MUSA adalah nabi yang paling banyak disebut nama
dan kisahnya dalam Al Qur’an. Lebih dari 125 nama Musa tercantum di
dalamnya. Tentu kita bertanya kenapa Allah mengistimewakan Musa as dari
nabi-nabi lainnya? Dan kenapa kisah nabi Musa merupakan kisah yang
terbanyak disebut dalam al Quran?.
Pertama,
nabi Musa as merupakan lima dari para nabi yang memiliki sifat Ulil
‘Azmi yang menurut urutanya menduduki martabat ketiga (Nuh, Ibrahim,
Musa, Isa, Muhammad).
Kedua, sesungguhnya Allah telah memilih dan mengistimewakan
Musa as lebih dari manusia yang lain di masanya atau di zamannya untuk
membawa risalahNya dan untuk berbicara langsung dengan Nya. Allah
berfirman: “Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu” surat Thaha ayat 13
Ketiga, Allah berfirman dalam al Quran “ Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung” an Nisaa’ 164. Ini
merupakan keistimewaan dan kelebihan yang diberikan Allah kepada nabi
Musa as. Oleh karena itu ia telah diberi gelar “Kalimullah”, yang
artinya bahwa Musa as telah mendapat wahyu langsung dari Allah tidak
melalui perantaraan Jibril as, sedang rasul-rasul yang lain mendapat
wahyu melalui perantaraan Jibril. Adapun nabi kita Muhammad saw melebihi
nabi Musa as dan nabi nabi yang lainnya, karena disamping beliau telah
mendapat wahyu melalui Jibril as, pula beliau telah
bertemu muka dan berbicara secara langsung dengan Allah pada malam hari di waktu Mi’raj
Keempat,
Allah telah melimpahkan kasih sayang kepada nabi Musa as dari mulai
lahirnya dan selalu mendapat pengawasa Nya. Allah berfirman dalam surat
Thaha ayat 39 “Dan aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dariKu dan supaya kamu diasuh dibawah pengawasan Ku”
Selain dari
yang disebut di atas, Allah telah membeberkan kisah nabi Musa dan
Khidhir dalam kitab suci al Qur’an. Dalam kisah Musa dan Khidhir, Allah
hendak menunjukkan pada kita risalah pematangan rohani kekasih-Nya, Nabi
Musa AS. Agar nabi yang diistimewakan dan cemerlang kecerdasan otaknya
itu juga menjadi hamba yang cemerlang kecerdasan batinnya hingga ia
pun-seperti halnya Nabi Khidir as – cekatan memahami suatu tindakan,
peristiwa, dan segenap kenyataan hidup yang terbentang di depan mata.
Juga, dilain fihak, Allah mengajarkan kepada Musa as kenyataan rutin
dalam hidup sehari-hari, dengan bahasa batin, bahasa hati, bahasa jiwa
bukan dengan bahasa mulut atau bahasa lisan yang bisa memutar balikan
kata kata. Nabi Khidir as di sini disuruh Allah memainkan peran sebagai
guru tarekat, guru rohani, bagi Nabi Musa as untuk mengajarkan kepadanya
hakikat hidup.
Singkatnya,
saya tidak akan bawakan kisah nabi Musa as dan Khidhir as secara rinci,
karena kisah mereka sudah banyak diketahui dan sangat luas tidak cukup
dibeberkan dalam beberapa lebar kertas. Akan tetapi disini, saya akan
bawakan perjalanan terakhir nabi Musa as dan Khidhir as, disaat mereka
berjalan dan tiba di satu kampung di mana penduduk kampung itu tidak ada
yang ingin menjamu mereka
Allah berfirman dalam kitab suci:
“Maka
keduanya berjalan hingga tetkala keduanya sampai kepada penduduk suatu
negeri mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu tetapi penduduk
negeri itu tidak mau menjamu mereka. Kemudian keduanya mendapatkan dalam
negeri itu dinding rumah yang hampir roboh maka Khidhir menegakkan
dinding itu. Musa berkata : jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil
upah untuk itu. Khidir berkata : inilah perpisahan antara aku dengan
kamu, aku akan memberitahukan
kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya” surat al-Kahfi
Ayat di atas, menurut kisahnya, nabi Musa as dan Khidhir as berjalan bersama-sama sehingga tiba ke suatu kampung dimana penduduknya
pelit dan kikir. Semua tidak ada yang mau menjamu mereka, semua menutup
pintu menolak menerima mereka sebagai tamu asing di kampung itu.
Pelit
dan kikir disini bukan hanya dalam harta dan benda. Akan tetapi pelit
dan kikir sangat luas, bisa pula diartikan pelit dan kikir dalam
bermu’amalat sesama manusia, pelit dan kikir dalam tindakan dan
perilaku, pelit dan kikir dalam sapa dan nyapa. Karena agama diturunkan
bukan hanya untuk solat dan puasa, bukan pula hanya untuk duduk di atas
sejadah atau di dalam masjid, akan tetapi agama sangat luas dan lebar,
salah satu diantaranya, agama juga diturunkan untuk bermu’amalat sesama
manusia. “Addin Mu’amalah”, begitulah sabda nabi kita Muahammad saw.
Nabi kita Muhammad saw bersabda “tidak berkumpul kekikiran dan keimanan di satu hati”
Tetkala
Allah menciptakan surga Firdaus yang mengalir di dalamnya sungai
sungai, dan tertanam di dalamnya pepohonan yang indah, Dia pun berkata
kepada surgaNya ”Wahai surga berkatalah dengan seizin Ku”. Surgapun
berkata “Sungguh beruntunglah orang orang yang beriman”. Lalu Allah
menegaskan kepada surga “Dengan kekuasaan dan kebesaran Ku, orang pelit
dan kikir tidak bisa sama sekali mendapingimu”
Cerita
tetang pelit dan sombong, saya jadi teringat dengan kisah seorang kaya
dari bani Israil yang sedang duduk makan siang bersama-sama istrinya. Di
atas meja tersedia segala macam hidangan diantaranya ada ayam panggang.
Tiba tiba seorang pengemis datang mengetuk pintu. Istrinya pun berkata
kepada suaminya ”Pak! Ada pengemis di depan rumah, kasiahan pak. Apakah
kita bersedekah kepadanya dengan sepotong ayam panggang? Sang suami
tiba-tiba membentaknya “Jangan! usirlah pengemis itu dari depan rumah!.
Dunia
pun berputar, hari berganti hari, bulan berubah menajdi tahun. Si kaya
yang digenangi dengan segala macam kenikmatan berobah menjadi miskin.
Istri kesayanganya ditalaknya. Setelah ditalak sang istri kawin lagi
dengan seorang laki laki kaya. Kemuadian terulang lagi peristiwa sang
istri makan siang bersama-sama suaminya yang baru. Tentu di atas meja
terhidang segala macam makanan, dan tidak ketinggalan pula terdapat
seporsi ayam panggang. Tiba tiba seorang pengemis datang mengetuk pintu
meminta makanan. Sang suami berkata kepada istrinya dengan penuh rahmah:
“Ambilah sepiring nasi dan sepotong ayam panggang sebagai lauknya,
berikanlah kepada pengemis itu”. Setelah nasi dan ayam panggang
diberikan kepada si pengemis, sang istri pun menangis. Suaminya sangat
heran dan bertanya: “kenapa dik kamu menangis? Apakah kamu marah karena
aku memberi pengemis itu nasi dan ayam panggang?”. Istrinya menjawab: “
tidak pak, tidak sama sekali, akan tetapi aku menangis
karena ada sesuatu yang sangat ganjil dan ajaib”. Sang suami jadi
penasaran ingin tahu apa yang ganjil dan ajaib itu. Ia pun bertanya:
“Bu, apa gerangan yang ganjil dan ajaib itu? ”. Istrinya menjawab:
“Apakah kamu tahu siapa pengemis yang datang di depan pintu tadi?
Sesungguhnya ia adalah suamiku yang pertama”. Mendengar ulasan sang
istri, sang Suami segra berkata kepada istrinya “Apakan kamu tahu siapa
aku sebenarnya? Sesungguhnya aku adalah pengemis pertama yang datang
dulu ke rumahmu”.
Subhanallah,
Itulah dunia. Makanya janganlah sekali-kali menghina atau meremehkan
seseorang, kemungkinan penghinaan itu bisa berbalik kepada diri
penghina. Tuhan memberi rahmah kepada orang yang dihina dan sebaliknya
diberikan kutukan dan musibah kepada penghina. Janganlah menghina orang
miskin, orang bodoh, orang lemah siapa tahu Allah mengangkat derajatnya
di kemudian hari, dan dijadikan penghina menjadi terhina dihadapanya.
Dunia itu berputar, sesaat ia berada diatas dan sesaat lagi berada di
bawah. Kalau ia
sedang berada
di atas jangalah sombong, angkuh dan bangga, sebaliknya kalau ia berada
di bawah jangalah gelisah atau putus asa. Sesungghunya di langit itu
ada kerajaan yang Maha Besar, tertulis di depan pintun gerbangya: “Dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan Kami” almu’minun 17
” Katakanlah : Ya
Allah yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang
yang Engkau kehendaki dan Engaku cabut kerajaan dari orang yang Engkau
kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan
orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau maha kuasa atas segala sesuatau. Engkau masukkan
malam kedalam siang dan Engkau masukan siang kedalam malam. Engkau
keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari
yang hidup. Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tampa
batas ” al-Quran
Maka,
“Cintailah yang dibumi agar yang di langit mencitaimu”
Wallahu’alam
0 komentar:
Posting Komentar