Terkait dengan fenomena adanya
nabi yang masih hidup, manusia terbagi menjadi 3 golongan:
Pertama, kelompok sufi dan mereka yang
hendak mendalami ilmu tasawuf.
Mereka punya prinsip bahwa ada
“wahyu” yang mungkin diperoleh oleh orang yang telah berada di tingkatan
kasyaf, baik diberikan oleh Allah atau oleh orang shaleh masa silam. Untuk
mendukung keyakinan ini, mereka membuat tahayul tentang beberapa nabi yang
dianggap masih hidup. Diantaranya Nabi Khidr, Nabi Idris, Nabi Ilyas, dan
beberapa nabi lainnya. Para nabi inilah yang menjadi salah satu sumber wahyu
bagi tokoh sufi yang telah mencapai kasyaf.
Kedua, komplotan liberal, dan yang
sepaham dengannya.
Mengingat logika dan akal adalah
standar utama, mereka mengingkari 100% ada nabi yang masih hidup. Mereka
mengingkari Nabi Isa masih hidup. Di antara kelompok yang memiliki pemahaman
ini adalah Ahmadiyah.
Dua golongan di atas tidak perlu
di-‘gagas’, karena jelas tidak memiliki dasar dan bertentangan dengan prinsip
syariah.
Untuk pembahasan apakah Nabi
Khidr masih hidup, telah dikupas di:
Ketiga, golongan ahlus sunah wal jamaah
Itulah golongan pertengahan,
tidak ekstrim kanan dan tidak ekstrim kiri. Mereka berkeyakinan sebagaimana
yang Allah ajarkan. Mengimani apa yang Allah beritakan, baik melalui Alquran
maupun hadis, tanpa ditambah-tambahi dan tidak dikurangi. Mereka tidak
berbicara terhadap masalah ghaib, kecuali berdasarkan keterangan Allah dan
Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Apakah Nabi
Isa Masih Hidup?
Berikut keterangan Lajnah Daimah
ketika ditanya: ‘Apakah Nabi Isa masih hidup ataukah sudah meninggal? Apa dalil
dari Alquran dan hadis? Jika masih hidup, sekarang beliau dimana? Dan apa
dalilnya?’
Jawaban Lajnah Daimah:
Nabi Isa bin Maryam masih hidup
dan belum mati sampai hari ini. Orang Yahudi tidak membunuh beliau dan tidak
menyalib beliau. Namun Allah serupakan seseorang dengan beliau, dan dialah yang
disalib. Dan Allah mengangkat Isa ke langit dengan badan dan ruhnya. Beliau
sampai hari ini berada di langit. Dalilnya adalah firman Allah tentang makar
orang yahudi dan bantahan terhadap anggap mereka:
وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا .
Karena
ucapan mereka (orang Yahudi): “Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, Isa
putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula)
menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa
bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang
(pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu.
Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali
mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh
itu adalah Isa.” (QS.
An-Nisa: 157)
بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا
“Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya.
Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa:
158).
Allah mengingkari anggapan orang
Yahudi, bahwa mereka telah membunuh Nabi Isa dan menyalibnya. Allah kabarkan,
bahwa Isa telah Dia angkat ke langit, sebagai rahmat yang Allah berikan kepada
beliau dan memuliakan beliau, sekaligus mukjizat yang Allah berikan kepada
rasul-Nya yang dia kehendaki.
Konsekuensi makna dari firman
Allah, “… Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya…” bahwa yang Allah angkat
adalah jasad dan ruhnya, sehingga layak sebagai bantahan untuk anggapan orang
Yahudi bahwa mereka telah membunuhnya. Karena membunuh dan mensalib yang pokok
hanya terjadi pada badan. Sementara pengkatan ruh semata, tidak bertentangan
dengan anggapan yahudi yang membunuh dan mensalib nabi Isa. Sehingga, jika
dipahami, Allah hanya mengangkat ruh nabi Isa maka itu tidak bisa dijadikan
bantahan untuk anggapan orang Yahudi.” (Fatawa
Lajnah, 3:305-306).
Dalam tafsirnya, Imam Ibnu
Athiyah mengatakan,
أجمعت الأمة على ما تضمنه الحديث المتواتر من أن عيسى في السماء حي، وأنه سينزل في آخر الزمان فيقتل الخنزير ويكسر الصليب ويقتل الدجال ويفيض العدل وتظهر به الملة – ملة محمد صلى الله عليه وسلم – ويحج البيت ويبقى في الأرض أربعا وعشرين سنة وقيل أربعين سنة
“Umat Islam sepakat terhadap
makna yang disebutkan dalam banyak hadis yang mutawatir, bahwa nabi Isa berada
di langit, masih hidup. Dia akan turun di akhir zaman, membunuh babi,
mematahkan salib, membunuh Dajjal, memenuhi bumi dengan keadilan, dan agama
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjadi menang. Beliau juga berhaji ke ka’bah, dan tinggal di muka bumi selama
24 tahun. Ada yang mengatakan selama 40 tahun.” (al-Muharar al-Wajiz, 1:429).
Kapan Nabi
Isa Meninggal?
Bukankah semua yang bernyawa akan
mati? Lalu kapan Nabi Isa akan diwafatkan?
Benar, semua makhluk yang
bernyawa pasti akan merasakan kematian. Sebagaimana yang Allah tegaskan,
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Semua jiwa pasti akan merasakan kematian. Kalian akan dipenuhi
ganjarannya hanya pada hari kiamat.” (QS. Ali Imran: 185).
Nabi Isa ‘alaihis salam tidak dikecualikan
dari ayat ini. Beliau juga akan meninggal sebagaimana umumnya manusia. Hanya
saja tidak sekarang, tapi di akhir zaman, setelah Allah turunkan kembali
beliau, dengan membawa misi membunuh Dajjal, orang kafir, dan memenuhi bumi
dengan keadilan bersama kaum muslimin. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda menceritakan tugas Isa di akhir zaman. Beliau menyatakan,
فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ أَرْبَعِينَ سَنَةً، ثُمَّ يُتَوَفَّى فَيُصَلِّي عَلَيْهِ الْمُسْلِمُونَ
“Beliau tinggal di bumi selama 40 tahun,
kemudian Allah wafatkan, dan dishalati kaum muslimin.” (HR. Abu
Daud 4324, Ibnu Hiban 6821).
Allahu a’lam