
 
Terlalu banyak umat manusia di 
dunia dewasa ini sedang berhadapan dengan berbagai krisis yang sangat 
membahayakan kehidupan manusia : krisis politik,  sosial, 
ekonomi, moral, pendidikan, kemanusiaan dan berbagai macam krisis 
lainnya. Terjadi perselisihan, penzaliman, pembunuhan dan peperangan 
yang menyebabkan pertumpahan darah. Masyarakat hidup mengikuti nafsunya 
masing-masing. Yang kaya menderita, susah hati dalam menjaga dan 
menambah kekayaannya, yang miskin tidak sabar, susah hati karena tak 
memiliki harta dan melihat si kaya dengan penuh cemburu. Pergolakan 
politik di kalangan elit tidak pernah berhenti laksana air laut yang 
senantiasa bergolak, saling jatuh-menjatuhkan perkara biasa, berebut 
jabatan mengorbankan nyawa, muda-mudi hidup berfoya-foya dan terlibat 
narkoba, maksiat di mana-mana, kriminalitas tidak berhenti, ibarat air 
sungai yang mengalir setiap waktu. Manusia hidup dalam kesusahan dan 
penderitaan. Jiwa-jiwa masyarakat tidak tenang, mereka bagai hidup dalam
 neraka dunia.
 
Krisis yang 
sangat membahayakan seperti yang dialami umat manusia sekarang ini 
pernah terjadi dalam sejarah kehidupan manusia dan Al Qur’an memberikan 
contoh jalan keluarnya. Jalan penyelesaian untuk keluar dari krisis 
multidimensi yang sangat berbahaya bagi umat manusia di dunia dan 
akhirat ini adalah dengan kembali dan merujuk kepada Tuhan melalui 
‘wakilNya’ di muka bumi. Di zaman ketika masih ada Nabi dan Rasul, 
manusia merujuk kepada para nabi dan Rasul utusan Tuhan. Ketika kenabian
 sudah ditutup dengan kedatangan Rasulullah SAW, manusia diminta 
bertanya kepada para ulama yang haq, ulama pewaris nabi. Untuk 
menyelamatkan umat islam, dengan rahmat dan kasih sayang Allah, setiap 
awal kurun, Allah kirimkan kepada umat Islam ini ulama besar yang 
bertaraf mujaddid (pembaharu). Rasulullah saw pernah bersabda :
Terjemahannya: “Sesungguhnya
 ALLAH akan mengutus pada umat ini (umat Rasulullah) setiap awal 100 
tahun seorang mujaddid yang membaharui urusan agamanya.“
Jadi berdasarkan 
hadis ini jelas di setiap awal kurun (100 tahun), ALLAH lahirkan seorang
 mujaddid. Mujaddid berasal dari perkataan jaddada yujaddidu, tajdidan, 
mujadidun, mujaddadun.
Jaddada : dia telah membaharui
yujadidu : dia sedang atau akan membaharui
tajdidan : pembaharuan
mujadidun :orang yang membawa pembaharuan
Mujaddid maknanya
 orang yang membawa pembaharuan. Mujaddid itu bahasa Arab, dalam bahasa 
Inggeris dikatakan “Reformer” : Pembaharu.
Mujaddid yang 
lahir di setiap awal kurun tugasnya adalah yujadidu, membaharui urusan 
agama. Apakan maksud memperbaharui urusan agama? Adakah dia membaharui 
isi Al Quran, atau isi Hadis atau isi Islam? Tidak. Ia tetap membawa Al 
Quran, Hadis dan akhlak Islam, isi yang lama yang pernah dibawa oleh 
Rasulullah SAW. Tetapi ia mendapat ilham dari Allah dan membawa satu 
penafsiran baru tentang Al Qur’an dan hadis. Penafsirannya yang 
bersumber dari ilham itulah yang paling tepat dan sesuai untuk diamalkan
 di zaman itu. Dia tidak hanya menafsirkannya tetapi juga mengamalkan 
tafsiran tersebut dalam diri, keluarga, jamaah dan perjuangannya. Dialah
 Al Qur’an dan hadis berjalan di kurun itu. Hasil dari keindahan Islam 
yang dibawa dan diperjuangkannya, banyak orang yang sangat fanatik dalam
 mencintai dan mengikutinya, tetapi tidak kurang juga yang sangat 
menentangnya, karena tidak faham atau hasad dengki dengannya. 
Dia juga membawa 
style yang baru yang tidak pernah ditempuh oleh orang lain selama ini. 
Hingga Islam dapat diamalkan oleh masyarakat. Dengan kata-kata lain, 
agama yang lama sudah ditinggalkan itu dapat dihidupkan kembali oleh 
mujaddid tersebut dengan menggunakan methode, uslub, teknik, strategi 
dan kaedah baru yang sesuai dengan fikiran dan suasana zamannya.
Dalam ajaran 
Islam ini tujuan dan matlamat tidak boleh berubah tetapi methode dan 
uslub boleh berubah sesuai dengan fikiran manusia yang sentiasa berubah 
dan keadaan masa di zaman itu. Sebab itu sekiranya ada seorang pemimpin 
tetapi dia ikut style yang lama, walau bagaimana hebat sekalipun 
pimpinannya dia tidak dianggap sebagai mujaddid. Lebih-lebih lagi kalau 
lahirnya bukan di awal kurun.
Karena zaman dan 
situasi yang berbeda antara 1 mujaddid dengan mujaddid lain, maka style 
antara satu mujaddid dengan mujaddid yang lain juga tidak sama. 
Tekniknya berbeda tetapi perkara yang diperjuangkan adalah sama yaitu 
mengajak manusia kepada Allah SWT. Sebab itu jika kita mengkaji sejarah 
walaupun Islam tidak menjadi empayar tetapi di tangan mujaddid, Islam 
tetap hidup dan berkembang. Masih berlaku kesyumulan Islam dalam jemaah 
pimpinannya.
Jadi mujaddid itu
 tidak membawa agama yang baru, karena tidak ada Nabi dan Rasul selepas 
Rasulullah. Dia hanya membawa ajaran Rasulullah. Supaya ajaran 
Rasulullah itu diamalkan oleh masyarakat, maka dia meniti di atas 
teknik, methode, uslub, cara, kaedah, style dan strategi yang baru yang sesuai dengan kerusakan yang berlaku di zamannya.
 Sebab itu orang mudah menerimanya, sedangkan pejuang-pejuang lain di 
zamannya masih lagi mengekalkan style dan cara yang lama. Sebab itu 
masyarakat tidak dapat menerima mereka. Tetapi pejuang-pejuang yang 
tidak faham ini kadang-kadang menyalahkan masyarakat yang tidak mau 
menerima Islam. Padahal bukan masyarakat yang tidak mau Islam, tetapi 
kaedah mereka yang gagal untuk menarik minat orang kepada Islam. Tetapi 
kepada mujaddid, ALLAH membekalkan padanya melalui ilham satu cara, 
methode dan kaedah yang tersendiri. Sehingga hati-hati manusia dapat 
menerima kaedah perjuangannya.
Kedatangan Mujaddid Memperbaiki yang Rusak
Dengan kasih 
sayang Tuhan, selepas kewafatan Rasulullah SAW didatangkan setiap 
seratus tahun seorang mujadid. Kedatangan seorang mujadid yang membawa 
satu kaedah, cara teknik dan metoda baru yang sesuai di kurunnya, 
bertujuan untuk memperbaiki yang rusak di waktu itu. Metode itu hanya 
menyangkut perkara yang telah rusak saja. Supaya yang rusak itu dapat 
dibetulkan  dengan menggunakan metode yang baru. 
Ini berarti, 
semakin ke ujung semakin banyak yang rusak dan perlu dibaiki, makin 
banyaklah yang hilang, banyak yang rusak, banyak yang biasa wujud sudah 
tidak wujud lagi. Artinya mujadid yang datang makin ke ujung, makin 
berat tanggung jawabnya. Sebab makin ke ujung makin banyak perkara dalam
 agama Islam yang sudah rusak.
Kalau begitu, tugas mujadid pertama tidaklah seberat mujadid kedua. Tugas mujadid kedua tidak seberat  mujadid
 ketiga. Juga tugas mujadid ketiga tidak seberat mujadid keempat. Tugas 
yang keempat tidak seberat yang kelima dan begitulah seterusnya.
Sebagai contoh, 
mujadid pertama ialah Sayidina Umar bin Abdul Aziz. Dia membawa 
pembaharuan hanya berkaitan dengan masalah negara saja. Dia tidak 
menyentuh soal ibadah, akhlak, masyarakat atau ekonomi. Sebab di 
zamannya semua aspek itu tidak rusak. Yang rusak ialah soal pemerintahan
 negara.
Begitu juga 
kedatangan mujadid kedua, Imam Syafei. Dia datang bukan untuk 
membetulkan masalah ibadah, akhlak, ekonomi, atau masyarakat. Dia 
menyelesaikan hal-hal mengenai ulama. Sebelum kedatangan Imam Syafei, 
ulama-ulama memberi fatwa tanpa ada kaedah atau cara. Pada masa itu, 
orang membuat hukum dan fatwa tidak mengikut prosedur. Maka Imam Syafei 
pun membuat kaedah. Lahirlah dua kaedah yaitu usul fiqh dan khawaidul 
fiqhiyah. Sampai sekarng ulama menerima dan memakai kaedah ini. Jadi 
Imam Syafei datang untuk menyelesaikan masalah ijtihad.
Di waktu 
kedatangan mujadid ketiga, Imam Abu Hassan Asyaari, yang rusak adalah 
aqidah. Sebab di waktu itu Islam sudah mulai meluas, falsafah Barat dan 
Yunani sudah meresap masuk ke dalam Islam. Jadi mujadid ini tidaklah 
menyentuh hal-hal ekonomi, akhlak dan ibadah, tetapi membetulkan aqidah 
yang sudah keliru. Sebab itu ada kaedah sifat 20 itu dalam ilmu tauhid 
dan usuludin.
Begitulah pula datang mujadid seterusnya, Imam Fakhrurrazi. Dia membuat kaedah bagaimana mentafsirkan Al Quran.
Kemudian, 
kerusakan semakin bertambah berat. Islam sudah terpecah-pecah. Ibadah 
sudah tidak ada hubungan dengan akhlak. Aqidah pula seolah-olah 
tersendiri.  Datanglah mujadid seterusnya yaitu Imam 
Ghazali, membawa suatu kaedah untuk menggabungkan ketiga-tiga asas agama
 yaitu tauhid, fikih dan tasawuf. Dalam setiap amalan umat islam mesti 
terangkum tauhid, fikih dan tasawuf. Sebab ketiga-tiga asas tersebut 
tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Kalau begitu, 
makin ke ujung makin besarlah masalah umat Islam. Di kurun ini semua 
masalah sudah wujud. Sistem pemerintahan sudah rusak, masyarakat rusak, 
rakyat rusak, ibadah rusak, aqidah rusak, akhlak rusak, tauhid rusak, 
ekonomi rusak, politik rusak, dan macam-macam lagi yang sudah rusak. 
Artinya seluruh aspek kehidupan itu sudah tidak dikaitkan dengan Allah. 
Sebab itu kedatangan mujadid di kurun ini tentulah keadaannya lebih 
sulit lagi dan sangat menantang. Apabila hendak membetulkan semua 
perkara tadi, semua golongan yang terlibat dalam kerusakan itu yang 
mungkin belum paham akan menjadi penentang perjuangan dan kedatangan 
mujadid ini. Bila semua sudah rusak, artinya semua golongan yang 
terlibat akan tertantang dengan kedatangan mujadid kurun ini. Tetapi 
dengan ilmu ilham yang diberikan oleh Allah dan ketaqwaan yang dimiliki 
oleh mujaddid tersebut, Insya Allah ia akan sanggup membaiki kerusakan 
yang ada.
Siapakah dia ?