Islam membagi usia manusia menjadi 4 periode (masa). Pertama masa
kanak-kanak orang Arab bilang (masa thufuliyah) yaitu masa dimulai dari
lahirnya seseorang sampai usia baligh 15 tahun. Kedua masa syabab yaitu
masa muda dimulai dari usia setelah baligh 15 tahun sampai usia 40
tahun. Ketiga masa kuhulah yaitu masa dewasa dimulai dari usia 40 tahun
sampai usia 60 tahun dan yang terakhir masa syaikhukhah yaitu masa tua
disaat maunusia sudah menyapai usia lebih dari 60 tahun keatas.
Usia 40 tahun adalah usia ketika manusia benar-benar meninggalkan
masa mudanya dan beralih ke masa dewasa yang disebut masa kuhulah atau
disebut juga masa setengah baya. Dan dalam usia inilah manusia telah
memiliki kematangan dalam cara berpikir dan bertindak. Dalam arti lain
bahwa jika seseorang sudah menyapai usia 40 tahun keatas cara pikir dan
tindaknya dihitung dengan matang.
Oleh karena itu, dari keistimewaan usia 40 tahun Allah telah
menyebutnya tersendiri dalam alqur’an di surat al-ahqaf ayat15 yang
berbunyi ”Apabila dia telah dewasa dan usianya sampai empat puluh
tahun, ia berdoa, “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat
Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan
supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang engkau ridhai; berilah
kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk
orang-orang muslim.”
Menurut para pakar ilmu tafsir, usia 40 tahun disebut tersendiri pada
ayat ini, karena pada usia inilah manusia mencapai puncak kehidupan
yang baik dari segi fisik, pikiran, perasaan, karya, maupun dari segi
agamanya. Orang yang berusia 40 tahun benar-benar telah meninggalkan
usia mudanya dan beralih ke usia dewasa. Apa yang dialami pada usia 40
tahun sifatnya stabil, mantap dan kokoh dalam pendirian dan perilakunya.
Pendirian dan perilaku ini akan menjadi ukuran manusia pada usia-usia
berikutnya.
Makanya tidaklah heran jika para Nabi diutus untuk berda’wah pada
usia 40 tahun. Rasulallah saw diutus menjadi nabi tepat pada usia 40
tahun. Begitu juga dengan nabi-nabi yang lain, kecuali Nabi Isa as. dan
Nabi Yahya as., mereka diutus menjadi nabi ketika usia mereka genap 40
tahun.
Dari teladan agama ini telah diterapkan sebagai dustur (undang2)
diberbagai negara, bahwa untuk menduduki jabatan-jabatan pemimpin
negara, menteri dan tokoh masyarakat, disyaratkan bakal calon harus
telah berusia 40 tahun. Masyarakat sendiri lebih cenderung dan mengakui
prestasi seseorang secara mantap tatkala orang itu telah berusia 40
tahun. Makanya rata rata semua pemimpin di dunia menjadi presiden pada
usia di atas usia 40 tahun
Itulah salah satu sebab kenapa Nabi saw dan para nabi lainya diutus untuk berda’wah pada usia 40 tahun.
Salah satu keistimewaan usia 40 tahun kita bisa lahat dalam hadist
Nabi saw yang diriwayatkan dari Imam Ahmad: “Seorang hamba muslim bila
usianya mencapai empat puluh tahun, Allah akan meringankan hisabnya
(perhitungan amalnya). Jika usianya mencapai enam puluh tahun, Allah
akan memberikan anugerah berupa kemampuan kembali (bertaubat)
kepada-Nya. Bila usianya mencapai tujuh puluh tahun, para penduduk
langit (malaikat) akan mencintainya. Jika usianya mencapai delapan puluh
tahun, Allah akan menetapkan amal kebaikannya dan menghapus amal
keburukannya. Dan bila usianya mencapai sembilan puluh tahun, Allah akan
mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan dosa-dosanya yang
belakangan, Allah juga akan memberikan pertolongan kepada anggota
keluarganya, serta Allah akan mencatatnya sebagai “tawanan Allah” di
bumi”.
Hadits ini menyebut usia 40 tahun paling awal, yang dimasudkan disini
bahwa orang yang mencapai usia 40 tahun ia memiliki sifat istiqamah
dalam pengabdiannya kepada Allah swt. Dalam arti lain jika seseorang
belum menyapai usia 40 tahun kemungkinan masih bisa diombang ambingkan
oleh suasana dan keadaan dan masih belum mantap dalam pendirian dan
perilakunya.
Dan umur 40 tahun merupakan saat saat harus waspada juga. Seumpama
orang yang berumur 40 tahun itu seperti waktu sudah masuk ashar,
teriknya matahari sudah mulai lengser, kalau menjemur pakaian tidak
bakal kering, sudah senja, sebentar lagi maghrib. Sahabat Nabi saw yang
bernama Qotadah ra, berkata, “Bila seseorang telah mencapai usia 40
tahun, maka hendaklah dia berhati hati”
Bahkan, Abdullah bin Abbas ra. dalam suatu riwayat berkata,
“Barangsiapa mencapai usia 40 tahun dan amal kebajikannya tidak unggul
mengalahkan amal keburukannya, maka hendaklah ia bersiap-siap ke
neraka.”
Nasihat yang diungkap oleh dua sahabat besar tersebut memberikan
pengertian bahwa manusia harus mulai bersikap waspada dan hati-hati
dalam bertidak jika usianya telah mencapai 40 tahun. Ia harus
meningkatkan amal kebajikan dan membiasakannya agar amal itu terus
meningkat.
Atas dasar ini, para sahabat Nabi saw. Ketika mereka sudah menyapai
usia 40 tahun, mereka konsentrasi beribadah. Mereka mulai menghabiskan
hari-harinya untuk ibadah. Kesibukan mencari dunia mereka kurangi dan
beralih pada kegiatan yang bersifat agama dan ibadah,
Imam asy-Syafi’i tatkala mencapai usia 40 tahun, beliau berjalan
dengan memakai tongkat. Jika ditanya kenapa? Jawab beliau, “Agar aku
ingat bahwa aku adalah musafir. Demi Allah, aku melihat diriku sekarang
ini seperti seekor burung yang dipenjara di dalam sangkar. Lalu burung
itu lepas di udara, kecuali telapak kakinya yang masih melekat dalam
sangkar. Keadaanku sekarang seperti itu juga. “.
Sahabat Abdullah bin Umar r.a. pernah menceritakan hadits dari
Rasulullah Saw. yang perlu dicamkan berkaitan dengan hal ini. Rasulullah
saw. memegang kedua pundakku dan bersabda, “Jadilah di dunia
seakan-akan kamu orang asing (perantau) atau pengembara (musafir).”
Abdullah bin Umar ra. berkata, “Jika berada di waktu sore, jangan
menanti waktu pagi. Jika berada di waktu pagi, jangan menanti waktu
sore. Pergunakanlah masa sehatmu untuk bekal di masa sakitmu dan masa
hidupmu untuk bekal di masa matimu.” (H.R. Bukhari).
Semoga kita digolongkan hamba-Nya yang mampu mengisi umur kita dengan
sebaik-baiknya, dijauhkan kita dari bala’ dan malapetaka dunia,
dijauhkan kita dari fitnah baik yang dzahir dan bathin.. amin
Wallah’alam
0 komentar:
Posting Komentar