmatimu," maka Allah mendapatkanmu dalam
kehidupan (baru).
Kini
kau terkaruniai kehidupan abadi; diperkaya dengan kekayaan abadi;
dikaruniai kemudahan dan kebahagiaan nan abadi, dirahmati, dilimpahi
ilmu yang tak kenal kejahilan; dilindungi dari ketakutan; dimuliakan,
hingga tak terhina lagi; senantiasa terdekatkan kepada Allah, senantiasa
termuliakan; senantiasa tersucikan; maka menjadilah kau pemenuh segala
harapan, dan ibaan pinta orang mewujud pada dirimu; hingga kau
sedemikian termuliakan, unik, dan tiada tara; tersembunyi dan terahasia.
Maka,
kau menjadi pengganti para Rasul, para Nabi dan para shiddiq. Kaulah
puncak wilayat, dan para wali yang masih hidup akan mengerumunimu.
Segala kesulitan terpecahkan melaluimu, dan sawah ladang terpaneni
melalui do'amu; dan sirnalah melalui do'amu, segala petaka yang menimpa
orang-orang di desa terpencil pun, para penguasa dan yang dikuasai, para
pemimpin dan para pengikut, dan semua ciptaan. Dengan demikian kau
menjadi agen polisi (kalau boleh disebut begitu) bagi kota-kota dan
masyarakat.
Orang-orang
bergegas-gegas mendatangimu, membawa bingkisan dan hadiah, dan mengabdi
kepadamu, dalam segala kehidupan, dengan izin sang Pencipta segalanya.
Lidah mereka senantiasa sibuk dengan doa dan syukur bagimu, di manapun
mereka berada. Tiada dua orang Mukmin berselisih tentangmu. Duhai, yang
terbaik di antara penghuni bumi, inilah rahmat Allah, dan Allahlah
Pemilik segala rahmat.
Bila
kau melihat dunia ini, berada di tangan mereka, dengan segala hiasan,
dan tipuannya, dengan segala bisa mematikannya, yang tampak lembut
sentuhannya, padahal, sebenarnya mematikan bagi yang menyentuhnya,
mengecoh mereka, dan membuat mereka mengabaikan kemudharatan tipu daya
dan janji-janji palsunya - bila kau lihat semua ini - berlakulah bagai
orang yang melihat seseorang menuruti nalurinya, menonjolkan diri, dan
karenanya, mengeluarkan bau busuk. Bila (dalam situasi semacam itu) kau
enggan memperhatikan kebusukannya, dan menutup hidung dari bau busuk
itu, begitu pula kau berlaku terhadap dunia; bila kau melihatnya,
palingkan penglihatanmu dari segala kepalsuan, dan tutuplah hidungmu
dari kebusukan hawa nafsu, agar kau aman darinya dan segala
tipu-dayanya, sedang bagianmu menghampirimu segera, dan kau
menikmatinya. Allah telah berfirman kepada Nabi pilihan-Nya: "Dan
janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada yang telah Kami berikan
kepada beberapa golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia,
untuk Kami uji mereka dengannya, dan karunia Tuhanmu lebih baik dan
lebih kekal." (QS.20 -Thaaha :131).
Lenyaplah
dari (pandangan) manusia, dengan perintah Allah, dan dari kedirian,
dengan perintah-Nya, hingga kau menjadi bahtera ilmu-Nya. Lenyapnya diri
dari manusia, ditandai oleh pemutusan diri sepenuhnya dari mereka, dan
pembebasan jiwa dari segala harapan mereka. Tanda lenyapnya diri dari
segala nafsu ialah, membuang segala upaya memperoleh sarana-sarana
duniawi dan berhubungan dengan mereka demi sesuatu manfaat,
menghindarkan kemudharatan; dan tidak bergerak demi kepentingan
peribadi, dan tidak bergantung pada diri sendiri dalam hal-hal yang
berkenaan dengan dirimu, tidak melindungi atau membantu diri, tetapi
memasrahkan semuanya hanya kepada Allah, karena Ia pemilik segalanya
sejak awal hingga akhirnya; sebagaimana kuasaNya, ketika kau masih
disusui.
Hilangnya kemauanmu dengan kehendakNya, ditandai dengan
ketak-pernahan menentukan diri, ketakbertujuan, ketakbutuhan, karena tak
satu tujuan pun termiliki, kecuali satu, yaitu Allah. Maka, kehendak
Allah mewujud dalam dirimu, sehingga kala kehendakNya beraksi, maka
pasiflah organ-organ tubuh, hati pun tenang, fikiran pun cerah,
berserilah wajah dan rohanimu, dan kau atasi kebutuhan-kebutuhan bendawi
berkat berhubungan dengan Pencipta segalanya. Tangan Kekuasaan
senantiasa menggerakkanmu, lidah Keabadian selalu menyeru namamu, Tuhan
Semesta alam mengajarmu, dan membusanaimu dengan nurNya dan busana
rohani, dan mendapatkanmu sejajar dengan para ahli hikmah yang telah
mendahuluimu.
Sesudah ini, kau selalu berhasil menaklukkan diri,
hingga tiada lagi pada dirimu kedirian, bagai sebuah bejana yang hancur
lebur, yang bersih dari air, atau larutan. Dan kau terjauhkan dari
segala gerak manusiawi, hingga rohanimu menolak segala sesuatu, kecuali
kehendak Allah. Pada maqam ini, keajaiban dan adialami akan ternisbahkan
kepadamu. Hal-hal ini tampak seolah-olah darimu, padahal sebenarnya
dari Allah.
Maka kau diakui sebagai orang yang hatinya telah
tertundukkan, dan kediriannya telah musnah, maka kau diilhami oleh
kehendak Ilahi dan dambaan-dambaan baru dalam kemaujudan sehari-hari.
Mengenai maqam ini, Nabi Suci saw, telah bersabda: "Tiga hal yang
kusenangi dari dunia - wewangian, wanita (isteri solehah) dan shalat -
yang pada mereka menyejukkan mataku." Sungguh, hal-hal dinisbahkan
kepadanya, setelah hal-hal itu sirna darinya, sebagaimana telah kami
isyaratkan. Allah berfirman: "Aku bersama orang-orang yang patah hati
demi Aku."
Allah Yang Maha Tinggi takkan besertamu, sampai
kedirianmu sirna. Dan bila kedirianmu telah sirna, dan kau abaikan
segala sesuatu, kecuali Dia, maka Allah menyegarbugarkan kamu, dan
memberimu kekuatan baru, yang dengan itu, kau berkehendak. Bila di dalam
dirimu masih juga terdapat noda terkecil pun, maka Allah meremukkanmu
lagi, hingga kau senantiasa patah-hati. Dengan cara begini Ia terus
menciptakan kemauan baru di dalam dirimu, dan bila kedirian masih
maujud, maka Dia hancurkan lagi, sampai akhir hayat dan bertemu (liqa')
dengan Tuhan. Inilah makna firman Allah: " Aku bersama orang-orang yang
putus asa demi Aku, " Dan makna kata: "Kedirian masih maujud" ialah
kemasih-kukuhan dan kemasih puasan dengan keinginan-keinginan barumu.
Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman kepada Nabi Suci saw:
"Hamba-Ku yang beriman senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku, dengan
mengerjakan shalat-shalat sunnah yang diutamakan, sehingga Aku
mencintainya, dan apabila Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi
telinganya, dengannya ia mendengar, dan menjadi matanya, dengannya ia
melihat, dan menjadi tangannya, dengannya ia bekerja, dan menjadi
kakinya, dengannya ia berjalan." Tak diragukan lagi, beginilah keadaan
fana.
Maka Dia menyelamatkanmu dari kejahatan makhluq-Nya, dan
menenggelamkanmu ke dalam samudera kebaikanNya; sehingga kau menjadi
pusat kebaikan, sumber rahmat, kebahagiaan, kenikmatan, kecerahan,
kedamaian, dan kesentosaan. Maka fana (penafian diri) menjadi tujuan
akhir, dan sekaigus dasar perjalanan para wali. Para wali terdahulu,
dari berbagai maqam, senantiasa beralih, hingga akhir hayat mereka, dari
kehendak pribadi kepada kehendak Allah. Karena itulah mereka disebut
badal (sebuah kata yang diturunkan dari badala, yang bererti: berubah).
Bagi pribadi-pribadi ini, menggabungkan kehendak pribadi dengan kehendak
Allah, adalah suatu dosa.
Bila mereka lalai, terbawa oleh tipuan
perasaan dan ketakutan, maka Allah Yang Maha Besar menolong mereka
dengan kasih sayangNya, dengan mengingatkan mereka sehingga mereka sadar
dan berlindung kepada Tuhan, karena tidak satu pun mutlak bersih dari
dosa kehendak, kecuali para malaikat. Para malaikat senantiasa suci
dalam kehendak, para Nabi senantiasa terbebas dari kedirian, sedang para
jin dan manusia yang dibebani pertanggung jawaban moral, tidak
terlindungi. Tentu, para wali terlindung dari kedirian, dan para badal
dari kekotoran kehendak. Kendati mereka tidak bisa dianggap terbebas
dari dua keburukan ini, karena mungkin bagi mereka berkecenderung kepada
dua kelemahan ini, tapi Allah melimpahkan rahmatNya dan menyadarkan
mereka.
Keluarlah
dari kedirian, jauhilah dia, dan pasrahkanlah segala sesuatu kepada
Allah, jadilah penjaga pintu hatimu, patuhilah senantiasa
perintah-perintah-Nya, hormatilah larangan-larangan-Nya, dengan
menjauhkan segala yang diharamkan-Nya. Jangan biarkan kedirianmu masuk
ke dalam hatimu, setelah keterbuanganmu. Mengusir kedirian dari hati,
haruslah disertai pertahanan terhadapnya, dan menolak pematuhan
kepadanya dalam segala keadaan. Mengizinkan ia masuk ke dalam hati,
berarti rela mengabdi kepadanya, dan berintim dengannya. Maka, jangan
menghendaki segala yang bukan kehendak Allah. Segala kehendak yang bukan
kehendak Allah, adalah kedirian, yang adalah rimba kejahilan, dan hal
itu membinasakanmu, dan penyebab keterasingan dari-Nya. Karena itu,
jagalah perintah Allah, jauhilah larangan-Nya, berpasrahlah selalu
kepada-Nya dalam segala yang telah ditetapkan-Nya, dan jangan sekutukan
Dia dengan sesuatu pun. Jangan berkehendak diri, agar tak tergolong
orang-orang musyrik. Allah berfirman: "Barang siapa mengharap penjumpaan (liqa') dengan Tuhannya, maka hendaklah mengerjakan amal saleh dan tidak menyekutukanNya." (QS 18.Al Kahfi: 110)
Kesyirikan
tidak hanya penyembahan berhala. Pemanjaan nafsu jasmani, dan
menyamakan segala yang ada di dunia dan akhirat dengan Allah, juga
syirik. Sebab selain Allah adalah bukan Tuhan. Bila kau tenggelamkan
dalam sesuatu selain Allah berarti kau menyekutukan-Nya. Oleh sebab itu,
waspadalah, jangan terlena. Maka dengan menyendiri, akan diperolehi
keamanan. Jangan menganggap dan mengklaim segala kemaujudan atau
maqam-mu, berkat kau sendiri. Maka, bila kau berkedudukan, atau dalam
keadaan tertentu, jangan membicarakan hal itu kepada orang lain. Sebab
dalam perubahan nasib yang terjadi dari hari ke hari, keagungan Allah
mewujud, dan Allah mengantarai hamba-hambaNya dan hati-hati mereka.
Bisa-bisa yang kau percakapkan, sirna darimu, dan yang kau anggap abadi,
berubah, hingga kau dimalukan di hadapan yang kau ajak bicara.
Simpanlah pengetahuan ini dalam lubuk hatimu, dan jangan perbincangkan
dengan orang lain. Maka jika hal itu terus maujud, maka hal itu akan
membawa kemajuan dalam pengetahuan, nur, kesadaran dan pandangan. Allah
berfirman: "Segala
yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan terlupakan, Kami datangkan yang
lebih baik daripadanya, atau yang sepertinya. Tidakkah kamu ketahui
bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS 2.Al Baqarah: 106)
Jangan
menganggap Allah tak berdaya dalam sesuatu hal, jangan menganggap
ketetapan-Nya tidak sempurna, dan jangan sedikit pun ragu akan
janji-Nya. Dalam hal ini ada sebuah contoh luhur dalam Nabi Allah.
Ayat-ayat dan surah-surah yang diturunkan kepadanya, dan yang
dipraktekan, dikumandangkan di masjid-masjid, dan termaktub di dalam
kitab-kitab. Mengenai hikmah dan keadaan rohani yang dimilikinya, ia
sering mengatakan bahwa hatinya sering tertutup awan, dan ia berlindung
kepada Allah tujuh puluh kali sehari. Diriwayatkan pula, bahwa dalam
sehari ia dibawa dari satu hal ke hal lain sebanyak seratus kali, sampai
ia berada pada maqam tertinggi dalam kedekatan dengan Allah. Ia
diperintahkan untuk meminta perlindungan kepada Allah, karena
sebaik-baik seorang hamba yaitu berlindung dan berpaling kepada Allah.
Karena, dengan begini, ada pengakuan akan dosa dan kesalahannya, dan
inilah dua macam mutu yang terdapat pada seorang hamba, dalam segala
keadaan kehidupan, dan yang dimilikinya sebagai pusaka dari Adam as.,
'bapak' manusia, dan pilihan Allah.
Berkatalah Adam a.s.: "Wahai
Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau
tidak mengampuni kami, dan merahmati kami, niscaya kami akan termasuk
orang-orang yang merugi." (QS. 7.Al-A'raaf: 23). Maka turunlah kepadanya
cahaya petunjuk dan pengetahuan tentang taubat, akibat dan tentang
hikmah di balik peristiwa ini, yang takkan terungkap tanpa ini; lalu
Allah berpaling kepada mereka dengan penuh kasih sayang, sehingga mereka
bisa bertaubat.
Dan Allah mengembalikannya ke hal semua, dan
beradalah ia pada peringkat wilayat yang lebih tinggi, dan ia dikaruniai
maqam di dunia dan akhirat. Maka menjadilah dunia ini tempat
kehidupannya dan keturunannya, sedang akhirat sebagai tempat kembali dan
tempat peristirahatan abadi mereka. Maka, ikutilah Nabi Muhammad Saw.,
kekasih dan pilihan Allah, dan nenek moyangnya, Adam, pilihan-Nya -
keduanya adalah kekasih Allah - dalam hal mengakui kesalahan dan
berlindung kepada-Nya dari dosa-dosa, dan dalam hal bertawadhu' dalam
segala keadaan kehidupan.
Bila
kau berada dalam hal tertentu, jangan mengharapkan hal yang lain, baik
yang lebih tinggi maupun yang lebih rendah. Jadi bila kau berada di
pintu gerbang istana Raja, jangan berkeinginan untuk masuk ke istana
itu, kecuali terpaksa. Yang dimaksud dengan terpaksa ialah diperintah
terus-menerus. Dan jangan menganggapnya sebagai izin masuk, karena
mungkin saja Raja menjebakmu. Tapi, bersabarlah, sampai kau benar-benar
dipaksa memasukinya oleh sang Raja. Dengan demikian, sang Raja takkan
menghukummu, karena Dia sendiri menghendakinya. Jika kau toh dihukum,
tentu disebabkan oleh keburukan kehendak, kerakusan, ketaksabaran,
kekurang ajaran, dan keinginanmu untuk berpuas dengan keadaan
kehidupanmu. Bila kau harus masuk ke dalamnya karena terpaksa, masuklah
dengan penuh ketenangan dan ketundukan pandangan, bersikaplah yang layak
dan indahkanlah semua perintah-Nya dengan sepenuh jiwa tanpa
mengharapkan kemajuan dalam tingkat kehidupan. Allah berfirman kepada
Rasul pilihan-Nya : "Dan janganlah engkau tujukan kedua matamu kepada
yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka sebagai
hiasan hidup, untuk Kami uji mereka dengannya. Dan karunia Tuhanmu lebih
baik dan abadi." (QS 20. Thaahaa: 131)
Dengan firman-Nya: "Dan
karunia Tuhanmu lebih baik dan abadi". Allah memperingatkan Nabi
pilihan-Nya, agar menghargai hal yang ada, dan mensyukuri
karunia-karunia-Nya. Dengan kata lain, perintah ini adalah sebagai
berikut: "Segala yang telah Aku karuniakan kepadamu - kebaikan,
kenabian, ilmu, keridhaan, kesabaran, kerajaan agama, dan jihad di
jalanKu - lebih baik dan lebih berharga di banding semua yang Kuberikan
kepada yang lain." Jadi, segala kebaikan terletak pada menghargai dan
mensyukuri keadaan yang ada, dan menghindarkan selainnya, karena hal
semacam itu merupakan ujian dari-Nya. Jadi bila sesuatu telah
ditentukan-Nya bagimu, tentu sesuatu itu akan datang kepadamu, suka atau
tidak suka. Karenanya, sungguh tak patut, bila kekurang layakan dan
kerakusan terwujud padamu, kedua-duanya tertolak oleh akal dan ilmu. Dan
jika sesuatu itu ditakdirkan-Nya bagi orang lain, mengapa kau bersusah
payah meraih sesuatu yang tak bisa kau raih? Dan jika sesuatu tak
diturunkan-Nya kepada siapapun, hanya sebagai ujian, mana mungkin
seorang arif menyukainya dan berupaya keras meraih itu? Terbuktilah,
bahwa seluruh kebaikan dan keselamatan terletak pada menghargai keadaan
yang ada. Maka, bila kau dinaikkan ke tingkat atas, sampai ke atap
istana, maka kau sebagaimana telah kami nyatakan, mesti sadar diri,
tenang, dan berlaku baik. Kau mesti berbuat lebih dari ini, sebab kau
kini lebih dekat kepada sang Raja, dan lebih dekat kepada mara bahaya.
Maka,
jangan menginginkan perubahan keadaan yang ada padamu. Nah, kau tak
punya pilihan dalam masalah ini, sebab hal itu mendorong ketidak
bersyukuran atas rahmat-rahmat yang ada, dan cita semacam ini menjadikan
terhina, baik di dunia maupun di akhirat. Maka berlakulah sebagamana
yang telah kami nasehatkan kepadamu, sampai kau dikaruniai oleh Allah
maqam yang teguh, dan takkan tergoyahkan dengan segala tanda dan
isyaratnya. Karena itu, tambatkanlah padanya dan jangan biarkan dirimu
lepas darinya. (Keadaan perubahan rohani) adalah milik para wali, sedang
maqam (peringkat rohani) adalah milik para badal.
KehendakNya
terwujud, secara kasyaf (penglihatan rohani) dan musyahida
(pengalaman-pengalaman rohani), pada para wali dan badal, yang tak
terjangkau nalar manusia dan kebiasaan. Perwujudan ini terbentuk: jalal
(keagungan), dan jamal (keindahan). Jalal menghasilkan kegelisahan,
pemahaman yang menggundahkan, dan sedemikian menguasai hati, sehingga
gejala-gejalanya tampak pada jasmani. Diriwayatkan bila Rasulullah
shalat, dari hatinya terdengar gemuruh, bak air mendidih di dalam ketel,
karena intensitas ketakutan yang timbul dari penglihatan beliau akan
Kekuasaan dan KebesaranNya. Diriwayatkan bahwa pilihan Allah, Nabi
Ibrahim as dan Umar sang Khalifah ra, juga mengalami keadaan yang
serupa.
Mengalami perwujudan keindahan Ilahi merupakan
refleksiNya pada hati manusia yang mewujudkan nur, keagungan, kata-kata
manis, ucapan penuh kasih-sayang, dan kegembiraan atas kelimpahan
karuniaNya, maqam yang tinggi, dan keakraban denganNya -- yang kepadaNya
segala urusan mereka kembali -- dan atas takdir yang telah
ditetapkanNya jauh di masa lampau. Inilah karunia dan rahmatNya, dan
pengukuhan atas mereka di dunia ini, sampai waktu tertentu. Ini
dilakukan agar mereka tidak melampaui kadar cinta yang layak dalam
keinginan mereka akan hal itu, dan karenanya, hati mereka takkan
berputus asa, kendati mereka jumpai berbagai hambatan atau bahkan
terkulaikan oleh hebatnya ibadah mereka sampai datangnya kematian. Ia
melakukan ini berdasarkan kelembutan, kasih sayang dan kehormatan, juga
untuk melatih agar hati mereka lembut, karena Dia bijaksana, mengetahui,
lembut terhadap mereka. Diriwayatkan, bahwa Nabi saw. Sering berkata
kepada Hadhrat Bilal sang muadzin: "Wahai Bilal, gembirakanlah hati
kami," Maksud beliau, hendaklah ia serukan azan agar beliau bisa shalat,
agar merasakan perwujudan-perwujudan rahmat Ilahi, sebagaimana telah
kita bicarakan. Itulah sebabnya Nabi saw bersabda: "Dan mataku sejuk,
bila aku shalat."
Sungguh
tiada sesuatu, kecuali Allah, sedang dirimu adalah tandanya. Kedirian
manusia bertentangan dengan Allah. Segala suatu patuh kepada Allah dan
milik Allah, demikian pula dengan kedirian manusia, sebagai makhluk
sekaligus milikNya. Kedirian manusia itu pongah, darinya tumbuh
dambaan-dambaan palsu. Nah, jika kau menyatu dengan kebenaran, dengan
menundukkan dirimu sendiri, maka kau menjadi milik Allah dan menjadi
musuh dirimu sendiri. Allah telah bersabda kepada Nabi Daud as: "Wahai
Daud, Akulah tujuan hidupmu, yang tidak mungkin kau elakkan. Karenanya
berpegang teguhlah kepada tujuan yang satu ini; beribadahlah
sebenar-benarnya, sampai kau menjadi lawan keakuanmu, semata-mata karena
Aku." Maka keakrabanmu dengan Allah dan pengabdianmu kepadaNya menjadi
kenyataan. Lalu kau peroleh bagianmu yang suci sungguh menyenangkan.
Dengan demikian kau dicintai dan terhormat, dan segala sesuatu mengabdi
dan takut kepadamu, karena semua tunduk kepada Tuhan mereka, dan selaras
denganNya, karena Dia adalah Pencipta mereka, dan mereka mengabdi
kepadaNya.
Firman Allah: "Dan tak ada sesuatu pun melainkan
bartasbih memujiNya, tetapi kamu tak mengerti tasbih mereka." (QS
17:44). Maka segala sesuatu di alam raya ini menyadari keridhaanNya, dan
mentaati perintah-perintahNya. Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Agung
berfirman: "Lalu Ia berkata kepadanya dan kepada bumi, 'Hendaklah kamu
berdua datang dengan suka ataupun terpaksa', Keduanya menjawab, 'Kami
datang dengan suka hati.'" (QS 41:11). Jadi, segala pengabdian kepadaNya
terletak pada penentangan terhadap kedirian. Allah berfirman: "Dan
janganlah engkau turuti hawa nafsumu, karena ia akan menyesatkanmu dari
jalan Allah." (QS 38:26). Ia juga berfirman: "Hindarilah hawa nafsumu,
karena sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang menentangKu di seluruh
kerajaanKu, kecuali nafsu jasmani manusia." Suatu ketika Abu Yazid
Bustami bermimpi bertemu Allah, dan bertanya kepadaNya: "Bagaimana cara
menjumpaiMu ?" JawabNya: "Buanglah keakuanmu dan berpalinglah kepadaKu".
"Lalu", lanjut sang Sufi, "aku keluar dari diriku bagai seekor ular
keluar dari selongsong tubuhnya." Jadi, segala kebajikan terletak pada
memerangi kedirian dalam segala hal dan segala keadaan. Karena itu, jika
berada pada kesalehan, tundukkanlah kedirian, hingga kau terbebas dari
hal-hal terlarang dan syubhah *) dari pertolongan mereka, dari
ketergantungan kepada mereka, dari rasa takut terhadap mereka atau dari
rasa iri terhadap milikan duniawi mereka. (* Syubhah: sesuatu yang
meragukan tentang halal atau haramnya). Lalu jangan mengharapkan sesuatu
dari mereka, baik hadiah, kemurahan, atau pun sedekah. Karenanya bila
kau bergaul dengan orang kaya, jangan mengharapkan kematiannya demi
mewarisi hartanya,. Maka, bebaskanlah dirimu dari ikatan makhluk, dan
anggaplah mereka itu pintu gerbang yang membuka dan menutup., atau pohon
yang kadang berbuah dan kadang tidak. Ketahuilah, peristiwa semacam itu
terjadi oleh satu pelaksana, dirancang oleh satu perancang, dan Dialah
Allah, sehingga kau beriman pada Keesaan Allah.
Jangan pula
melupakan upaya manusiawi, agar tidak menjadi korban keyakinan kaum
fatalis (Jabariyyah), dan yakinlah bahwa tidak satu pun terwujud,
kecuali atas izin Allah Ta'ala. Karena itu, jangan Anda puja upaya
manusiawi, karena yang demikian ini melupakan Tuhan, dan jangan berkata
bahwa tindakan-tindakan manusia berasal dari sesuatu. Bila demikian,
berarti kau tidak beriman, dan termasuk dalam golongan Qadariyyah.
Hendaknya kau katakan, bahwa segala aksi makhluk adalah milik Allah,
inilah pandangan yang telah diturunkan kepada kita lewat
keterangan-keterangan yang berhubungan dengan masalah pahala dan
hukuman.
Dan laksanakan perintah-perintah Allah yang berkenaan
dengan mereka (manusia), dan pisahkanlah bagianmu sendiri dari mereka
dengan perintahNya pula, dan jangan melampaui batas ini, karena hukum
Allah itu pasti menentukanmu dan mereka; jangan menjadi penentu diri
sendiri. Kemaujudanmu bersama mereka merupakan takdirNya. TakdirNya
merupakan 'kegelapan', maka masukilah 'kegelapan' ini dengan pelita
sekaligus penentu; yaitu Kitab Allah (Al Qur'an) dan Sunnah Rasul.
Jangan tinggalkan kedua-duanya. Tapi bila di dalam fikiranmu melintas
suatu gagasan, atau kau menerima ilham, maka tundukkanlah mereka kepada
Kitab Allah dan Sunnah Rasul.
Bila kau dapati larangan dari Al
Qur'an dan Sunnah Rasul tentang yang terlintas pada benakmu dan yang kau
terima melalui ilham, maka kau mesti menjauhi gagasan dan ilham seperti
itu. Yakinilah bahwa gagasan dan ilham itu berasal dari setan yang
terlaknat. Dan jika Kitab Allah dan Sunnah Rasul membolehkan gagasan dan
ilham itu - seperti pemenuhan keinginan-keinginan yang dibolehkan
hukum, seperti makan, minum, berpakaian, menikah, dan lain-lain - maka
jauhilah pula gagasan dan ilham itu, jangan menerimanya. Ketahuilah, hal
itu merupakan dorongan hewanimu, karenanya, tentanglah dan musuhilah
hal itu.
Bila kau dapati tiadanya larangan atau pembolehan di
dalam Kitab Allah dan Sunnah Rasul, tentang yang kau terima, dan kau tak
mengerti -semisal kau diminta pergi ke tempat tertentu, atau menemuhi
seseorang yang saleh, padahal melalui karunia ilmu dan pencerahan dari
Allah kepadamu, kau tak perlu pergi ke tempat itu, atau menemui si orang
saleh itu maka bersabarlah, jangan dulu melakukan sesuatu, dan
bertanyalah kepada dirimu sendiri: "Benarkah ini ilham dari Allah dan
mesti aku laksanakan ?" Adalah Sunnah Allah, mengulang-ulang ilham
semacam itu, dan memerintahkanmu untuk segera berupaya atau menyibakkan
isyarat semacam itu bagi para ahli hikmah - suatu isyarat yang hanya
bisa dimengerti oleh para wali yang arif dan para badal yang teguh.
Karena itu, kau mesti tidak segera berbuat, sebab kau tak tahu akibat
dan tujuan akhir urusan, cobaan, bahaya dan sesuatu rencana ghaib
dariNya.
Maka bersabarlah, sampai Allah Sendiri melakukannya
bagimu. Bila tindakan itu atas kehendakNya, dan kau diantarkan ke maqam
itu, maka bila cobaan menghadangmu, kau akan melewatinya dengan selamat,
karena Allah tidak akan menghukummu atas tindakan yang dikehendakiNya
sendiri, namun Ia akan menghukummu atas keterlibatan langsungmu dalam
kemaujudan suatu hal.
Mentaati perintah itu meliputi dua hal.
Pertama, mengambil dari sarana penghidupan duniawi sebatas keperluanmu,
dan mesti menghindari segala pemanjaan kesenangan jasmani, rampungkanlah
semua tugas-tugasmu, dan ikatlah dirimu kepada penghalauan segala dosa,
yang nyata dan yang tersembunyi. Kedua, berhubungan dengan
perintah-perintah tersembunyi, yakni Allah tak menyuruh hambaNya untuk
mengerjakan sesuatu, dan tak pula melarangnya. Perintah seperti ini
berkaitan dengan hal-hal yang padanya tidak ada hukum yang jelas; yakni
hal-hal yang tak tergolong terlarang dan tidak terwajibkan, dengan kata
lain 'tak jelas', yang di dalamnya manusia diberi kebebasan penuh untuk
bertindak, dan hal ini disebut mubah. Dalam hal ini tidak boleh
mengambil prakarsa, tetapi menunggu perintah yang berhubungan dengannya.
Bila menerima perintah itu, ia taati. Dengan demikian semua gerak dan
diamnya menjadi demi Allah.
Jika ada kejelasan hukumnya, ia
bertindak selaras dengannya. Bila tak ada kejelasan hukumnya, ia
bertindak atas dasar perintah-perintah tersembunyi. Melalui ini, ia
menjadi seteguh orang memperolehi hakikat. Bila kau telah sampai pada
kebenarannya kebenaran, yang disebut pencelupan (mahwu) atau peleburan
(fana), berarti kau berada pada maqam badal yang patah hati demi Dia,
suatu keadaan yang dimiliki muwahhid, orang yang tercerahkan rohaninya,
orang arif, yang amir para amir, pengawas dan pelindung umat, khalifah
dari Yang Maha Pengasih, kepercayaanNya (alaihimussalam).
Untuk
mentaati perintah, kau harus melawan kedirianmu, dan bebas dari
ketergantungan kepada segala kemampuan dan kekuatan, dan mutlak harus
terhindar dari segala kemauan dan tujuan duniawi dan ukhrawi. Dengan
demikian, kau menjadi abdi Sang Raja, bukan abdi kerajaanNya, bukan abdi
perintahNya, bukan pula abdi kedirian. Kau seperti bayi dalam asuhan
alam, atau mayat yang dimandikan, atau pesakit tak sadarkan diri di
hadapan sang doktor, dalam segala hal yang berada di luar wilayah
perintah dan larangan.
Apabila
timbul di dalam benakmu keinginan untuk menikah, padahal kau fakir dan
miskin, dan kau tak mampu memenuhinya, maka bersabarlah dan berharaplah
senantiasa akan kemudahan dari-Nya, yang membuatmu berkeinginan seperti
itu, atau yang mendapati keinginan semacam itu di dalam hatimu, niscaya
Ia akan menolongmu, (entah dengan menghilangkan keinginan itu darimu)
atau dengan memudahkanmu menanggung beban hidupmu itu, dengan
mengkaruniaimu kecukupan, mencerahkanmu dan memudahkanmu di dunia dan
akhirat. Lalu Allah akan menyebutmu sabar dan mau bersyukur, karena
kesabaranmu dan keridhaanmu atas ketentuan-Nya. Maka ditingkatkan-Nya
kesucian dan kekuatanmu. Dan Allah berjanji untuk senantiasa menambah
karunia-Nya atas orang-orang yang bersyukur, sebagaimana firman-Nya :
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)
Maka bersabarlah,
tantanglah hawa nafsumu, dan berpegang teguhlah pada
perintah-perintah-Nya. Ridhalah atas takdir Yang Maha Kuasa, dan
berharaplah akan ridha dan karunia-Nya. Sungguh Allah sendiri telah
berfirman: "Hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan menerima
ganjaran mereka tanpa batas." (QS. Az Zumar : 10)
Apabila
Allah Yang Maha Agung melimpahimu kekayaan, dan kekayaan itu
memalingkanmu dari kepatuhan kepadaNya, niscaya Ia memisahkanmu dari Nya
di dunia dan di akhirat. Mungkin juga Ia mencabut karuniaNya darimu,
menjadikanmu papa dan melarat, sebagai hukuman atas kepalinganmu dari
Sang Pemberi, dan keterpesonaanmu akan karuniaNya.
Tetapi, bila
kau senantiasa patuh kepadaNya, dan tak terpengaruh oleh kekayaan itu,
Allah akan menambahkan karuniaNya kepadamu, dan sedikit pun takkan
menguranginya. Harta adalah abdimu, dan kau adalah abdi Sang Raja.
Karena itu, hidup di dunia ini berada di bawah kasih sayangNya, dan
hidup di akhirat terhormat dan abadi, bersama-sama para shiddiq, para
syahid, dan para shaleh.
Jangan
berupaya menjarah sesuatu rahmat, dan jangan pula berupaya menangkis
datangnya sesuatu bencana. Rahmat akan datang kepadamu jika ia sudah
ditakdirkan untukkmu, baik kau suka atau pun tidak suka. Bencana akan
menimpamu, jika itu takdir bagimu, entah suka atau tidak suka, dan kau
coba menangkisnya dengan do'a, atau menghadapinya dengan kesabaran dan
keteguhan hati demi mendapatkan keridhaanNya.
Berpasrahlah dalam
segala hal, agar Ia bertindak melalui dirimu. Jika itu suatu rahmat,
bersyukurlah. Dan jika itu suatu bencana, bersabarlah, atau coba
tumbuhkanlah kesabaran dan keterikatan dengan Allah dan keridhaanNya.
Atau
coba rasakanlah rahmatNya di dalam bencana ini, atau menyatulah sedapat
mungkin denganNya lewat hal ini, lewat semua sarana spiritual yang kau
miliki. Di dalamnya, kau akan digerakkan dari satu maqam ke maqam yang
lain dalam perjalananmu menuju Allah, yaitu dalam upaya mentaati dan
berakrab dengan perintah sehingga kau dapat berjumpa dengan yang Maha
Besar.
Lalu, kau ditempatkan di maqam yang sebelumnya telah
dicapai oleh para Shiddiq, para syahid dan para shaleh. Maknanya, kau
mencapai keakraban sedemikian rupa dengan Allah hingga memungkinkanmu
melihat maqam orang-orang yang telah mendahuluimu menghadap Sang Raja,
Penguasa Kerajaan yang Agung, dan orang-orang yang dekat denganNya dan
telah menerima segala kenyamanan, kesenangan, keamanan, kehormatan dan
rahmat dariNya.
Biarkanlah bencana itu datang, dan jangan
rintangi jalannya. Jangan menghadapinya dengan doa. Jangan merasa gundah
atas kedatangan dan penghampirannya, karena panas apinya tak lebih
mengerikan daripada kobaran api neraka.
Mengenai manusia terbaik,
dan yang terbaik di atas bumi, dan di kolong langit ini, Rasulullah
Muhammad saw, diriwayatkan, bersabda: "Sungguh, api neraka akan berseru
kepada orang-orang beriman 'Wahai mu'min, cepatlah berlalu karena
cahayamu mematikan nyala apiku' "
Nah, bukanlah nur seorang
mu'min yang mematikan nyala api neraka itu, adalah cahaya yang kita
temui padanya di dunia ini, dan yang membedakan yang patuh kepada Allah
dan yang kafir ? Cahaya inilah yang memadamkan kobaran bencana. Sedang
kesejukan kesabaranmu dan kepatuhanmu kepada Allahlah yang memadamkan
panas yang bakal menimpamu.
Jadi, bencana yang menimpamu bukanlah
untuk menghancurkanmu, tapi mengujimu, mengukuhkan imanmu, menguatkan
pilar-pilar keyakinanmu, dan memberimu secara rohani, kabar baik dariNya
tentang kehendakNya atasmu. Allah berfirman : "Dan sesungguhnya Kami
benar-benar akan menguji kalian agar Kami mengetahui orang-orang yang
berjihad dan bersabar di antaramu; dan agar kami nyatakan hal ihwal
kalian. " (QS: 47:31).
Nah, bila keimananmu dengan Allah terbukti
dan sedemikian sesuai dengan ketentuanNya - dan hal ini berkat
pertolonganNya - maka meski kau tetap bersabar, serasi denganNya dan
penuh taat kepadaNya. Jangan biarkan segala pelanggaran terhadap
perintah dan laranganNya, baik oleh dirimu sendiri maupun orang lain.
Bila datang perintahNya, dengarkanlah dengan seksama dan segeralah
melaksanakannya. Bertindaklah, jangan diam, jangan pasif di hadapan
takdir Yang Maha Kuasa, tapi curahkanlah kekuatanmu dan berupayalah
memenuhi perintah itu.
Jika kau tak mampu melaksanakan perintah
itu, jangan membuang-buang waktu, segeralah kembali kepada Allah.
Berlindunglah kepadaNYa, rendahkanlah dirimu di hadapanNYa, mohonlah
ampunanNya. Coba carilah sebab ketakmampuanmu melaksanakan perintahNya,
dan untuk terjauhkan dari berbangga atas kepatuhanmu kepadaNya. Mungkin
ketakmampuanmu ini disebabkan oleh prasangka-prasangka buruk, atau oleh
sikap tak layakmu dalam kepatuhanmu kepadaNya atau oleh kebanggaanmu,
atau oleh kebertumpuanmu pada daya upayamu sendiri, atau oleh
perbuatanmu sendiri menyekutukanNya dengan dirimu sendiri atau dengan
makhlukNya. Akibatnya, Ia menjauhkanmu dari pintuNya dan menolak
kepatuhanmu kepadaNYa. Lalu Ia tutup pintu pertolongan bagimu, Ia
palingkan kemurahan wajahNya dari dirimu. Ia menjadi marah kepadaMu, dan
menjauhkan diri darimu. DibiarkanNya, kau sibuk dengan cobaan-cobaanmu
di dunia ini, dengan kedirianmu. Tidak taukah kau, bahwa hal ini
membuatmu lupa akan Tuhanmu, dan menutupimu dari penglihatanNya, Ia yang
telah menciptakanmu, memeliharamu, dan mengkaruniaimu sedemikian banyak
ni'mat. Waspadalah agar segala sesuatu selain Allah ini tak
memisahkanmu dariNya. Maka, jangan mengutamakan sesuatu selain Allah,
sebab Dia menciptakanmu semata-mata untuk beribadah kepadaNya. Maka
janganlah berlaku aniaya terhadap diri sendiri, sehingga disibukkan oleh
segala yang bukan perintahNya. Yang demikian itu, menjerumuskanmu ke
dalam api neraka yang bahan bakarnya manusia dan bebatuan, dan kau pasti
menyesal, tapi penyesalanmu tiada berguna dan kau berdalih, tapi tiada
dalih yang diterima. Kau menangis minta pertolongan, tapi takkan ada
pertolongan. Kau coba menyenangkan Allah, tapi sia-sia.
Kau minta
dikembalikan ke dunia, untuk mempersiapkan bekal dan menebus kesalahan,
tapi sia-sia. Kasihanilah dirimu, dan gunakanlah segala sarana untuk
mengabdi kepada Tuhanmu, seperti akalmu, keimananmu, kecerahan rohanimu,
dan ilmu yang dikaruniakan kepadamu. Dan berupayalah menerangi
lingkunganmu dengan cahaya ini semua di tengah-tengah kehampaan tujuan.
Pegang teguhlah semua perintah dan larangan Allah, dan lewatilah, di
bawah petunjuk keduanya, jalan menuju Tuhanmu, Ia yang telah menciptakan
dan menumbuhkanmu. Jangan kufur ni'mat kepadaNya, Ia yang telah
menciptakanmu dari debu, dan dari setitis mani dijadikanNya kau seorang
manusia sempurna. Janganlah menghendaki yang bukan perintahNya, dan
jangan menganggap sesuatu itu buruk, bila tak tegas-tegas diharamkanNya.
Bila kau serasi dengan perintahNya, seluruh makhluk hormat kepadamu.
Bila kau menghinakan segala yang dilarang oleh Allah, maka segala yang
tak nampak lari menjauhimu, di manapun kau berada. Allah telah berfirman
: " Wahai bani Adam, Akulah Allah, tak ada ilah (sesembahan) selain
Aku. Bila Aku katakan 'Jadilah', maka ia akan maujud. Patuhilah Aku,
maka akan Kusempurnakan kamu, sehingga bila kau berkata 'Jadilah', ia
akan maujud. "
"Wahai bumi, hormatilah orang-orang yang memujiku, dan susahkanlah orang-orang yang memujamu."
Maka,
bila datang sesuatu yang diharamkanNya, berlakulah bagai seorang yang
lunglai sendi-sendi tulangnya, yang kehilangan kekuatan jasmaninya, yang
remuk hatinya, yang tak bergairah, yang terlepas dari pesona-pesona
duniawi dan dari segala nafsu hewani, bak pelataran gelap nan tak
terurus, bak gedung tak berpenghuni yang atapnya sudah jebol, yang di
dalamnya tidak ada jejak-jejak kemaujudan hewani. Berlakulah bagai
seorang tuli sejak lahir, bagai seorang buta sejak lahir, seakan bibirmu
penuh bengkak nan ngeri, seakan lidahmu bisu dan kasar, seakan gigimu
bernanah penuh nyeri dan tanggal, seakan kedua tanganmu lumpuh dan tak
kuasa memegang sesuatupun, seakan kakimu gemetar dan penuh luka, seakan
kemaluanmu lumpuh seolah perutmu kekenyangan, seakan akalmu gila, dan
tubuhmu seakan mayat tengah diangkut ke kubur.
Maka, kau mesti
segera mendengarkan dan menunaikan semua perintahNya, sebagaimana kau
mesti enggan tak berghairah terhadap semua yang diharamkanNya, dan
berlaku bagai mayat, pasrahlah terhadap ketentuanNya. Nah, teguklah
sirup ini, ambillah obat ini, dan aturlah makanmu, agar kau terbebas
dari kedirian, sembuhkanlah dirimu dari segala penyakit dosa, dan
lepaskanlah dirimu dari belenggu nafsu, dan dengan demikian
terperbaruilah dirimu menjadi pribadi yang rohaninya sehat dan sempurna.
Wahai
budak nafsu! Jangan mengkalim bagi dirimu sendiri maqam para rabbani.
Kau adalah pemuja nafsu, sedang mereka adalah penyembah Allah. Dambaanmu
adalah dunia, sedang dambaan mereka adalah akhirat. Matamu hanya
melihat dunia ini, sedang mata mereka melihat Tuhan bumi dan langit. Kau
pencinta ciptaan, sedang mereka pencinta Allah. Hatimu terpaut pada
yang di bumi, sedang hati mereka terpaut pada Tuhan Arsy. Kau adalah
korban segala yang kau lihat, sedang mereka tak melihat segala yang kau
lihat. Mereka hanya melihat sang Pencipta segalanya, yang tak mungkin
terlihat (oleh mata-mata ini). Orang-orang ini meraih tujuan hidup
mereka, dan keselamatan mereka terjamin, sedang kau tetap menjadi korban
nafsu duniawi.
Orang-orang ini lepas dari ciptaan, nafsu duniawi
dan kedirian. Dengan demikian, mereka melicinkan jalan bagi
penghampiran mereka kepada Tuhan Yang Maha besar, yang menganugerahi
mereka kekuatan untuk meraih kemaujudan yang baik; kepatuhan kepada
Tuhan. Inilah ridha Allah, yang dianugerahkan-Nya kepada yang
dikehendaki-Nya. Mereka jadikan taat dan pemujaan sebagai kewajiban
mereka, dan kukuh dalam keduanya dengan bantuan-Nya tanpa mengalami
kesulitan. Maka kepatuhan, dapat dikatakan, menjadi jiwa dan keseharian
mereka.
Akhirnya, dunia menjadi rahmat dan menyenangkan bagi
mereka, bagai syurga layaknya. Sebab, bila mereka melihat sesuatu,
mereka melihat di balik sesuatu itu penciptaan-Nya. Maka orang-orang ini
memberi daya kepada bumi dan langit dan menyenangkan bagi yang mati dan
yang hidup. Karena Tuhan mereka telah menjadikan mereka pasak bumi.
Mereka bagai gunung-gunung yang berdiri kukuh. Orang-orang ini adalah
yang terbaik di antara yang telah diciptakan dan ditebarkan-Nya di dunia
ini. Semoga kedamaian dari Allah melimpahi mereka, juga salam dan
rahmat-Nya, selama bumi dan langit maujud.
Aku
melihat dalam mimpi seolah aku berada di suatu tempat seperti masjid,
yang di dalamnya ada beberapa orang menjauh dari manusia-manusia lain.
Aku berkata kepada diriku: "Jika si anu hadir di sini, tentu ia bisa
mendisiplinkan orang-orang ini, dan memberi mereka petunjuk yang benar,
dan seterusnya", lalu terbayang olehku seorang yng saleh tengah
dikerumuni mereka, dan salah seorang dari mereka bertanya: "Kenapa Anda
diam ?" Jawabku: "Jika kalian berkenan, aku akan bicara". Lanjutku,
"Jika kalian menjauh dari orang-orang demi kebenaran, jangan meminta
sesuatu pun dengan lidah kepada manusia. Jika kau berhenti meminta
secara demikian, maka jangan meminta sesuatu pun kepada mereka, harta di
dalam benak, sebab meminta di dalam benak sama saja dengan meminta
dengan lidah. Dan ketahuilah, setiap hari Allah selalu kuasa mungubah,
mengganti, meninggikan dan merendahkan (orang-orang). Ia naikkan derajat
beberapa orang. Lalu, mereka yang telah dinaikkan-Nya ke derajat
tertinggi, diancam-Nya bahwa Ia bisa menjatuhkan mereka ke derajat
terendah, dan diberi-Nya mereka harapan bahwa Ia akan memelihara mereka
di tempat terpuji itu. Sedang mereka yang telah dilemparkan-Nya ke
derajat terendah, diancam-Nya dengan kehinaan nan abadi, dan diberi-Nya
mereka harapan dinaikkan ke derajat tertinggi." Kemudian aku terjaga
dari mimpiku.
Tidak
ada yang menjauhkanmu dari ridha dan rahmat-Nya, kecuali
ketergantunganmu kepada manusia, sarana-sarana keterampilan, akal dan
perolehan. Manusia termasuk penghalang bagimu dalam mencari rezeki yang
sesuai dengan sunnah Rasul, semisal bekerja mencari nafkah. Selama
bergantung pada manusia, selama itu pula kau mengharapkan kesudian dan
huluran tangan mereka, bahkan kau meminta dengan bersedih hati di depan
pintu rumah mereka. Perbuatan seperti ini termasuk syirik, karena kau
menyekutukan Ia dengan makhluk-Nya. Setimbal dengan (dosa besarmu) itu,
kau dihukum dengan pencabutan sumber rezekimu, semisal kehilangan
pekerjaan yang halal. Bila kau campakkan ketergantungan dan pengemisanmu
kepada mereka dan berlindung kepada mata pencarianmu, hidup dengannya,
dan lupalah kamu akan ridha Allah, maka hal ini juga termasuk syirik,
malah lebih berbahaya dari yang pertama, karena kemusyrikan semacam ini
halus sekali sehingga sulit dilihat. Tentu, Allah akan menghukummu atas
kedurhakaanmu ini, dengan makin menjauhkanmu dari ridha-Nya.
Bila
telah berpaling dari kesesatan semacam itu, membuang jauh-jauh segala
kemusyrikan dari kehidupan, dan mencampakkan semua ketergantungan kepada
mata pencarian dan kemampuan diri, dan yakin hanya Dialah Pemberi
Rezeki, Pencipta segala kemudahan, Pemberi kekuatan untuk mencari
nafkah, Pemberi segala kebaikan, dan bahwa rezeki sepenuhnya berada di
tangan-Nya, maka rezeki itu kadang dilimpahkan-Nya kepadamu melalui
orang lain, kala kau mendapat musibah dan sedang berupaya mengatasinya.
Kadang rezeki itu datang kepadamu melalui upahmu dari bekerja, kadang
rezeki itu datang kepadamu melalui ridha-Nya, hingga kau tak melihat
sebab dan perantaranya.
Nah, berpalinglah kepada-Nya,
campakkanlah segera di hadapan-Nya kedirian, maka diangkat-Nya tabir
penghalang antara kau dan ridha-Nya, dan dibuka-Nya pintu-pintu rezeki
dengan ridha-Nya, seperti seorang doktor merawat pesakitnya - sebagai
perlindungan-Nya atasmu, agar kau tak menyimpang. Sungguh Ia
menyayangimu dengan limpahan ridha-Nya.
Nah, bila telah
diusir-Nya dari hatimu kedirian dan kesenangan, maka tinggallah di sana
kehendak-Nya semata. Lalu, bila Ia ingin memberikan bahagianmu kepadamu,
yang tak mungkin lepas dari tanganmu, dan memang bukan hak orang lain,
maka ditimbulkan-Nya di dalam hatimu keinginan untuk meraih bagianmu,
dan diserahkan-Nya ke tanganmu kala kau membutuhkannya. Lalu, diberi-Nya
kau kemampuan mensyukuri nikmat tersebut. Kau akan selalu
disadarkan-Nya kepadamu sebagai bagianmu. Untuk itu, kau mesti
menyadarinya dan bersyukur kepada-Nya. Semua ini meneguhkanmu dalam
menjauhi manusia, dan mengosongkan hatimu dari segala selain Allah.
Bila
hikmah ilmumu tinggi, keyakinanmu teguh, hatimu tercerahkan, maqam
derajatmu makin dekat dengan-Nya, maka kau diberi-Nya kemampuan "melihat
ke depan", sebagai tanda kerelaanmu dan sebagai penghargaan atas
harkatmu. Ini hanyalah sebagian dari keridhaan-Nya, sebagai rahmat dan
petunjuk-Nya. Allah telah berfirman: " Dan kami jadikan ia (al-Kitab)
itu petunjuk bagi Bani Israil. Dan Kami jadikan di antara mereka itu,
pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika
mereka sabar, dan meyakini ayat-ayat kami." (QS.32:23-24). "Dan
orang-orang yang berjihad demi Kami, sungguh akan Kami tunjukkan kepada
mereka jalan-jalan Kami." (QS.29:69) Dan takutlah kepada Allah, niscaya
Ia mengajarimu, dan memberimu kemampuan untuk mengawasi semesta alam,
dengan izin yang jelas, yang tiada kegelapan di dalamnya, dan dengan
tanda yang nyata, yang terang benderang bagai sang surya, dan dengan
tutur kata yang manis, yang lebih menarik dari segala apa pun, dan
dengan ilham yang benar, yang tidak sedikit pun mengandung kekaburan,
yang bersih dari dorongan setan dan dari rayuan iblis yang terkutuk.
Allah berfirman:
"Wahai
Bani Adam, Akulah Allah, tak sesuatu pun layak dipuja kecuali Daku. Aku
berfirman 'Jadilah', ia pun akan maujud. Taatilah Aku, niscaya kau akan
Kubuat sedemikian rupa, sehingga jika berseru 'jadilah', ia pun akan
maujud." Dan Ia telah membuat ihwal serupa ini kepada
beberapa Rasul-Nya, beberapa wali-Nya, dan orang-orang yang sangat
diridhai-Nya di antara hamba-hamba-Nya.
Bila
'bersatu' dengan Allah dan mencapai kedekatan dengan-Nya lewat
pertolongan-Nya, maka makna hakiki 'bersatu' dengan Allah ialah berlepas
diri dari makhluk dan kedirian, dan sesuai dengan kehendak-Nya, tanpa
gerakmu, yang ada hanya kehendak-Nya. Nah, inilah keadaan fana
(peleburan), dan dengannya itulah 'menunggal' dengan Tuhan. 'Bersatu'
dengan Allah tentu tak sama dengan bersatu dengan ciptaan-Nya. Bukanlah
Ia telah menyatakan: "Tak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan
Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha melihat." (QS. 42:11)
Allah
tak terpadani oleh semua ciptaan-Nya. 'Bersatu' dengan-Nya lazim dikenal
oleh mereka yang mengalami kebersatuan ini. Pengalaman mereka
berlainan, dan khusus bagi mereka sendiri.
Pada diri setiap
Rasul, Nabi dan wali Allah, terdapat suatu rahasia yang tak dapat
diketahui oleh orang lain. Sering terjadi, seorang murid menyimpan suatu
rahasia yang tak diceritakannya kepada sang syaikh, dan sebaliknya sang
syaikh kadang merahasiakan sesuatu yang tak diketahui si murid,
walaupun mungkin suluk si murid sudah mendekati ambang pintu maqam
rohani sang syaikh, ia terpisah dari syaikh-nya, dan Allahlah yang
menjadi pembimbingnya. Allah memutuskan hubungannya dengan ciptaan.
Dengan
demikian, sang syaikh menjadi bagai seorang inang pengasuh yang
berhenti menyusui sang bayi setelah dua tahun. Tiada lagi baginya
hubungan dengan ciptaan, setelah lenyapnya kedirian. Sang syaikh
diperlukan, selama si murid masih terbelenggu kedirian, yang mesti
dihancurkan. Tapi, begitu kelemahan manusiawi ini musnah, maka pada
dirinya tak ada lagi noda dan kerosakan, dan ia tak lagi membutuhkan
sang syaikh.
Jadi, bila sudah 'bersatu' dengan Allah sebagaimana
yang digambarkan di atas, kau bersih dari segala selain Allah. Tak kau
lihat lagi sesuatu pun kecuali Allah, di kala suka maupun duka,
ketakutan maupun berharap, kau hanya menjumpai Dia, Allah SWT, yang
patut kau takuti, yang layak kau mintai perlindungan-Nya. Nah,
perhatikan senantiasa kehendak-Nya , dambakanlah perintah-Nya, dan
patuhlah selalu kepadanya-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. Jangan
biarkan hatimu tertambat pada salah satu ciptaan-Nya.
Pandanglah
semua ciptaan bagai orang yang ditahan oleh Raja sebuah kerajaan besar,
lalu sang raja merantai leher dan kedua lengannya, menyalibkannya pada
sebatang pohon pinus yang berada di tebing sungai berarus deras,
bergelombang dan amat dalam. Sementara itu sang Raja duduk di atas
singgasana yang tinggi, bersenjatakan lembing, panah, dan berbagai
senjata bidik. Lalu mulailah sang raja mengarahkan dan membidikkan salah
satu senjata bidiknya kepada si tawanan. Dapatkah kita hargai orang
yang melihat ini semua, dan memalingkan penglihatannya dari sang raja,
sama sekali tak takut kepada raja itu, tak berharap kepadanya, tak iba
kepada tawanan itu dan tak memohonkan ampunan untuknya? Bukankah,
menurut pertimbangan akal sehat, orang semacam ini tergolong tolol,
gila, tak berbudi, dan tak manusiawi?
Nah, berlindunglah kepada
Allah dari kebutaan hati, sesudah memiliki bashirah ( mata hati), dari
keterpisahan sesudah 'bersatu', dari keterasingan sesudah keakraban,
dari ketersesatan sesudah memperolehi petunjuk, dan dari kekufuran
sesudah beriman.
Dunia ini bak sungai besar berarus deras. Setiap
hari airnya bertambah, dan itulah perumpamaan nafsu hewani manusia dan
segala kesenangan duniawi. Sedang anak panah dan berbagai senjata bidik,
melambangkan ujian hidup manusia. Jelaslah, unsur-unsur yang menguasai
kehidupan manusia yaitu berbagai cobaan hidup, musibah, penderitaan, dan
semua upaya mengatasinya. Bahkan semua karunia dan nikmat yang
diterimanya, dibayang-bayangi oleh berbagai musibah.
Oleh karena
itu, bila seorang cerdik-cendekiawan sudi menyigi masalah ini
terus-menerus, maka ia akan memperolehi pengetahuan tentang hakikat,
bahwa tak ada kehidupan sejati kecuali kehidupan akhirat. Rasulullah
saw. Bersabda: "Tak ada kehidupan selain kehidupan di akhirat."
ihwal
semacam ini benar-benar terbukti bagi seorang Mukmin, sesuai dengan
sabda Nabi saw.: "Dunia ini adalah penjara bagi seorang Mukmin dan
syurga bagi seorang kafir."
Beliau juga bersabda: "Orang saleh
terkekang." Bagaimana bisa hidup enak di dunia ini, bila diingat hal
ini? Sesungguhnya, kenyamanan hakiki terletak pada hubungan sempurna
dengan Allah SWT, penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Bila kau
lakukan hal ini, niscaya kau terbebas dari dunia ini, dan kepadamu
dilimpahkan rahmat, kebahagiaan, kebajikan, kesejahteraan, dan
keredhaan-Nya.
Janganlah
kau mengeluh tentang sesuatu bencana yang menimpamu kepada siapa pun,
baik kepada kawan maupun lawan. Jangan pula menyalahkan Tuhanmu atas
semua takdir-Nya bagimu, dan atas ujian yang ditimpakan-Nya atasmu.
Beritakanlah semua kebaikan yang dilimpahkan-Nya atasmu. Beritakanlah
semua kebaikan yang dilimpahkan-Nya kepadamu, dan segala puji syukur
atas semua itu. Kedustaanmu menyatakan puji syukurmu atas sesuatu rahmat
yang sesungguhnya belum datang kepadamu, lebih baik ketimbang
cerita-ceritamu perihal kepedihan hidup. Adakah ciptaan yang sunyi dari
rahmat-Nya? Allah SWT berfirman: "Dan jika kamu hitung nikmat-nikmat
Allah, kamu takkan sanggup menghitungnya." (QS. 14:34) Betapa banyak
nikmat yang telah kau terima, dan tak kau sadari! Jangan merasa senang
dengan ciptaan, jangan menyenanginya, dan jangan menceritakan hal
ihwalmu kepada siapa pun. Cintamu harus kau tujukan hanya kepada-Nya,
merasa senanglah dengan-Nya dan mengeluhlah hanya kepada-Nya.
Jangan
kau lihat orang lain, karena mereka tak memberi manfaat dan mudharat.
Segala suatu adalah ciptaan-Nya, di tangan-Nyalah sumber gerak atau diam
mereka. Kemaujudan mereka sampai detik ini pun semata-mata karena
kehendak-Nya. Dialah penentu derajat mereka. Barangsiapa dimuliakan-Nya,
maka takkan ada yang mampu menjadikannya hina. Dan barangsiapa
dihinakan-Nya, takkan ada yang mampu menjadikannya mulia. Jika Allah
berkehendak menimpakan keburukan atasmu, tak seorang pun sanggup
mencegahnya, selain Ia sendiri. Dan jika Ia berniat melimpahkan
kebaikan, tak seorang pun sanggup menahan turunnya rahmat-Nya. Nah, bila
kau mengeluh terhadap-Nya, padahal kau menikmati rahmat-Nya, kau tamak,
dan menutup mata atas yang kau miliki, maka Allah murka kepadamu,
mencabut kembali nikmat-Nya darimu, mewujudkan segala keluhanmu,
melipatgandakan kesusahanmu, dan memperhebat hukuman, kemurkaan dan
kebencian-Nya kepadamu. Kau menjadi terhinakan di mata-Nya.
Oleh
karena itu, janganlah mengeluh sedikit pun, walau jasadmu
digunting-gunting menjadi serpihan-serpihan kecil daging. Selamatkanlah
dirimu! Takutlah kepada Allah! Takutlah kepada Allah! Takutlah kepada
Allah!
Sesungguhnya, sebagian besar musibah yang menimpa anak
Adam, dikarenakan oleh keluhan-keluhan mereka terhadap-Nya. Kenapa
menyalahkan-Nya? Padahal Ia Maha pengasih, Maha adil, Maha sabar, Maha
pengasih, Maha penyayang, dan yang lemah-lembut terhadap
hamba-hamba-Nya, melebihi seorang doktor yang sabar, pengasih,
penyayang, ramah, yang juga kerabat si pesakit. Dapatkah kau temui
sesuatu kesalahan pada diri seorang ayah atau ibu yang berhati mulia.
Nabi Suci saw., telah bersabda:
"Allah lebih penyayang terhadap hamba-hamba-Nya berbanding seorang ibu terhadap anaknya."
Wahai yang dirundung malang! Tunjukkanlah perilaku terbaik.
Tunjukkanlah
kesabaranmu bila musibah menimpamu, meski kau tak berdaya karenanya.
Bersabarlah selalu, meski kau kepayahan dalam menyerahkan diri
kepada-Nya. Bertakwalah selalu kepada-Nya. Ridha dan rindulah
kepada-Nya. Jika masih kau temui kedirianmu, bergegaslah keluar darinya.
Bila kau terhilang, dimanakah kau kan didapat? Dimanakah kau? Belumkah
kau dengar firman Allah:
"Diwajibkan atas kamu berperang,
sesungguhnya berperang itu sesuatu yang kamu benci. Bisa jadi kamu
membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan mungkin kamu menyukai
sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Dan Allah Maha-mengetahui, sedang kamu
tak mengetahui." (QS>2:216).
Pengetahuan ihwal hakikat segala
suatu tercabut dari hatimu dan tertutup dari penglihatanmu oleh tabir.
Oleh karena itu, jangan berlebih-lebihan dalam membenci ataupun
mencintai sesuatu. Ikutilah segala ketentuan syariat dalam segala
keadaan, jika kau benar-benar saleh. Setelah kau jalani hal ini, maka
ikutilah semua perintah tentang wilayat, dan teguhlah selalu. Ridhalah
atas ketentuan-Nya dan berdamailah dengan kehendak-Nya. Dan, luruhlah ke
dalam keadaan badal, ghauts dan shiddiq.
Bertolaklah senantiasa
dari jalan nasib, jangan berdiri di tengah-tengahnya, gantilah dirimu
dan hasratmu (dengan kehendak-Nya), dan tahanlah lidahmu dari segala
keluhan. Bila hal ini telah kau jalani, maka Tuhanmu mengurniamu
kebaikan berlimpah, kehidupan yang nyaman dan bahagia, dan melindungimu,
karena ketaatanmu kepada-Nya.
Bila di dalam diri manusia,
bersarang berbagai dosa, noda dan kesalahan, maka tak layak baginya
bersama-Nya, sebelum ia bersih dari dosa-dosa. Tidak seorang pun dapat
mencium ambang pintu-Nya, kecuali ia suci dari noda ujub, sebagaimana
tidak seorang pun layak bersama raja, kecuali ia bersih dari noda dan
bau busuk. Nah, semua musibah tak lain adalah sarana penebus dan
pembersih diri. Nabi saw. Telah bersabda: "Demam sehari dapat menebus
dosa sepanjang tahun."
Bila
kau lemah iman, bila dijanjikan kepadamu sesuatu, janji itu dipenuhi,
sehingga keimananmu tak sirna. Tapi, bila keyakinan dan kepastian ini
jadi kuat dan mantap di dalam hatimu, maka, sebagaimana firman-Nya:
"Sesungguhnya kamu pada hari ini menjadi seorang yang berkedudukan
tinggi lagi terpercaya di sisi Kami." (QS.12:54), dan menjadilah kau
salah seorang yang terpilih, bahkan yang terpilih dari yang terpilih.
Maka sirnalah tujuan maupun kehendak pribadimu.
Lalu, kau
seolah-olah sebuah bejana yang tak cairan pun bisa berada di atasnya,
sehingga tiada kedirian di dalam dirimu. Kau menjadi bersih dari segala
selain Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Kau menjadi ridha
kepada-Nya, kepadamu dijanjikan keridhaan-Nya, sehingga kau dapat
menikmati dan terahmati atas semua tindakan-Nya.
Maka kepadamu
dijanjikan sesuatu, bila kau puas dengan (janji) itu, dan tanda kepuasan
ada padamu, maka kau dipindahkan-Nya ke janji lain yang lebih tinggi.
Dijadikan-Nya kau lebih terhormat, dan dianugerahkan-Nya kepadamu rasa
cukup-diri terhadap janji. Dibuka-Nya bagimu pintu-pintu hikmah,
disingkapkan-Nya bagimu misteri Ilahiah, kebenaran hakiki, makna
perubahan janji-Nya. Dan dalam maqam barumu, kau alami peningkatan
kemampuan memelihara keadaan rohaniahmu.
Lalu, kepadamu
dianugerahkan derajat rohani, yang didalamnya dipercayakan kepadamu
rahasia-rahasia, dan kau alami perluasan dada, ketercerahan hati,
kefasihan lidah, derajat tinggi ilmu dan kecintaan. Maka kau menjadi
kesayangan semua makhluk, baik manusia maupun jin, dan makhluk-makhluk
lainnya, di dunia dan di akhirat. Bila kau menjadi 'pilihan' Allah, maka
orang tunduk kepada-Nya, cinta mereka berada di dalam cinta-Nya, dan
kebencian mereka berada di dalam kebencian-Nya. Dengan ini, kau telah
dihantarkan-Nya ke tempat yang amat tinggi, dan di sana tak kau jumpai
lagi kedirianmu akan segala benda.
Lalu, dibuat-Nya kau penuh
hasrat terhadap sesuatu, maka nafsumu ini dimusnahkan dan dilenyapkan,
dan kau dipalingkan-Nya jauh-jauh dari keinginan serupa itu lagi. Jadi,
tak diberikan-Nya yang kau inginkan di dunia ini, akan dilimpahkan
kepadamu di akhirat kelak, sehingga meningkatkan keakrabanmu dengan-Nya,
dan menyejukkan kedua matamu di syurga yang tinggi, di dalam taman yang
abadi.
Tapi, bila selama ini kau tak berhasrat terhadap sesuatu
pun, tak berharap kepada siapa pun, tak condong kepada apa pun - karena
kau sadar bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara, dan tipuannya
menyesatkan yang mencintainya - tapi, tujuanmu adalah sang Khalik, yang
telah menciptakan, mewujudkan, menahan dan melimpahkan segala suatu,
yang telah membentangkan bumi dan menegakkan langit, maka kepadamu
dilimpahkan segala yang kau butuhkan di dunia ini. Tentu saja, ini semua
diberikan kepadamu, setelah kau putus asa akibat dipalingkan dari semua
hasrat duniawi, dan sesudah kau merasa mantap akan kehidupan akhirat
sebagaimana yang telah kita bicarakan.
Nabi
Suci Muhammad saw. Bersabda: "Campakkanlah segala yang menimbulkan
keraguan dibenakmu, tentang yang halal dan yang haram, dan ambillah
segala yang tidak menimbulkan keraguan pada dirimu."
Bila sesuatu
yang meragukan, maka ambillah jalan yang didalamnya tiada sedikit pun
keraguan dan campakkanlah yang menimbulkan keraguan. Nabi bersabda:
"Dosa menciptakan kekacauan dalam hati." Tunggulah, bila dalam keadaan
begini, perintah batin. Bila kau diperintahkan untuk mengambilnya, maka
lakukanlah sesukamu. Jika kau dilarang, maka jauhilah dan anggaplah itu
sebagai tak pernah maujud, dan berpalinglah ke pintu Allah, dan mintalah
pertolongan dari Tuhanmu.
Andaikata kau merasa kehabisan
kesabaran, kepasrahan dan kefanaan, maka ingatlah bahwa Dia SWT tak
memerlukan diingat, Dia tak lupa kepadamu dan selainmu. Ia yang Maha
kuasa lagi Maha agung memberikan rezeki kepada para kafir, munafik dan
mereka yang tak mematuhi-Nya. Mungkinkah Dia lupa kepadamu, duhai yang
beriman, yang mengimani keesaan-Nya, yang senantiasa patuh kepada-Nya
dan yang teguh dalam menunaikan perintah-perintah-Nya siang dan malam.
Sabda
Nabi Suci yang lain: "Campakkanlah segala yang menimbulkan keraguan di
benakmu, dan ambillah yang tak menimbulkan keraguan," memerintahkanmu
untuk melecehkan yang ada di tangan manusia, untuk tak mengharapkan
sesuatu pun dari manusia, atau untuk tak takut kepada mereka, dan untuk
menerima karunia Allah. Dan inilah yang takkan membuatmu ragu. Karena
itu, hanya ada satu, yang kepadanya kita meminta, satu pemberi dan satu
tujuan, iaitu Tuhanmu, Yang Maha perkasa lagi Maha agung, yang di
tangan-Nya kening para raja dan hati manusia, yang adalah raja tubuh,
berada - iaitu bahwa hati mengendalikan tubuh - tubuh dan uang manusia
adalah milik-Nya, sedang manusia adalah agen dan kepercayaan-Nya.
Bila
mereka menggerakkan tangan mereka kepadamu, hal itu atas izin, perintah
dan gerak-Nya. Begitu pula, bila karunia ditahan darimu. Allah SWT
berfirman: "Mintalah kepada Allah karunia-Nya."
"Sesungguhnya
yang kau abdi selain Allah, tak memberimu sesuatu pun karena itu,
mintalah karunia dari Allah dan abdilah Dia dan bersyukurlah
kepada-Nya." "Bila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
sesungguhnya Aku sangat dekat; Aku menerima doa dari yang berdoa bila ia
berdoa kepada-Ku." "Serulah Aku, maka Aku akan menyahutmu."
"Sesungguhnya Allah adalah Pemberi karunia, Tuhan kekuatan."
"Sesungguhnya Allah memberikan karunia kepada yang dikehendaki-Nya tanpa
batas."
Aku
melihat syaitan terkutuk dalam mimpi seolah aku berada dalam sebuah
kerumunan besar dan aku berniat membunuhnya. Lalu si syaitan itu berkata
kepadaku, "Kenapa kamu hendak membunuhku, dan apa dosaku? Jika Allah
menentukan keburukan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi kebaikan.
Jika Allah menentukan kebaikan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi
keburukan. Dan apa yang ada di tanganku?" Dan kulihat dia seperti
seorang kasim, lembut ucapannya, dagunya berjenggot, hina pandangannya
dan buruk mukanya, seolah ia tersenyum kepadaku, penuh malu dan
ketakutan. Hal ini terjadi pada malam Ahad, 12 Zulhijjah 401 H.
Allah
menguji hamba beriman-Nya menurut kadar imannya. Jika iman seseorang
kuat, maka cobaannya pun kuat. Cobaan seorang Rasul lebih besar daripada
cobaan seorang Nabi, karena iman Rasul lebih tinggi daripada iman Nabi.
Cobaan Nabi lebih besar daripada cobaan seorang badal. Cobaan seorang
badal lebih besar daripada cobaan seorang wali. Setiap orang diuji
menurut kadar iman dan keyakinannya. Tentang ini Nabi Suci saw.
Bersabda: "Sesungguhnya kami, para Nabi, adalah orang yang paling banyak
diuji. Oleh karena itu, Allah terus menguji pemimpin-peminpin mulia
ini, agar mereka senantiasa berada di sisi-Nya dan tidak lengah sedikit
pun. Dia SWT mencintai mereka, dan mereka adalah orang-orang yang penuh
cinta dan dicintai oleh Allah, dan pencinta takkan pernah ingin
menjauhkan diri dari yang dicintainya.
Maka, cobaan-cobaan
memperkukuh hati dan jiwa mereka dan menjaganya dari kecenderungan
terhadap sesuatu yang bukan tujuan hidup mereka, dari merasa senang dan
cenderung kepada sesuatu selain Pencipta mereka. Nah, bila hal ini
merasuk ke dalam diri mereka, maka hawa nafsu mereka meleleh, kedirian
mereka hancur lebur dan kebenaran menjadi terang-benderang. Maka,
kehendak mereka terhadap segala kesenangan hidup ini dan akhirat
tertambat di sudut jiwa mereka. Dan kebahagiaan mereka berlabuh pada
janji Allah, keredhaan mereka kepada takdir-Nya, dan kesabaran mereka
dalam cobaan-Nya. Maka, selamatkanlah mereka dari kejahatan makhluk-Nya
dan keinginan hati mereka.
Maka, hati menjadi kukuh dan
mengendalikan anasir tubuh. Sebab cobaan dan musibah memperkuat hati,
keyakinan, iman dan kesabaran, dan melemahkan hewani dan hawa nafsu.
Sebab bila penderitaan datang, sedang sang beriman bersabar, ridha,
pasrah kepada kehendak Allah dan bersyukur kepada-Nya, maka Allah
menjadi ridha dengannya, dan turunlah kepadanya pertolongan, karunia dan
kekuatan. Allah SWT berfirman: "Jika kamu bersyukur tentu akan
Kutambahkan."
Bila diri manusia berhasil membuat hati
memperturutkan keinginan tanpa adanya perintah dan izin dari Allah,
kesyirikan dan dosa. Maka, Allah menimpakan kepada jiwa dan hati noda,
musibah, luka, kecemasan, kepedihan dan penyakit. Hati dan jiwa
terpengaruh oleh penderitaan ini. Namun, bila hati tak memperdulikan
panggilan ini, sebelum Allah mengizinkannya melalui ilham, bagi wali,
dan wahyu, bagi Rasul dan Nabi, maka Allah menganugerahi jiwa dan hati
kasih-sayang, rahmat, kebahagiaan, kecerahan, kedekatan dengan-Nya,
keterlepasan dari kebutuhan dan bencana. Ketahui dan camkanlah hal ini.
Selamatkanlah
dirimu dari cobaan dengan penuh kewaspadaan, dengan tidak segera
menimpali panggilan jiwa dan keinginannya. Tapi, tunggulah dengan sabar
izin dari Allah agar kamu senantiasa selamat di dunia dan di akhirat.
Pegang
teguh dan ridhalah atas sedikit yang kau miliki, hingga ketentuan nasib
mencapai puncaknya, dan kau dibawa ke keadaan yang lebih tinggi. Kau
akan ditempatkan di dalamnya, dan terjaga dari kekerasan duniawi ini,
akhirat, kekejian dan kesesatan. Kemudian kau akan dibawa kepada yang
mengenakan matamu. Ketahuilah bahwa bagianmu takkan lepas darimu dengan
pengupayaanmu terhadapnya, sedang yang bukan bagianmu takkan kau raih
walau kau berupaya keras. Maka dari itu, bersabarlah dan ridhalah dengan
keadaanmu. Jangan mengambil atau memberikan sesuatu pun sebelum
diperintahkan.
Jangan bergerak atau diam semaumu, sebab jika kau
berlaku begini, kau akan diuji dengan keadaan yang lebih buruk daripada
keadaanmu. Sebab, dengan kekeliruan seperti itu kau berarti berbuat
aniaya terhadap diri sendiri dan Allah mengetahui yang berbuat aniaya.
Allah berfirman: "Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang yang zalim
sebagai teman bagi sebagian yang lain disebabkan oleh yang mereka
upayakan." (QS.6:129)
Sebab kau berada di rumah Raja, yang
perintah-Nya berdaulat, yang Maha kuat, yang tentara-Nya amat besar,
yang kehendak-Nya berdaulat, yang aturan-Nya sempurna, yang kerajaan-Nya
abadi, yang kedaulatan-Nya menyeluruh, yang pengetahuan-Nya tinggi,
yang kebijakan-Nya dalam, yang Maha adil, yang dari-Nya tak zarah pun
tersembunyi baik di bumi maupun di langit dan tidak kezaliman para zalim
pun tersembunyi dari-Nya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah tidak
akan mengampuni siapa pun yang menyekutukan-Nya, dan Ia akan mengampuni
selain itu yang dikehendaki-Nya." (QS.4:48)
Berupayalah sekuat
daya untuk senantiasa tidak menyekutukan Allah. Jangan mendekati dosa
ini dan jauhilah ia dalam segala gerak dan diammu siang dan malam baik
sendirian maupun bersama manusia. Waspadalah terhadap segala bentuk dosa
dalam anasir tubuhmu dan dalam hatimu. Hindarilah dosa yang tampak
ataupun tersembunyi. Jangan menjauh dari Allah, sebab Ia akan
mencengkaumu. Jangan bersitegang dengan-Nya atas takdir-Nya, sebab Ia
akan melumatkanmu; jangan salahkan aturan-Nya, agar kau tidak
dihinakan-Nya; jangan melupakan-Nya agar kau tidak dilupakan-Nya dan
tidak mengalami kesulitan; jangan mereka-reka di dalam rumah-Nya agar
kau tidak dibinasakan-Nya; jangan berkata tentang agama-Nya dengan hawa
nafsu agar kau tidak binasa, agar hatimu tidak gelap, agar iman dan
pengetahuanmu tidak tercabut darimu, agar kau tidak dikuasai oleh
kekejianmu, hewanimu, hawa nafsumu, keluargamu, tetanggamu, sahabatmu,
ciptaan termasuk kalajengking, ular serta jin rumahmu dan
makhluk-makhluk melata lainnya, sehingga dengan demikian hidupmu di
dunia ini akan gelap dan kau akan disiksa di akhirat terus-menerus.
auhilah
sekuat daya ketakpatuhan kepada Allah, yang Maha mulia lagi Maha agung.
Bertumpulah kepada Pintu-Nya dengan kebenaran. Berupayalah sekuat daya
mematuhi-Nya dengan taubat dan doa, dengan menunjukkan kebutuhanmu atas
kepatuhan dan kerendah hatian, dengan khusuk dan menunduk, dengan tidak
memandang orang atau mengikuti hewani, atau mengupayakan balasan duniawi
atau ukhrawi, tidak mengharapkan maqam yang lebih tinggi. Camkanlah
bahwa kau adalah hamba-Nya, dan bahwa sang hamba serta segala miliknya
adalah milik tuannya, sehingga ia tidak dapat mengakui apa pun
terhadapnya. Berperilaku baiklah dan jangan salahkan Tuhanmu. Segala
suatu ditentukan oleh-Nya. Segala yang Ia majukan, tidak satu pun dapat
memundurkannya. Segala yang dimundurkan-Nya, tidak satu pun dapat
memajukannya. Beginilah Allah memperlakukan Sendiri segala keadaanmu. Ia
menganugerahimu tempat tingggal nan abadi di akhirat dan sekaligus
menjadikanmu pemiliknya dan akan menganugerahkan kepadamu
karunia-karunia yang tiada mata pernah melihat, tiada telinga pernah
mendengar dan tiada hati manusia pernah merasakan. Allah berfirman:
"Tiada jiwa pun yang tau apa yang disembunyikan bagi mereka, yaitu yang
akan mengenakkan mata, sebagai balasan atas apa yang telah mereka
perbuat." (QS 32:17) yaitu balasan atas kepatuhan dan kepasrahan mereka
kepada Allah dalam segala hal.
Mengenainya, yang Allah telah
anugerahkan hal duniawi, menjadikannya pemiliknya, merahmatinya dan
melimpahkan karunia-Nya, Ia melakukan yang demikian ini lantaran
keimanan orang ini bagai padang tandus, yang di dalamnya tak
memungkinkan air, pohon, tumbuhan dan buah-buahan mewujud.
Maka
Ia tebarkan di dalamnya rabuk dan segala yang serupa itu, yang
menumbuhkan tumbuhan dan pepohonan, dan inilah dunia dan segala isinya,
untuk menjaga segala yang telah ditumbuhkan-Nya di dalamnya, yang berupa
pohon iman dan tanaman amal. Andaikata hal-hal ini pupus darinya, maka
tanah, tumbuhan dan pepohonan akan menjadi kering, buahnya luruh dan
keseluruhan pedusunan akan menjadi sunyi, dan Yang Maha kuasa lagi Maha
agung menghendakinya dihuni dan ceria.
Maka pohon iman seorang
kaya lemah akarnya dan hampa akan yang mengisi pohon imanmu. Wahai
darwis, sesungguhnya kekuatan lainnya dan kesinambungan kemaujudannya
tergantung pada dunia dan aneka nikmatnya yang kau lihat pada
pemiliknya, dan tiada padanya yang lebih disukai selain yang telah
kulukiskan bagimu. Semoga Allah menganugerahi kita daya untuk menggapai
yang dicintai-Nya. Jadi, kekuatan dan kesinambungan karunia duniawi,
yang kau dapati padanya, - andaikata semua ini tercerabut darinya,
sedang pohonnya lemah, maka pohon itu akan menjadi kering dan si orang
kaya ini akan menjadi kafir, munafik dan murtad, - jika Allah tidak
mengirimkan bagi orang kaya ini tentara kesabaran, keteguhan,
pengetahuan dan aneka ketercerahan rohani, yang memperkukuh imannya,
maka ia takkan merasa kehilangan dengan merasa kehilangan dengan
lenyapnya kekayaan dan karunia.
Jangan
berkata, wahai orang yang malang! Yang darinya dunia dan orang-orangnya
telah memalingkan muka mereka, yang hina, yang lapar dan yang dahaga,
yang telanjang, yang hatinya terpanggang, yang merambah ke setiap sudut
dunia, di setiap masjid dan tempat-tempat sunyi, yang terjauhkan dari
setiap pintu, yang terhancurkan, yang jemu dan yang kecewa dengan segala
keinginan dan kerinduan hati - jangan berkata bahwa Allah telah
membuatmu miskin, menjauhkan dunia darimu, telah menjatuhkanmu, telah
menjadi musuhmu, telah membuatmu kacau, tidak mengukuhkan jiwamu, telah
menghinakanmu, dan tidak mencukupimu di dunia ini, telah menggelapimu,
tidak memuliakan namamu di tengah-tengah manusia, sedangkan kepada
selainmu Ia anugerahkan banyak rahmat-Nya siang dan malam, memuliakan
mereka atasmu dan keluargamu, padahal kamu sama-sama muslim dan mukmin
dan nenek moyangmu sama-sama Hawa dan Adam, sang manusia terbaik.
Ya,
Allah telah mempelakukanmu begini, sebab fitrahmu suci dan kesejukan
kasih-sayang Allah terus-menerus melimpahimu dalam bentuk kesabaran,
kepasrah-ikhlasan dan pengetahuan. Dan cahaya iman serta tauhid
menimpamu. Maka pohon imanmu, akarnya dan benihnya menjadi kuat, penuh
dedaunan, buah, cabang dan rantingnya merambah ke mana-mana sehingga
menimbulkan keteduhan. Setiap hari kian besar sehingga tidak perlu lagi
pertumbuhannya dibantu. Allah tentukan bagimu akan kau peroleh tepat
pada waktunya, entah kau suka atau tidak suka. Maka dari itu, janganlah
serakah terhadap yang menjadi milikmu dan jangan cemas akannya. Jangan
merasa menyesal atas yang dimaksudkan bagi selainmu.
Yang bukan milikmu tentu:
1) Ia akan menjadi milikmu, atau
2) Ia akan menjadi milik orang lain.
Jika
ia milikmu, ia akan datang kepadamu dan kau akan dibawa kepadanya
sehingga pertemuan antara kau dan ia terjadi segera. Sedang yang bukan
milikmu, maka kau akan dijauhkan darinya dan ia pun akan menjauh darimu,
sehingga kau dan ia takkan bertemu. Allah berfirman: "Dan jangan kamu
tujukan kedua matamu kepada yang telah Kami berikan kepada
golongan-golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan duniawi ini, agar
Kami cobai mereka dengan-nya. Dan karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih
kekal." (QS 20:131) Nah, Allah telah melarangmu memperhatikan yang bukan
hakmu.
Ia telah memperingatkanmu bahwa yang selain ini adalah
cobaan, yang dengan-nya Ia menguji mereka dan bahwa keridhaanmu dengan
bagianmu lebih baik bagimu, lebih suci dan lebih disukai; maka
jadikanlah ini sebagai jalanmu, yang melaluinya kau akan memperoleh
segala kebaikan, rahmat, kegembiraan dan keindahan. Allah berfirman:"Tiada
jiwa pun yang tahu apa yang disembunyikan bagi mereka, yaitu yang akan
mengenakan mata, sebagai balasan atas yang telah mereka perbuat." (QS 32:17)
Nah,
tiada kebajikan selain kelima jalan pengabdian, penghindaran dari
segala dosa, dan tiada lebih besar, lebih mulia dan lebih disukai oleh
Allah selain yang Kami sebutkan kepadamu. Semoga Allah mengaruniaimu dan
kami kemampuan untuk melakukan yang disukai-Nya.
Tabir
penutup dirimu takkan tersingkap, selama kau belum lepas dari ciptaan
dan tidak memalingkan hatimu darinya dalam segala keadaan hidup, selama
hawa nafsumu belum pupus, begitu pula maksud dan kerinduanmu, selama kau
belum lepas dari kemaujudan dunia ini dan akhirat, dan yang maujud
dalam dirimu hanyalah kehendak Tuhanmu, dan kau terisi dengan nur
Tuhanmu, dan tiada tempat di dalam hatimu, kecuali bagi Tuhanmu,
sehingga kau menjadi penjaga pintu kalbumu, dan kau dikaruniai pedang
tauhid, keagungan dan kekuatan. Maka, segala yang kau lihat, yang
mendekati pintu kalbumu dari benakmu, akan kau pisahkan kepalanya dari
bahunya, sehingga tiada tersisa bagi dirimu, dambaanmu dan kerinduanmu
akan dunia ini dan akhirat sesuatu yang berkepala, dan tiada dunia yang
diperhatikan, tiada pendapat yang diikuti, kecuali kepatuhan kepada
Allah dan penerimaan penuh ikhlas akan takdir-Nya, bukannya peluruh
penuh dalam takdir dan karunia-Nya. Dengan demikian, kau menjadi hamba
Allah, bukan hamba manusia atau pendapat. Bila hal ini mengekal dalam
hidupmu, tirai-tirai hormat-diri akan menyelimuti kalbumu, parit-parit
keluhuran dan daya keagungan akan mengitarinya, dan hatimu akan dijaga
oleh tentara kebenaran, tauhid, dan pengawal-pengawal kebenaran akan
ditempatkan di dekatnya, sehingga orang tak dapat mendekatinya melalui
kekejian, dambaan-dambaan hampa, kepalsuan-kepalsuan yang timbul dalam
benak-benak manusia, dan melalui kesesatan yang tumbuh dari
keinginan-keinginan. Jika ditakdirkan bahwa orang akan datang kepadamu
terus-menerus dan mereka tidak mengetahui kemuliaanmu, sehingga mereka
mendapatkan cahaya yang menyilaukan, tanda-tanda yang jelas, kebijakan
yang dalam, dan melihat keajaiban-keajaiban yang terang dan
kejadian-kejadian sebagai sosok kehidupanmu, sehingga meningkatkan upaya
mereka untuk mendekat kepada Allah, untuk patuh kepada-Nya, dan untuk
mengabdi kepada Tuhan mereka. Meski semua ini terjadi, kau akan aman
dari semua itu, dari kecenderungan jiwa manusiawimu kepada keinginan,
dari puji-diri, kesombongan orang-orang yang datang kepadamu dan
perhatian mereka kepadamu. Juga, seandainya kau akan beristri cantik,
bertanggung jawab atas dirinya dan atas perilakunya, maka kau akan aman
dari keburukannya, akan diselamatkan dari memikul bebannya, dan ia,
bagimu, akan menjadi karunia Allah, terahmati dan berlaku baik, bersih
dari ketaktulusan, kekejian dan penghianatan. Maka ia akan melepaskanmu
dari beban perilakunya dan akan menjauhkan darimu segala kesulitan
karenanya. Seandainya ia melahirkan anak, maka ia akan menjadi anak yang
saleh dan suci, yang akan menyenangkan pandanganmu.
Allah berfirman:
"Dan Kami jadikan isterinya patut baginya." (QS 21:90)
"Ya
Tuhan kami! Karuniakanlah pada isteri-isteri kami dan keturunan kami
kesenangan mataku dan jadikanlah kami imam bagi mereka yang mencegah
dari keburukan." (QS 25:74)
"Dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, orang yang Kau ridhai." (QS 19:6)
Maka
doa-doa ini akan mewujud dan diterima, tidak masalah kau menyampaikan
doa-doa ini kepada Allah, sebab doa-doa itu dimaksudkan bagi mereka yang
layak begini, yang termatangkan dalam keadaan ini, dan yang kepada
mereka dilimpahkan nikmat dan kedekatan Allah.
Begitu pula,
andaikata sesuatu dari dunia ini mendatangimu, ia takkan merugikanmu.
Maka yang datang kepadamu merupakan bagianmu dari-Nya, yang tersucikan,
demi kamu, oleh tindakan Allah, kehendak-Nya dan dengan perintah-Nya ia
mencapaimu. Ia akan mencapaimu dan kau akan terpahalai, asalkan kau
memperolehinya dalam kepatuhan kepada-Nya; persis sebagaimana akan
dipahalainya kamu karena menunaikan salat dan puasa. Dan kau akan
diperintahkan, tentang yang bukan hakmu, untuk memberikannya kepada para
sahabat, tetangga dan peminta yang layak memperoleh uang zakat sesuai
dengan kebutuhan. Maka urusan-urusan akan diberikan kepadamu, sehingga
kau tidak mampu membedakan antara yang layak dan yang tidak layak, dan
antara kabar burung dengan pengalaman sejati. Maka urusanmu akan menjadi
putih bersih, yang tiada kegelapan dan keraguan.
Maka dari itu,
bersabarlah, senantiasa bertakwalah, perhatikanlah masa kini, tenanglah,
tenanglah! Waspadalah! Selamatkanlah dirimu! Selamatkanlah dirimu!
Segeralah! Segeralah! Takwalah kepada Allah! Takwalah kepada Allah!
Tundukkanlah pandanganmu! Tundukkanlah pandanganmu! Palingkanlah matamu!
Palingkanlah matamu! Berlaku baiklah! hingga datang takdir dan kau kami
bawa ke depan .
Maka akan lenyap darimu segala yang
memberatkanmu, kemudian kau dimasukkan ke dalam samudera nikmat,
kelembutan dan kasih sayang, dan dipakaikan dengan pakaian nur dan
rahasia-rahasia Ilahiah. Lalu kau didekatkan, diajak bicara, diberi
karunia, dilepaskan dari keperluan, dikukuhkan, dimuliakan dan dilimpahi
kata-kata: "Sesungguhnya kamu pada sisi Kami adalah orang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya." (QS 12:54)
Lalu tersingkaplah keadaan Yusuf dan para shiddiq ketika disapa dengan
kata-kata ini dari lidah Raja Mesir, Raja dari Fir'aun. Jelaslah, itulah
lidah Raja yang menyatakannya, yang adalah Allah, yang berbicara
melalui lidah pengetahuan. Kepada Yusuf dianugerahkan kerajaan bendawi,
yaitu kerajaan Mesir, juga kerajaan jiwa, yaitu kerajaan pengetahuan,
rohani, nalar, kedekatan dengan-Nya dan kedudukan tinggi di hadapan-Nya.
Allah berfirman:
"Dan demikianlah Kami anugerahkan kepada Yusuf kekuasaan atas negeri (ia berkuasa penuh) ke mana pun ia suka." (QS 12:56)
Negeri di sini ialah Mesir. Mengenai kerajaan rohani, Allah berfirman:
"Demikianlah, agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba pilihan kami." (QS 12:24)
Mengenai kerajaan pengetahuan, Allah berfirman:
"Yang
demikian ini adalah sebagian dari yang diajarkan kepadaku oleh Tuhanku.
Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tak beriman
kepada Allah." (QS 12:37)
Bila
kau disapa, wahai orang saleh, berarti kau dianugerahi banyak
pengetahuan nan agung, kekuatan, kebaikan, kewalian biasa, dan perintah
yang mempengaruhi rohani dan yang bukan rohani, dan teranugerahi daya
cipta, dengan izin Allah, segala yang di dunia ini, mesti akhirat belum
tiba. Di akhirat kau akan berada di tempat damai dan di syurga yang
tinggi.
Anggaplah
kebaikan dan keburukan sebagai dua buah dari dua cabang sebuah pohon.
Cabang yang satu menghasilkan buah yang manis, sedang cabang yang
satunya lagi, buah yang pahit. Maka dari itu, tinggalkanlah kota-kota,
negeri-negeri yang menghasilkan buah-buah pohon ini dan penduduknya.
Dekatilah
pohon itu sendiri dan jagalah. Ketahuilah kedua cabang ini, kedua
buahnya, sekelilingnya, dan senantiasa dekatlah dengan cabang yang
menghasilkan buah yang manis; maka ia akan menjadi makananmu, sumber
dayamu, dan waspadalah agar kau tak mendekati cabang yang lain, makan
buahnya, dan akhirnya rasa pahitnya membinasakanmu. Jika kau senantiasa
berlaku begini, kau akan selamat dari segala kesulitan, sebab kesulitan
diakibatkan oleh buah pahit ini. Bila kau jatuh dari pohon ini,
berkelana di berbagai negeri, dan buah-buah ini dihadapkan kepadamu,
lalu dibaurkan sedemikian rupa, sehingga tak jelas antara yang manis dan
yang pahit, dan kau mulai memakannya, bila tanganmu mengambil buah yang
pahit, sehingga lidahmu merasakan pahitnya, kemudian tenggorokanmu,
otakmu, lubang hidungmu, sampai anasir tubuhmu, maka kau terbinasakan.
Pembuanganmu akan sisanya dari mulutmu dan pencucianmu akan akibatnya
tak dapat menghapus yang telah tertebar di sekujur tubuhmu, dan sia-sia.
Tapi,
jika kau makan buah yang manis dan rasa manisnya menebar ke seluruh
anggota tubuhmu, maka kau beruntung dan bahagia, meski hal ini tak
mencukupimu. Tentu, bila kau makan buah yang lain, kau takkan tahu bahwa
buah yang ini pahit. Maka, kau akan mengalami yang telah disebutkan
bagimu. Maka, tak baik menjauh dari pohon itu dan tak tahu buahnya.
Keselamatan terletak pada kedekatan dengannya. Jadi kebaikan dan
keburukan berasal dari Allah yang Mahakuasa dan Mahaagung. "Allah telah
menciptakanmu dan yang kau lakukan." (QS 37:96) Nabi saw. Bersabda:
"Allah telah menciptakan penyembelih dan binatang yang disembelih."
Segala tindakan hamba Allah adalah ciptaan-Nya, begitu pula buah
upayanya. Allah yang Mahakuasa lagi Mahaagung berfirman: "Masuklah ke
dalam surga disebabkan yang telah kau lakukan." (QS 16:32)
Mahaagung
Dia, betapa pemurah dan penyayang Dia! Ia berfirman bahwa masuknya
mereka ke dalam surga disebabkan oleh amal-amal mereka, sedang
kemaujudan amal-amal mereka adalah berkat pertolongan dan
kasih-sayanng-Nya. Nabi saw. Bersabda: "Tiada seorang pun yang masuk ke
dalam surga lantaran amal-amalnya sendiri." Ia ditanya: "Termasuk Anda,
Ya Rasulullah?" Ia berkata: "Ya, termasuk aku, jika Allah tak
mengasihiku." Dalam berkata begini ia meletakkan tangannya di atas
kepalanya. Ini diriwayatkan oleh Aisyah r.a. Nah, jika kau mematuhi
perintah-perintah-Nya dan menghindari larangan-Nya, maka Dia akan
melindungimu dari keburukan-Nya, menambah kebaikan-Nya bagimu, dan akan
melindungimu dari segala keburukan, yang agamis dan duniawi. Mengenai
keduniawian, Allah berfirman: "Demikianlah agar Kami palingkan darinya
kemungkaran dan kekejian; sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba pilihan
Kami," (QS 12:24)
Dan mengenai agama, Ia berfirman: "Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur lagi beriman." (QS 4:147)
Adakah
bencana yang akan menimpa orang yang beriman lagi bersyukur? Sebab ia
lebih dekat kepada keselamatan daripada bencana, sebab ia berada dalam
kelimpahan, lantaran kebersyukurannya. Allah berfirman: "Jika kamu
bersyukur, tentu akan Kami lipatgandakan (nikmat-nikmat Kami) bagimu."
(QS 14:7)
Dengan demikian, keimananmu akan memadamkan api neraka,
api siksaan bagi setiap pendosa. Adakah hal itu takkan memadamkan api
bencana di kehidupan ini, Ya Tuhanku? Dengan begini, segala musibah
hanya akan melepaskannya dari kekejian hawa nafsu, dari kebertumpuan
pada kehendak jasmani, dari kecintaan kepada orang, dan dari hidup
bersama mereka. Maka dia diuji, hingga segala kelemahan ini lenyap
darinya, dan hatinya tersucikan oleh ketiadaan semuanya itu, sehingga
yang tertinggal di hati hanyalah keesaan Tuhan dan pengetahuan tentang
kebenaran, dan menjadilah ia tempat curahan rahasia kegaiban,
pengetahuan dan nur kedekatan. Sebab ia adalah sebuah rumah yang tiada
ruang bagi selainnya. Allah berfirman:
"Allah tak menciptakan bagi
manusia dua hati." (QS 33:5) "Sesungguhnya para raja, bila mereka
memasuki sebuah kota, menghancurleburkannya, dan menghinakan
penduduknya." (QS 27:34)
Lalu mereka menghasilkan kemuliaan dari
kebaikan mereka. Kedaulatan atas hati berada (di awal) kekejian hawa
nafsu. Anasir tubuh selalu digerakkan oleh perintah mereka demi berbagai
dosa dan kesia-siaan.
Kedaulatan ini kini pupus, anasir tubuh
merdeka, rumah raja dan pelatarannya, yaitu dada, menjadi bersih. Kini
hati telah bersih, telah dihuni oleh tauhid, dan pelataran telah menjadi
arena kecerahan dari kegaiban. Semua ini adalah akibat dari musibah,
cobaan dan buahnya. Nabi saw. Bersabda:
"Kami, para nabi, adalah yang paling banyak diuji di antara manusia, sedang yang lain sesuai dengan kedudukannya."
"Aku lebih tahu tentang Allah daripada kamu, dan lebih takwa kepada-Nya daripada kamu."
Siapa
pun yang dekat dengan raja harus semakin berhati-hati, sebab ia berada
di hadapan Sang Raja Yang Mahamelihat lagi Mahamengetahui akan
gerak-geriknya.
Nah, jika kau berkata bahwa seluruh makhluk yang
terlihat oleh Allah, adalah seperti satu orang, sehingga tiada yang
tersembunyi dari-Nya, maka apa yang baik atau pernyataan apa ini? Mesti
dikatakan kepadamu, bahwa bila kedudukan seseorang tinggi dan mulia,
bahaya juga semakin besar, sebab perlu baginya bersyukur atas
karunia-Nya bagimu. Sehingga sedikit pun menyimpang dari pengabdian
kepada-Nya akan merusak kebersyukurannya dan kepatuhannya kepada-Nya.
Allah berfirman: "Hai istri-istri Nabi, barangsiapa di antaramu berbuat
keji yang nyata, niscaya akan dilipatgandakan siksaan kepada mereka."
(QS 33:30)
Allah berfirman demikian tentang istri-istri ini,
karena telah disempurnakan-Nya nikmat-Nya atas mereka dengan
menghubungkanmereka kepada Nabi. Bagaimanakah kiranya kedudukan orang
yang dekat kepada-Nya? Allah adalah Mahatinggi atas ciptaan-Nya.
"Tiada menyerupai-Nya, dan Dia Mahamendengar lagi Mahamelihat." (QS 42:11)
Engkau
menginginkan agar kebahagiaan dan kedamaian terlimpahkan kepadamu,
padahal kau masih berupaya membinasakan hewanimu, harapan akan balasan
di dunia ini dan di akhirat, dan hal ini masih bersemayam dalam dirimu?
Wahai yang terburu-buru! Berhenti dan berjalanlah perlahan-lahan; wahai
yang berharap! Pintu tertutup selama keadaan ini masih berlangsung.
Sesungguhnya beberapa sisa dari hal-hal ini masih ada padamu, dan
beberapa butir kecilnya masih bersemayam dalam dirimu. Itulah kontrak
kebebasan seorang hamba sahaya; selagi masih ada satu penny pun padanya,
kau tertutup darinya. Selama kau masih menghisap biji kurma dari dunia
ini, dari hawa nafsu, maksud dan kerinduanmu, dari memperhatikan sesuatu
dari dunia ini, dari mengupayakan sesuatu pun darinya, atau mencintai
sesuatu keuntungan duniawi atau akhirat - selama hal-hal ini masih
bersemayam dalam dirimu, kau masih berada di pintu peluruhan diri.
Berhentilah di sini, sampai peluruhan dirimu sempurna, lalu kau
dikeluarkan dari tempat peleburan, dan kau terpakainkan, terhiasi dan
menjadi harum, lalu kau dibawa kepada Raja nan agung dan berkata:
"Sesungguhnya kamu pada sisi Kami menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya." (QS 12:54)
Maka
kau dianugerahi limpahan nikmat, dibelai dengan rahmat-Nya, diberi
minuman, didekatkan, dan diberi pengetahuan tentang yang rahasia.
Kemudian kau terbebaskan dari keperluan, karena yang diberikan kepadamu
berasal dari hal-hal ini dan terbebaskan dari keperluan segala suatu.
Tidakkah kau lihat kepingan emas, yang beraneka ragam yang beredar pagi
dan petang, di tangan para penjual obat, tukang jagal, penjual makanan,
penyamak, tukang minyak, pembersih dan lain-lain, baik yang bagus,
rendah ataupun yang kotor? Kemudian kepingan-kepingan ini dikumpulkan
dan memasukkan ke dalam tempat peleburan logam; lalu kepingan-kepingan
ini meleleh dalam kobaran api, dikeluarkan darinya, ditempa dan
dijadikan hiasan-hiasan, diperhalus, diperintah, dan kemudian
ditempatkan di tempat-tempat terbaik, rumah-rumah, di balik kunci, dalam
kotak-kotak, tempat-tempat gelap, atau dijadikan hiasan sebuah
jembatan, dan kadang jembatan seorang raja besar. Dengan demikian,
kepingan-kepingan emas itu berlalu dari tangan para penyamak ke hadapan
para raja dan istana setelah dilebur dan ditempa. Dengan begini, duhai
yang beriman, jika kau senantiasa bersabar dengan karunia-Nya, dan
berpasrah terhadap takdir-Nya, maka kau akan didekatkan kepada Tuhanmu
di dunia ini, dikaruniai pengetahuan tentang-Nya dan segala pengetahuan
serta rahasia, dan akan dikaruniai tempat damai di akhirat bersama
dengan para Nabi, shiddiq, syahid dan shalih dalam kedekatan Allah,
dalam rumah-Nya, dan dekat dengan-Nya, sembari mereguk kasih-sayang-Nya.
Maka dari itu, bersabarlah, jangan terburu-buru, ridhalah senantiasa
dengan takdir-Nya, dan jangan mengeluh terhadap-Nya. Jika kau lakukan
yang demikian, ,maka kau akan merasakan kesejukan ampunan-Nya, lezatnya
pengetahuan tentang-Nya, kelembutan dan karunia-Nya.
Nabi Suci saw. bersabda: "Kefakiran mendekatkan kepada kekafiran."
Hamba yang beriman kepada Allah dan memasrahkan segala urusannya
kepada-Nya, diberi kemudahan oleh Allah dan keyakinan teguh bahwa
apapun yang akan datang kepadanya, akan sampai kepadanya, dan apa pun
yang tidak mencapainya, tidakakan datang kepadanya, dan bahwa:
"Barangsiapa patuh kepada Allah, Ia berikan baginya jalan keluar dan
rezeki yang tidak disangka-sangkanya dan barangsiapa bertawakal kepada
Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya." (QS 65:2-3)
Ia berkata begini kala ia dalam kemudahan dan kesenangan; lalu Allah
mengujinya dengan musibah dan kemiskinan; maka ia berdoa dengan penuh
kerendah dirian; tapi Ia tak mengabulkannya. Maka sabda Nabi saw.:
"Kefakiran mendekatkan kepada kekafiran," berlaku. Maka Allah bermurah
kepadanya. Ia sirnakan darinya segala yang merundungnya, terus
memberinya kesenangan, kelimpah-ruahan, dan daya untuk bersyukur serta
memuji Allah, hingga ia menghadap-Nya. Bila Allah ingin mengujinya, Ia
kekalkan musibah-Nya padanya dan memutuskan darinya pertolongan iman.
Maka ia menunjukkan kekafiran dengan menyalahkan dan menuduh Allah,
dan dengan meragukan janji-Nya. Sehingga ia mati dalam keadaan tak
beriman kepada Allah, mengingkari ayat-ayat-Nya, dan merasa marah
kepada Tuhannya. Mengenai orang semacam ini, Nabi saw. bersabda:
"Sesungguhnya orang yang paling sengsara, pada Hari Kebangkitan, ialah
orang yang telah diberi kemiskinan oleh Allah di kehidupan ini, dan
disiksa di akhirat. Kami berlindung kepada Allah dari hal semacam
itu." Kemiskinan yang diperbincangkan ini ialah kemiskinan
yang membuat manusia lupa kepada Allah, dan karena inilah, ia
berlindung kepada-Nya. Orang yang hendak dipilih oleh Allah, yang
telah dijadikan pilihan-Nya dan pengganti para Nabi-Nya, dan yang
telah dijadikan pilihan-Nya dan pengganti para Nabi-Nya, dan yang
telah dijadikan sebagai penghulu para wali-Nya, manusia agung dan
berilmu, perantara dan pembimbing ke arah Tuhan - kepada orang ini, Ia
anugerahkan limpahan kesabaran, kepatuhan dan keterleburan dalam
kehendak-Nya. Kemudian Ia karuniakan kepadanya limpahan rahmat-Nya
sepanjang siang dan malam, sendiri atau bersama, kadang nampak, kadang
tidak nampak; dan menyertai inilah berbagai kelembutan, hingga akhir
hayatnya.
|
Betapa
sering kau berkata, apa yang mesti kulakukan, apa yang mesti kugunakan
(untuk mencapai tujuanku)? Tetaplah di tempatmu. Jangan melampaui
batasmu, sampai jalan keluar dikaruniakan bagimu dari-Nya yang telah
memerintahkanmu untuk tinggal di tempatmu. Allah berfirman:
"Wahai orang-orang beriman, bersabarlah, senantiasa berteguhlah dan jagalah kewajibanmu terhadap Allah." (QS 3:199)
Ia
telah memerintahkanmu untuk bersabar, wahai orang-orang beriman, untuk
berlomba-lomba dalam kesabaran, untuk berteguh, untuk senantiasa ingat
dan untuk menjadikan hal ini sebagai kewajiban. Ia kemudian
memperingatkanmu terhadap ketaksabaran, sebagaimana firman-Nya, "Jagalah
senantiasa kewajibanmu terhadap Allah," dan ini berkenaan dengan
pengabaian kebajikan ini. Ini berarti bahwa kau harus senantiasa
bersabar. Kebaikan dan keselamatan ada dalam kesabaran. Nabi Suci saw.
bersabda:
"Kesabaran dan keimanan serupa dengan kepala dan tubuh."
Bagi
segala suatu ada balasannya sesuai dengan kadarnya, tetapi balasan bagi
kesabaran tak terhingga. Sebagaimana Allah berfirman:
"Sesungguhnya kesabaran akan diberi pahala yang tak terhingga." (QS 39:10)
Nah,
jika kau jaga kewajibanmu terhadap-Nya dengan sabar, dan memperhatikan
batas-batas yang telah ditentukan oleh-Nya, maka Ia akan membalasmu
sebagaimana yang dijanjikan-Nya kepadamu dalam kitab-Nya:
"Barangsiapa
menjaga kewajibannya terhadap Allah, maka Ia akan membuatkan baginya
tempat, dan memberinya rezeki yang tak diduganya." (QS 65:123)
Bersabarlah
dengan mereka yang beriman kepada Alah, hingga jalan keluar terbentang
bagimu, sebab Allah telah menjanjikanmu kecukupan dalam
firman-firman-Nya:
"Barangsiapa beriman kepada Allah, maka Ia mencukupi-Nya." (QS 65:3)
Bersabarlah
selalu dan berimanlah kepada Allah bersama mereka yang berbuat
kebajikan terhadap orang lain, sesungguhnya Allah telah menjanjikan
kepadamu balasan untuk ini, sebagaimana firman-Nya:
"Demikianlah Kami balas mereka yang berbuat kebajikan terhadap yang lain." (QS 6:85)
Allah akan mencintaimu lantaran kebajikan ini, sebab Ia berfirman:
"Sesungguhnya Allah mencintai orang yang berbuat kebajikan terhadap orang lain." (QS 3:133)
Jadi,
kesabaran adalah sumber segala kebajikan dan keselamatan di dunia ini
dan di akhirat, dan melaluinya para mukmin mencapai kepasrah-ikhlasan
terhadap kehendak Allah, dan kemudian melebur dalam tindakan-tindakan
Allah, yang adalah keadaan para badal atau ghaib. Maka jangan sampai
gagal meraih keadaan seperti ini, agar kau tak hina di dunia ini dan di
akhirat, agar di akhirat, agar kekayaan keduanya ini tidak berlalu
darimu.
Jika
kau dapati hatimu membenci atau mencintai seseorang, telaahlah
perilakunya dengan Kitabullah dan sunnah Nabi. Kalau perilakunya dibenci
oleh kedua pewenang ini, berbahagialah dengan keselarasan dengan Allah
dan Nabi-Nya. Jika perilakunya sesuai dengan keduanya, sedangkan kau
memusuhinya, maka ketahuilah bahwa kau adalah pengikut hawa nafsumu. Kau
membencinya lantaran kebencianmu kepadanya dan menentang Allah, Yang
Maha kuasa lagi Maha agung, menentang Nabi-Nya, dan menentang kedua
pewenang ini. Maka berpalinglah kepada Allah, bertaubat dan mohonlah
kepadanya kecintaan kepada orang itu dan para pilihan Allah, para
wali-Nya dan para saleh, bersesuaianlah dengan Allah dalam mencintainya.
Berlaku serupalah terhadap yang kau cintai. yaitu, menelaah perilakunya
dengan cahaya Kitabullah dan sunnah Nabi. Jika ia ternyata disenangi
oleh kedua pewenang ini, maka cintailah dia. Tapi, jika perilakunya tak
disenangi oleh keduanya, maka bencilah ia, agar kau tak mencintai dan
membencinya karena hawa nafsumu. Allah berfirman: "Dan jangan ikuti hawa
nafsumu, agar kau tak menyimpang dari jalan Allah." (QS 38:26)
Betapa
sering kau berkata, "Siapa pun yang kucintai, cintaku kepadanya tak
abadi. Perpisahan memisahkan kita, baik melalui ketakhadiran,
kematian, permusuhan, kebinasaan ataupun lenyapnya kekayaan." Tidakkah
kau tahu, wahai yang beriman kepada Allah, yang kepadanya Allah
menganugrahkan karunia-karunia-Nya, yang diperhatikan oleh Allah, yang
dilindungi oleh Allah. Tidakkah kau tahu bahwa sesungguhnya Allah
cemburu. Ia telah menciptakanmu demi Diri-Nya sendiri. Kenapa kau
ingin menjadi milik selain-Nya. Belumkah kau dengar firman-Nya: "Ia mencintai mereka, mereka pun mencintai-Nya." (QS 5:54) "Dan tak Kuciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka mengabdi-Ku." (QS 51:56)
Atau, belumkah kau dengar sabda Nabi: "Bila Allah mencintai seorang
hamba, maka ia mengujinya; bila ia sabar, maka Ia memeliharanya." Ia
ditanya: "Ya Rasulullah (saw.), bagaimana pemeliharaan-Nya?" Ia
berkata: "Ia tak menyisihkan baginya kekayaan atau anak."
Karena bila ia memiliki kekayaan atau anak yang dicintainya, maka
cintanya kepada Tuhannya terbagi, kemudian sirna, kemudian terbagikan
antara Allah dan selain-Nya. Ia cemburu. Ia Mahakuasa atas segala
suatu. Lalu ia dibinasakan-Nya, untuk menguasai hati hamba-Nya demi
Diri-Nya Sendiri. Maka kebenaran firman Allah akan terbukti: "Ia akan
mencintai mereka, dan mereka akan mencintaiNya." (QS 5:54)
Sampai akhirnya hati menjadi bersih dari segala selain Allah dan
berhala-berhala seperti istri, harta, anak, kesenangan dan kerinduan
akan kekuasaan, kerajaan, keajaiban, keadaan rohani, taman-taman
surga, maqam rohani dan kedekatan dengan Allah - tiada tujuan dan
kehendak di hatinya. Maka, hatinya akan menjadi seperti sebuah bejana
berlubang, yang di dalamnya tiada cairan pun bisa tinggal. Sebab, ia
kini telah diremuk-redamkan oleh tindakan Allah dan kecemburuan-Nya.
Maka, tirai-tirai keluhuran, kekuatan dan kehebatan menyelubunginya,
dan parit-parit keagungan mengitarinya. Maka, tiada kehendak akan
sesuatu mampu mendekati hatinya. Tiada harta, anak, istri, sahabat,
keajaiban, wewenang dan daya tafsir, mampu merusak hatinya. Karenanya,
semua itu takkan membangkitkan kecemburuan Allah, tapi akan menjadi
tanda kemuliaan dari-Nya bagi hamba-Nya, kelembutan-Nya terhadapnya,
rahmat dan karunia-Nya, dan hal yang bermanfaat bagi mereka yang
menuju kepada-Nya. Dengan demikian, orang-oang ini termuliakan oleh
ini dan dilindungi melalui kemuliaan dari Allah ini, yang akan menjadi
penjaga, pelindung dan perantara mereka dalam kehidupan ini dan di
akhirat.
|
Ada empat jenis manusia. Yang pertama,
tidak berlidah dan tidak berhati. Mereka adalah manusia biasa, bodoh
dan hina. Mereka tidak pernah ingat kepada Allah. Tiada kebaikan dalam
diri mereka. Mereka bagai sekam tidak berbobot, jika Allah tidak
mengasihi mereka, membimbing hati mereka kepada keimanan pada-Nya
Sendiri. Waspadalah, jangan menjadi seperti mereka. Inilah
manusia-manusia sengsara dan dimurkai oleh Allah. Mereka adalah
penghuni-penghuni neraka. Kita berlindung kepada Allah dari mereka.
Hiasilah
dirimu dengan ma'rifat. Jadilah guru kebenaran, pembimbing ke jalan
agama, pemimpinnya dan penyerunya. Ingat, bahwa kau mesti mendatangi
mereka, mengajak mereka kepada ketaatan kepada Allah dan memperingatkan
mereka akan dosa terhadap Allah. Maka, kau akan menjadi pejuang di jalan
Allah dan akan dipahalai, sebagaimana para nabi dan utusan Allah. Nabi
Suci saw. berkata kepada Ali r.a.:
"Jika Allah membimbing seseorang melalui pembimbingmu atasnya, adalah lebih baik bagimu daripada tempat matahari terbit."
Yang kedua,
berlidah tapi tak berhati. Mereka berbicara bijak, tapi tidak berbuat
bijak. Mereka menyeru orang kepada Allah, tapi mereka sendiri jauh
dari-Nya. Mereka jijik terhadap noda orang lain, tapi mereka sendiri
tenggelam dalam noda. Mereka menunjukkan kepada orang lain kesalehan
mereka, tapi mereka sendiri berbuat dosa besar terhadap Allah. Bila
sendirian, mereka bagai serigala berpakaian. Inilah manusia yang
tentangnya Nabi memperingatkan. Ia bersabda:
"Hal yang paling mesti ditakuti, yang aku takuti, oleh pengikut-pengikutku, iaitu orang berilmu yang jahat."
Kita
berlindung kepada Allah dari orang semacam itu. Maka dari itu,
menjauhlah selalu dari orang seperti itu, agar kau tidak terseret oleh
manis lidahnya, yang kemudian api dosanya akan membakarmu, dan kebusukan
rohani serta hatinya akan membinasakanmu.
Yang ketiga,
berhati tapi tidak berlidah, dan beriman. Allah telah memberinya dari
makhluk-Nya, menganugerahinya pengetahuan tentang noda-noda dirinya
sendiri, mencerahkan hatinya dan membuatnya sadar akan mudharatnya
berbaur dengan manusia, akan kekejian berbicara dan yang telah yakin
bahwa keselamatan ada dalam ke-diam-an serta keberadaan dalam sebuah
sudut, sebagaimana sabda Nabi saw.: "Barangsiapa senantiasa diam, maka
ia memperolehi keselamatan." "Sesungguhnya pengabdian kepada Allah
terdiri atas sepuluh bagian, yang sembilan bagian ialah ke-diam-an."
Maka, orang ini adalah wali Allah dalam hal rahasia-Nya, terlindungi,
memiliki keselamatan dan banyak pengetahuan, terahmati dan segala yang
baik ada padanya. Nah, ingatlah, bahwa kau mesti senantiasa bersama
dengan orang semacam ini, layanilah ia, cintailah ia dengan memenuhi
kebutuhan yang dirasakannya, dan berilah ia hal-hal yang akan
menyenangkannya. Bila kau melakukan yang demikian ini, maka Allah akan
mencintaimu, memilihmu dan memasukkanmu ke dalam kelompok sahabat dan
hamba saleh-Nya disertai rahmat-Nya.
Yang keempat ialah manusia yang diundang ke dunia ghaib, yang dipakaikan kemuliaan.
"Barangsiapa
mengetahui dan bertindak berdasarkan pengetahuannya dan memberikannya
kepada orang lain, maka ia diundang ke dunia ghaib dan menjadi mulia."
Orang
semacam itu memiliki pengetahuan tentang Allah dan tanda-Nya. Hatinya
menjadi penyimpan pengetahuan yang langka tentang-Nya, dan Ia
menganugerahkan kepadanya rahasia-rahasia yang disembunyikan-Nya dari
yang lain. Ia memilihnya, mendekatkannya kepada-Nya Sendiri,
membimbingnya, memperluas hatinya agar bisa menerima rahasia-rahasia dan
pengetahuan-pengetahuan ini, dan menjadikannya seorang pekerja
dijalan-Nya, penyeru hamba-hamba-Nya kepada jalan kebajikan, pengingat
akan siksaan perbuatan-perbuatan keji, dan hujjatullah di tengah-tengah
mereka, pemandu dan yang terbimbing, perantara, dan yang perantaraannya
diterima, seorang shiddiq dan saksi kebenaran, wakil para nabi dan
utusan Allah, yang bagi mereka limpahan rahmat Allah.
Maka, orang
ini menjadi puncak umat manusia. Tiada maqam di atas ini, kecuali maqam
para nabi. Adalah kewajibanmu untuk berhati-hati, agar kau tak memusuhi
orang semacam itu, tak menjauhinya dan tak melecehkan ucapan-ucapannya.
Sesungguhnya keselamatan terletak pada ucapan dan kebersamaan dengan
orang itu. Sedang kebinasaan dan kesesatan terletak pada selainnya;
kecuali orang yang dikaruniai oleh Allah daya dan pertolongan yang
membawa kepada kebenaran dan kasih sayang. Nah, telah kupaparkan bagimu
bahwa manusia dibagi menjadi empat bagian. Maka, perhatikanlah dirimu
sendiri jika kau punya jiwa yang terus-mata. Selamatkanlah dirimu dengan
sinarnya, jika kau ingin sekali menyelamatkannya dan mencintainya.
Semoga Allah membimbing kita kepada yang dicintainya di dunia dan di akhirat!
Betapa
aneh kau marah kepada Tuhanmu, menyalahkan-Nya dan menganggap-Nya, Yang
Maha kuasa lagi Maha agung, tidak adil, menahan rezeki, tidak
menjauhkan musibah. Tidakkah kau tau bahwa setiap kejadian ada waktunya,
dan setiap musibah ada akhirnya? Keduanya tidak bisa dimajukan atau
ditunda. Masa-masa musibah tidak berubah, sehingga datang kebahagiaan.
Masa-masa kesulitan tidak berlalu, sehingga datang kemudahan. Berlaku
paling baiklah, diamlah senantiasa, bersabar, berpasrah dan ridhalah
kepada Tuhanmu. Bertaubatlah kepada Allah.
Di hadapan Allah tiada
tempat untuk menuntut atau membalas dendam seseorang tanpa dosa
dorongan nafsu, sebagaimana yang terjadi dalam hubungan antara
hamba-Nya. Ia, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, sepenuhnya esa. Ia
menciptakan hal-hal dan menciptakan manfaat dan mudharat. Maka, Ia
mengetahui awal, akhir dan akibat mereka. Ia, Yang Maha kuasa lagi Maha
agung, bijak dalam bertindak dan tiada ketakselarasan dalam
tindakan-Nya. Ia tidak melakukan sesuatu pun tanpa arti dan main-main.
Adalah tak layak menisbahkan kecacatan atau kesalahan kepada
tindakan-Nya. Lebih baik menunggu kemudahan, jika kau merasakan
kepudaran kepatuhanmu terhadap-Nya, hingga tibanya takdir-Nya,
sebagaimana datangnya musim panas setelah berlalunya musim dingin, dan
sebagaimana datangnya siang setelah berlalunya malam.
Nah, jika
kau memohon tibanya cahaya siang selama kian memekatnya malam, maka
permohonanmu sia-sia; tapi kepekatan malam kian memuncak hingga
mendekati fajar, siang datang dengan kecerahannya, entah kau kehendaki
atau tidak. Jika kau kehendaki kembalinya malam pada saat itu, maka
doamu takkan dikabulkan. Sebab kau telah meminta sesuatu yang tidak
layak. Kau akan dibiarkan meratap, longlai, jemu dan enggan.
Tinggalkanlah semua ini, senantiasa beriman dan patuhlah kepada Tuhanmu
dan bersabarlah. Maka, segala milikmu takkan lari darimu, dan segala
yang bukan milikmu takkan kau perolehi. Demi imanku, begitulah, mohonlah
pertolongan kepada Allah, dengan mematuhi-Nya. "Mohonlah kepada-Ku,
maka akan Kuterima permohonanmu." (QS 40:60). "Mintalah kepada Allah
karunia-karunia-Nya." (QS 4:32). Mohonlah kepada-Nya, maka Ia akan
menerima permohonanmu pada saatnya, bila dikehendaki-Nya, dan bila hal
itu bermanfaat bagimu dalam kehidupan duniawimu dan akhirat.
Jangan
salahkan Ia bila Ia menangguhkan penerimaan doamu. Jangan jemu berdoa.
Sebab, sesungguhnya jika kau tak memperolehi, kau juga tak rugi. Jika Ia
tidak segera menerima doamu di kehidupan duniawi ini, maka Ia akan
menyisihkan bagimu pahala di kehidupan kelak. Nabi bersabda bahwa pada
Hari Kebangkitan hamba-hamba Allah akan mendapati dalam kitab amalannya
amal-amal yang tak dikenalinya. Lalu, kepadanya dikatakan bahwa itu
adalah balasan dari doa-doanya di kehidupan duniawinya yang tidak
dikabulkan. Maka dari itu, ingatlah selalu Tuhanmu, esakanlah Ia selalu
dalam memohon sesuatu dari-Nya. Jangan memohon kepada selain-Nya. Maka,
setiap saat, baik siang maupun malam, sehat atau sakit, suka atau duka,
kau berada dalam keadaan:
1) Tak meminta, ridha dan pasrah kepada
kehendak-Nya, seperti jasad mati di hadapan orang yang memandikannya,
atau seperti bayi di tangan perawat, atau seperti bola polo di depan
pemain polo, yang menggulirkannya dengan tongkat polonya. Dan Allah
berbuat sekehendak-Nya. Bila hal itu adalah rahmat, rasa syukur dan
puja-puji meluncur darimu, dan limpahan rahmat datang dari-Nya, Yang
Maha kuasa lagi Maha agung, sebagaimana firman-Nya:
"Sesungguhnya jika kau bersyukur, tentu akan Kuberikan kepadamu lebih banyak lagi" (QS 14:7)
Tapi,
jika hal itu adalah musibah, maka kesabaran dan kepatuhan meluncur
darimu dengan pertolongan kekuatan yang dianugerahkan oleh-Nya,
keteguhan hati, pertolongan rahmat dan kasih-sayang dari-Nya,
sebagaimana firman-Nya, Yang Maha kuasa lagi Maha agung:
"Sesungguhnya Allah bersama orang yang sabar." (QS 2:153)
"Jika kau menolong Allah, maka Ia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS 47:7)
Bila
kau telah membantu (jalan) Allah, dengan menentang hawa nafsumu, tidak
menyalahkan-Nya, menghindari ketaksenangan dirimu terhadap kehendak-Nya,
menjadi musuh diri demi Allah, siap menyerangnya dengan pedang bila ia
bergerak dengan kekafiran dan kesyirikannya, menebas kepalanya dengan
kesabaran dan keselarasanmu dengan Tuhanmu, dengan keridhaan terhadap
kehendak dan janji-Nya, - jika kau berlaku demikian, maka Allah akan
menjadi penolongmu. Mengenai rahmat dan kasih-sayang Ia berfirman:
"Berilah kabar baik kepada orang-orang yang sabar, mereka, yang bila
ditimpa musibah, berkata: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan
kepada-Nya kami kembali. Mereka adalah yang dikaruniai rahmat dan
kasih-sayang Tuhan mereka, dan mereka adalah pengikut-pengikut jalan
kebenaran." (QS 2:156-157). Atau
2) Memohon kepada Allah dengan
kerendah dirian, dengan mengagungkan-Nya, dan patuh kepada
perintah-perintah-Nya. Ya, berdoalah kepada Allah, hal itu adalah layak,
sebab Ia sendirilah yang memerintahkanmu untuk memohon kepada-Nya,
berpaling kepada-Nya, telah membuat hal itu sebagai sarana kesenanganmu,
semacam utusan darimu kepada-Nya, sarana penghubung dengan-Nya, dan
sarana pendekatan kepada-Nya, asalkan, tentu saja, kau tidak
menyalahkan-Nya, marah kepada-Nya, karena ditangguhkan-Nya penerimaan
doamu. Nah, perhatikanlah perbedaan antara dua keadaan ini. Jangan
berada di luar keduanya, sebab tiada keadaan selain keduanya.
Berhati-hatilah agar kau tak berbuat aniaya, yang melanggar batas.
Sehingga Ia akan membinasakanmu dan Ia tidak akan memperhatikanmu,
sebagaimana dibinasakan-Nya orang-orang yang telah berlalu di dunia ini,
dengan menambah bencana-bencana-Nya, dan di akhirat, dengan siksa yang
amat pedih.
Maha besar Allah! Wahai yang tau keadaanku! Kapada-Mu lah aku beriman.
Berpantang
dari segala yang haram adalah wajib bagimu, kalau tidak, maka tali
kehancuran akan menjeratmu. Kau takkan lepas darinya, kecuali dengan
kasih-sayang-Nya. Nabi Suci saw. bersabda bahwa asas agama adalah
keberpantangan dari segala yang haram, sedang kebinasaannya adalah
kerakusan. Umar ibn Khaththab Ra. Pernah berkata:
"Kami
biasa berpantang dari sembilan per sepuluh dari hal-hal yang halal,
sebab kami khawatir kalau-kalau kami jatuh ke dalam hal-hal yang haram."
Abu Bakar Ra. Pernah berkata:
"Kami biasa menghindari tujuh puluh pintu dari hal-hal yang halal, karena kami khawatir akan keterlibatan dalam dosa."
Pribadi-pribadi ini berlaku demikian hanya untuk menjauh dari segala yang haram. Mereka bertindak berdasarkan sabda Nabi saw.:
"Ingatlah!
Sesungguhnya setiap raja memiliki sebuah padang rumput yang terjaga.
Sedang padang rumput Allah ialah hal-hal yang dilarang-Nya."
Maka,
orang yang berbeda di sekitar padang itu, boleh memasukinya. Namun,
orang yang memasuki benteng raja, melewati gerbang pertama, kedua dan
ketiga, hingga sampai di singgasana, adalah lebih baik berbanding orang
yang berada di pintu pertama. Maka, bila pintu ketiga tertutup baginya,
hal itu takkan merugikannya, sebab ia tetap berada di balik dua pintu
istana, dan ia memiliki milikan raja, dan tentaranya dekat dengannya.
Tapi, bagi orang yang berada di pintu pertama, jika pintu ini tertutup
baginya, maka ia tetap sendirian di padang terbuka, bisa-bisa diterkam
serigala dan musuh, bisa-bisa ia binasa. Begitu pula, orang yang
menunaikan perintah-perintah Allah akan dijauhkan darinya pertolongan
daya dan keleluasaan, dan ia akan terbebas dari kedua hal ini. Dan ia
tetap berada di dalam hukum. Bila kematian merenggutnya, maka ia berada
dalam kepatuhan dan pengabdian. Dan amal kebajikannya akan menjadi saksi
baginya.
Orang yang diberi kemudahan, sedang ia tidak menunaikan
kewajiban-kewajibannya, jika kemudahan itu dicabut darinya dan ia
terputus dari pertolongan-Nya, maka hawa nafsu akan menguasainya, dan ia
akan tenggelam dalam hal-hal yang haram, keluar dari hukum, bersama
dengan para setan, yang adalah musuh-musuh Allah, dan akan menyimpang
dari jalan kebenaran. Maka, jika kematian merenggutnya, sedang ia belum
bertaubat, maka ia akan binasa, jika Allah tidak mengasihinya. Jadi,
bahaya terletak pada keterlengahan, sedang keselamatan terletak pada
pemenuhan kewajiban.
Jadikanlah
kehidupan setelah matimu sebagai modal dan kehidupan duniawimu sebagai
keberuntungan. Jika masih ada waktu lebih, habiskanlah demi kehidupan
duniawimu, yakni dengan mencari nafkah. Jangan kau buat kehidupan
duniawimu sebagai modalmu, dan kehidupan setelah matimu sebagai
keuntunganmu, dan sisa waktumu kau habiskan untuk memperolehi kehidupan
setelah mati dan memenuhi kewajiban shalat lima waktu. Kau diperintahkan
untuk mengendalikan kedirianmu, agar ia mematuhi Tuhannya. Tetapi kau
bertindak tidak layak terhadapnya, dengan menuruti dorongan-dorongannya
dan kau serahkan kendalinya kepadanya, kau ikuti keinginan-keinginan
rendahnya, kau bersekutu dengan iblis dan nafsunya, sehingga kau tidak
memiliki yang terbaik dari kehidupan ini dan kelak, sehingga kau masuki
Hari Pengadilan sebagai orang paling miskin kebajikan, dan tidak
memperolehi, dengan mengikutinya, sebagian besar bagianmu dalam
kehidupan duniawi ini. Tapi, jika kau melalui jalur akhirat dengannya,
dan menggunakannya sebagai modalmu, maka kau akan memperolehi kehidupan
duniawi dan ukhrawi. Sedang bagian duniawimu akan kau terima dengan
segala kenikmatannya, dan kau akan terhormat. Nabi bersabda:
"Sesungguhnya
Allah menyelamatkan di dunia ini demi akhirat, sedang keselamatan di
akhirat tidak dimaksudkan demi kehidupan duniawi ini."
Nah,
begitulah. Dan niat untuk akhirat ialah kepatuhan kepada Allah. Sebab
niat merupakan ruh pengabdian dan kemaujudannya. Bila kau mematuhi Allah
dengan berpantang di dunia ini, dan dengan mengupayakan tempat di
akhirat, maka kau menjadi pilihan Allah, dan kehidupan akhirat akan kau
perolehi, yaitu syurga dan kedekatan dengan-Nya. Maka, dunia akan
mengabdi kepadamu, dan bagianmu darinya akan sepenuhnya kau perolehi,
sebab segala suatu patuh kepada Penciptanya, yaitu Tuhannya. Bila kau
diliputi kehidupan duniawi dan berpaling dari akhirat, maka Allah akan
murka kepadamu; kau akan kehilangan akhirat, dunia takkan patuh
kepadamu, dan akan menghalangi datangnya bahagianmu, karena murka Allah
kepadamu, sebab ia adalah milik-Nya. Nabi bersabda:
"Dunia dan akhirat adalah ibarat dua isteri; jika kau menyenangkan yang satu, maka yang lain akan marah kepadamu."
Allah, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, berfirman:
"Sesungguhnya sebagian darimu menyukai kehidupan duniawi ini, dan sebagiannya lagi mencintai akhirat." (QS 2:151)
Kesemua
ini disebut anak-anak dunia dan anak-anak akhirat. Nah, anak siapakah
kau. Bila kau berada di kehidupan lain, akan kau lihat satu kelompok di
neraka. Maka sebagian orang senantiasa berada di tempatnya, pada satu
hari yang, kata Allah, sama dengan lima belas ribu tahun. Sedang
sebagian yang lain berada di meja makan yang di atasnya makanan,
buah-buahan dan madu yang lebih putih, yang sangat lezat, daripada es,
sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadis:
"Mereka
akan melihat tempat mereka di syurga, sampai Allah selesai meminta
pertanggungjawaban manusia, dan mereka akan memasuki syurga sebagaimana
mereka memasuki rumah mereka di dunia ini."
Mereka meraih hal ini
karena telah mencampakkan dunia dan berupaya mencapai akhirat dan
Tuhannya. Sedang mereka yang tenggelam dalam berbagai kesulitan dan
kehinaan disebabkan tenggelamnya mereka dalam hal-hal duniawi, dan
pengabaian mereka akan akhirat, Hari Pengadilan dan yang akan terjadi
pada mereka kelak sebagaimana disebutkan dalam Kitabullah dan Sunnah
Nabi. Maka pandanglah dirimu dengan pandangan penuh kasih-sayang,
pilihkanlah baginya yang lebih baik di antara kedua kelompok ini dan
jauhkanlah ia dari kekejian, pembangkangan dan jin. Jadikanlah
Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya sebagai pembimbingmu, renungkanlah dua
pewenang ini, berlakulah dengan keduanya, dan jangan terkecoh oleh
perkataan kosong dan keberlebihan. Allah berfirman:
"Segala
yang dibawa oleh Nabi kepadamu, terimalah, dan segala yang dilarangnya,
jauhilah dan bertakwalah kepada Allah." (QS 48:7)
"Dan mereka mengada-adakan ruhbaniyyah (kepaderian-penyunting), padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka." (QS 57:27)
"Dan
tiadalah yang diucapkannya itu menurut hawa nafsunya, dan ucapannya itu
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan." (QS 53: 3-4)
Maknanya: "Segala yang ia sampaikan kepadamu berasal dari-Ku, bukan dari kediriannya, maka ikutilah."
"Jika kau mencintai Allah ikutilah aku, maka Allah akan mencintaimu." (QS 3:30)
Jelaslah, bahwa jalur cinta ialah mengikuti kata dan perilakunya.
Nabi Suci saw bersabda: "Berupaya adalah jalanku dan beriman kepada Allah adalah keadaanku."
Maka,
kau berada di antara upaya dan keadaannya. Jika imanmu lemah, kau mesti
berupaya, dan jika imanmu teguh, kau mesti menggunakan keadaanmu, yang
adalah kebergantungan kepada-Nya. Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung
berfirman:
"Dan kepada Allah lah kau mesti berharap." "Barangsiapa beriman kepada Allah, maka Ia mencukupinya." (QS 65:3)
"Sesungguhnya Allah mencintai mereka yang beriman kepada-Nya." (QS 3:158)
Nah,
Ia memerintahkanmu untuk senantiasa beriman kepada-Nya, sebagaimana
Nabi juga diperintahkan. Nabi saw. bersabda: "Barangsiapa berbuat
sesuatu yang tidak kami perintahkan, maka perbuatannya itu tertolak."
Hal
ini meliputi kehidupan, kata dan perilaku. Hanya Nabilah yang dapat
kita ikuti, dan hanya berdasarkan Qur'anlah kita berbuat. Maka, jangan
menyimpang dari keduanya ini, agar kau tak binasa, dan agar hawa nafsu
serta setan tidak menyesatkanmu. "Jangan ikuti hawa nafsu, karena ia
akan memalingkanmu dari jalan Allah." (QS 38:26)
Adapun
keselamatan terletak pada Kitabullah dan sunnah Nabi. Sedang kebinasaan
terletak di luar keduanya, dan dengan pertolongan keduanya ini, hamba
Allah mencapai keadaan wali, badal dan ghauts.
Wahai
orang-orang yang beriman, kenapa kau iri terhadap tetanggamu yang hidup
senang, yang memperolehi rahmat-rahmat dari Tuhannya? Tidakkah kau tau
bahwa yang demikian ini melemahkan imanmu, mencampakkanmu di hadapan
Tuhanmu dan membuatmu dibenci oleh-Nya? Sudahkah kau dengar sabda Nabi
bahwa Allah berfirman: "Seorang yang iri hati adalah musuh rahmat Kami"?
Belumkah
kau dengar sabda Nabi: "Sesungguhnya, keiri-hatian melahap habis
kebajikan, sebagaimana api melahap habis bahan bakar"? Lantas, kenapa
kau iri terhadapnya. Duhai orang yang malang? Baginyakah atau bagimu?
Nah, jika kau iri terhadapnya, lantaran karunia Allah baginya, maka
berarti kau tidak selaras dengan firman-Nya:
"Kami karuniakan di antara mereka rezeki mereka di kehidupan duniawi ini." (QS 43:32)
Berarti
kau benar-benar zalim terhadap orang ini, yang menikmati karunia
Tuhannya, yang khusus Dia karuniakan kepadanya, yang telah dijadikan-Nya
sebagai bagiannya dan yang tidak diberikan-Nya sedikit pun dari bagian
itu kepada orang lain. Nah, siapakah yang lebih zalim, serakah dan bodoh
selainmu? Allah bebas dari kecacatan seperti itu. Firman-Nya:
"Firman Kami takkan berubah, dan Kami tidak menzalimi hamba-hamba Kami." (QS 1:29)
Sesungguhnya
Allah takkan mencabut darimu segala yang telah ditentukan-Nya bagimu
dan takkan memberikannya kepada selainmu. Maka, lebih baik bagimu iri
terhadap bumi yang menyimpan aneka harta kekayaan, seperti emas, perak
dan batu-batu mulia, yang telah dipendam oleh raja-raja terdahulu,
seperti 'Ad, Tsamud, para raja serta kaisar Persia dan Romawi - daripada
iri terhadap saudaramu.
Hal ini seperti seorang yang melihat
seorang raja yang memiliki kekuasaan, tentara, kehormatan dan kerajaan,
yang menguasai negeri-negeri, memungut pajak, memeras mereka demi
keuntungan pribadi dan menikmati aneka kesenangan, tapi tidak iri
terhadap raja ini, sedang terhadap seekor anjing buas yang tunduk kepada
salah seekor anjing raja itu, yang bersamanya siang dan malam, dan
diberi sisa-sisa makanan dari dapur kerajaan, dan hidup dengannya: orang
ini mulai iri terhadap anjing ini, memusuhinya, menghendaki
kematiannya, dan ingin menggantikan kedudukannya sepeninggalnya, tanpa
merasa enggan terhadap dunia, atau membina sikap agamis dan ridha dengan
nasibnya. Adakah manusia, di sepanjang masa, yang lebih bodoh daripada
orang ini?
Maka, ketahuilah. Duhai orang yang malang! Apa yang
mesti dihadapi oleh tetanggamu kelak pada Hari Kebangkitan, jika ia tak
mematuhi Allah, padahal ia menikmati karunia-karunia-Nya dan tidak
memanfaatkan karunia-karunia itu untuk mengabdi kepada-Nya?
Belumkah kau dengar keterangan ini:
"Sesungguhnya
akan ada kelompok-kelompok orang yang menghendaki, pada Hari
Kebangkitan, agar daging mereka dipisahkan dari tubuh mereka dengan
gunting, karena mereka melihat pahala bagi penderita-penderita
kesulitan."
Maka tetanggamu akan menginginkan , pada Hari
kebangkitan, kedudukanmu di dunia ini, karena pertanggungjawabannya,
kesulitan-kesulitannya, keberdiriannya selama lima puluh ribu tahun di
terik matahari masa itu, atas kenikmatan hidup duniawi yang telah
direguknya.
Sedang kau akan selamat dari hal ini di bawah naungan
Arsy Allah, sembari makan, minum, bersenang-senang karena kesabaranmu
dalam menghadapi nasibmu dan keselarasanmu dengan perintah Tuhanmu.
Semoga Allah menjadikanmu orang yang sabar dalam menghadapi musibah,
bersyukur atas rahmat-Nya dan memasrahkan segala urusannya kepada Tuhan
bumi dan langit.
Barangsiapa
menunaikan perintah Tuhannya dengan ikhlas dan sungguh-sungguh, berarti
ia mencampakkan segala selain-Nya siang dan malam. Wahai manusia ,
jangan mengaku kepunyaanmu segala yang tidak kau miliki. Esakanlah
Allah, jangan sekutukan Dia dengan sesuatu pun, dan jadikanlah dirimu
sasaran kehendak-Nya, yang takkan mematikanmu, tapi melukaimu. Dan siapa
pun yang memfanakan diri demi Allah, maka ia akan memperoleh ganti
dari-Nya.
Melakukan
sesuatu karena nafsu, bukan karena perintah Allah, berarti menyimpang
dari kewajiban dan menentang kebenaran. Melakukan sesuatu, bukan
karena nafsu, berarti selaras dengan kebenaran, sedang
mencampakkannya, berarti kemunafikan.
|
Jangan
berharap menjadi saleh, jika kau belum menjadi musuh kedirianmu, dan
benar-benar terlepas dari semua organ tubuhmu, dan terlepas dari semua
hubungan dengan kemaujudanmu, dengan gerak-gerikmu dan kediamanmu,
dengan pendengaranmu dan penglihatanmu, dengan pembicaraan dan dengan
diammu, dengan upaya, tindakan dan pemikiranmu, dan dengan segala yang
berasal darimu, sebelum kemaujudan rohanimu mewujud dalam dirimu. Dan
semua itu akan kau dapat setelah kemaujudan rohani bersemayam di dalam
dirimu, sebab ini menjadi tabir antara kau dan Tuhanmu. Bila kau menjadi
seorang yang suci jiwanya, bersahaja, rahasia dari segala rahasia dan
yang ghaib dari segala yang ghaib, maka kau benar-benar berbeda dengan
segala yang rahasia, dan mengakui segala suatu sebagai musuh, penghalang
dan kegelapan, sebagaimana Ibrahim as berkata:
"Sesungguhnya mereka adalah musuh-musuhku, kecuali Tuhan semesta alam." (QS 26:77)
Dia
berkata begini terhadap berhala-berhala. Maka pandanglah segala
kemaujudanmu sebagai berhala, begitu pula ciptaan lainnya, jangan
mematuhi mereka dan jangan mengikuti mereka. Maka kau akan dikaruniai
hikmah, ma'rifat, daya cipta dan keajaiban, seperti yang dimiliki para
beriman di syurga.
Keberadaanmu dalam kondisi begini bak
terbangkitkan dari kematian di akhirat. Menjadilah kau perwujudan kuasa
Allah; kau mendengar melalui-Nya, melihat melalui-Nya, berbicara
melalui-Nya, diam melalui-Nya, senang dan damai melalui-Nya. Dengan
demikian, kau akan tuli terhadap segala suatu selain-Nya: sehingga kau
tak mendapati kemaujudan selain-Nya, sehingga kau mengetahui hukum dan
selaras dengan kewajiban dan larangan. Maka bila sesuatu kekeliruan ada
padamu, ketahuilah bahwa kau sedang diuji, digoda dan dipermainkan oleh
setan-setan. Maka kembalilah kepada hukum dan pegang teguhlah ia, dan
jagalah dirimu agar senantiasa bersih dari keinginan-keinginan rendah,
sebab segala yang tak dikukuhkan oleh hukum adalah kekafiran.
Akan
kami paparkan bagimu sebuah misal tentang kelimpahan, dan kami berkata,
"Tidakkah kau lihat seorang raja yang menjadikan seorang biasa sebagai
gubernur kota tertentu, memberinya pakaian kehormatan, bendera,
panji-panji dan tentara, sehingga ia merasa aman mulai yakin bahwa hal
itu akan kekal, bangga dengannya, dan lupa akan keadaan sebelumnya. Ia
terseret oleh kebanggaan, kesombongan, dan kesia-siaan. Maka, datanglah
perintah pemecatan dari raja. Dan sang raja meminta penjelasan atas
kejahatan-kejahatan yang telah dilakukannya dan pelanggarannya atas
perintah dan larangannya. Lalu sang raja memenjarakannya di dalam sebuah
penjara yang sempit dan gelap serta memperlama pemenjaraannya, dan
orang itu terus menderita, terhina dan sengsara, akibat ketakabburan dan
kesia-siaannya, dirinya hancur, api kehendaknya padam, dan semua ini
terjadi di depan mata sang raja dan diketahuinya. Setelah itu ia menjadi
kasihan terhadap orang itu, dan memerintahkan agar ia dibebaskan dari
penjara, disertai kelembutan terhadapnya, dianugerahkan kembali pakaian
kehormatan, dan dijadikannya kembali ia sebagai gubernur. Ia
menganugerahkan semua ini kepada orang itu sebagai karunia. Kemudian ia
menjadi teguh, bersih, berkecukupan dan terahmati.
Beginilah keadaan seorang beriman yang didekatkan dan dipilih-Nya.
Ia
bukakan di hadapan mata hatinya pintu-pintu kasih-sayang, kemurahan dan
pahala. Maka, ia melihat dengan hatinya yang mata tidak pernah melihat,
yang telinga tidak pernah mendengar, yang hati manusia tidak tau akan
hal-hal ghaib dari kerajaan langit dan bumi, akan kedekatan dengan-Nya,
akan kata manis, janji menyenangkan, limpahan kasih-sayang, akan
diterimanya doa dan kebajikan, dan akan dipenuhinya janji serta
kata-kata bijak bagi hatinya, yang menyatakan sendiri melalui lidahnya,
dan dengan semua ini Ia sempurnakan bagi orang ini karunia-karunia-Nya
pada tubuhnya, yang berupa makanan, minuman, pakaian, isteri yang halal,
hal-hal lain yang halal dan pemerhati terhadap hukum dan tindak
pengabdian. Lalu, Allah memelihara keadaan ini bagi hamba beriman-Nya
yang didekatkan kepada-Nya sampai sang hamba beriman-Nya yang didekatkan
kepada-Nya sampai sang hamba merasa aman di dalamnya, terkecoh olehnya
dan percaya bahwa hal itu kekal. Maka, Allah membukakan baginya
pintu-pintu musibah, aneka kesulitan hidup, harta, isteri, anak, dan
mencabut darinya segala karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepadanya
sebelum ini, sehingga ia terkulai, hancur dan terputus dari
masyarakatnya.
Bila ia melihat keadaan-keadaan lahiriahnya, maka
ia melihat hal-hal yang buruk baginya. Bila ia melihat hati dan jiwanya,
maka ia melihat hal-hal yang menyedihkannya. Jika ia memohon kepada
Allah untuk menjauhkan kesulitannya, maka permohonannya itu tidak
diterima. Jika ia memohon janji baik, ia tidak segera mendapatkannya.
Jika ia berjanji, ia tidak tau tentang pemenuhannya. Bila ia bermimpi,
ia tidak bisa menafsirkannya dan tidak tau tentang kebenarannya. Bila ia
bermaksud kembali kepada manusia, ia tidak mendapatkan sarana untuk
itu. Bila ada sesuatu pilihan baginya dan ia bertindak berdasarkan
pilihan itu, maka ia segera tersiksa, tangan-tangan orang memegang
tubuhnya, dan lidah-lidah mereka menyerang kehormatannya.
Bila ia
hendak melepaskan dirinya dari keadaan ini, dan kembali kepada keadaan
sebelumnya, ia gagal. Bila ia memohon agar dikaruniakan pengabdian,
ketercerahan dan kebahagiaan di tengah-tengah musibah yang dialaminya,
permohonannya itu pun tidak diterima.
Maka, dirinya mulai
meleleh, hawa nafsunya mulai sirna, maksud-maksud serta
kerinduan-kerinduannya mulai pupus, dan kemaujudan segala suatu menjadi
tiada. Keadaannya ini diperpanjang dan kian hebat, hingga sang hamba
berlalu dari sifat-sifat manusia. Tinggallah ia sebagai ruh. Ia
mendengar panggilan jiwa kepadanya:
"Hentakanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum." (QS 38:42)
Sebagaimana
panggilan kepada Nabi Ayub as. Lalu Allah mengalirkan samudera
kasih-sayang dan kelembutan-Nya ke dalam hatinya, menggelorakannya
dengan kebahagiaan, aroma harum pengetahuan tentang hakikat dan
ketinggian pengetahuan-Nya, membukakan baginya pintu-pintu nikmat dalam
segala keadaan hidup, membuat para raja mengabdi kepadanya,
menyempurnakan baginya nikmat-nikmat-Nya lahiriah dan rohaniah,
menyempurnakan lahiriahnya melalui makhluk dan rahmat-rahmat lain-Nya,
menyempurnakan rohaninya dengan kelembutan dan karunia-Nya, dan membuat
keadaan ini berkesinambungan baginya, hingga ia menghadap-Nya. Kemudian
Ia memasukkannya ke dalam yang mata tidak pernah melihat, yang telinga
tidak pernah mendengar dan yang tidak pernah tersirat dalam hati
manusia, sebagaimana firman-Nya:
"Tiada
jiwa yang tau yang disembunyikan bagi mereka, yang akan mengenakkan
mata mereka, balasan bagi yang telah mereka perbuat." (QS 32:17)