[Penyingkap keghaiban]
 
Mutiara karya Syeikh Abdul Qadir Al - Jailani
 
Tiga hal mutlak bagi seorang Mukmin, dalam segala keadaan, yaitu: 
(1)   harus menjaga perintah-perintah Allah, 
(2)   harus menghindar dari segala yang haram, 
(3)   harus
 ridha dengan takdir Yang Maha Kuasa. Jadi seorang Mukmin, paling tidak,
 memiliki tiga hal ini. Berarti, ia harus memutuskan untuk ini, dan 
berbicara dengan diri sendiri tentang hal ini serta mengikat organ-organ
 tubuhnya dengan ini. 
Ikutilah (Sunnah Rasul) dengan penuh keimanan, jangan membuat bid'ah, patuhlah kepada Allah dan Rasul-Nya,
 jangan melanggar; junjung tinggilah tauhid dan jangan menyekutukan Dia;
 sucikanlah Dia senantiasa dan jangan menisbahkan sesuatu keburukan pun 
kepada-Nya. Pertahankan Kebenaran-Nya dan jangan ragu sedikit pun. 
Bersabarlah selalu dan jangan menunjukkan ketidaksabaran. 
Beristiqomahlah; berharaplah kepada-Nya, jangan kesal, tetapi 
bersabarlah. Bekerjasamalah dalam ketaatan dan jangan berpecah-belah. 
Saling mencintailah dan jangan saling mendendam. Jauhilah kejahatan
 dan jangan ternoda olehnya. Percantiklah dirimu dengan ketaatan kepada 
Tuhanmu; jangan menjauh dari pintu-pintu Tuhanmu; jangan berpaling 
dari-Nya. 
Segeralah bertaubat dan kembali kepada-Nya. Jangan merasa jemu
 dalam memohon ampunan kepada Khaliqmu, baik siang maupun malam; (jika 
kamu berlaku begini) niscaya rahmat dinampakkan kepadamu, maka kamu 
bahagia, terjauhkan dari api neraka dan hidup bahagia di syurga, bertemu
 Allah, menikmati rahmat-Nya, bersama-sama bidadari di syurga dan 
tinggal di dalamnya untuk selamanya; mengendarai kuda-kuda putih, 
bersuka ria dengan hurhur bermata putih dan aneka aroma, dan 
melodi-melodi hamba-hamba sahaya wanita, dengan karunia-karunia lainnya;
 termuliakan bersama para nabi, para shiddiq, para syahid, dan para 
shaleh di syurga yang tinggi.
Apabila
 seorang hamba Allah mengalami kesulitan hidup, maka pertama-tama ia 
coba mengatasinya dengan upayanya sendiri. Bila gagal ia mencari 
pertolongan kepada sesamanya, khususnya kepada raja, penguasa, hartawan;
 atau bila dia sakit, kepada doktor. Bila hal ini pun gagal, maka ia 
berpaling kepada Khaliqnya, Tuhan Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa, dan 
berdo'a kepada-Nya dengan kerendah-hatian dan pujian. Bila ia mampu 
mengatasinya sendiri, maka ia takkan berpaling kepada sesamanya, 
demikian pula bila ia berhasil karena sesamanya, maka ia takkan 
berpaling kepada sang Khaliq.
Kemudian bila tak juga memperolehi 
pertolongan dari Allah, maka dipasrahkannya dirinya kepada Allah, dan 
terus demikian, mengemis, berdo'a merendah diri, memuji, memohon dengan 
harap-harap cemas. Namun, Allah Yang Maha Besar dan Maha Kuasa 
membiarkan ia letih dalam berdo'a dan tak mengabulkannya, hingga ia 
sedemikian kecewa terhadap segala sarana duniawi. Maka kehendak-Nya 
mewujud melaluinya, dan hamba Allah ini berlalu dari segala sarana 
duniawi, segala aktivitas dan upaya duniawi, dan bertumpu pada 
rohaninya.
Pada peringkat ini, tiada terlihat olehnya, selain 
kehendak Allah Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa, dan sampailah dia 
tentang Keesaan Allah, pada peringkat haqqul yaqin (* tingkat keyakinan 
tertinggi yang diperolehi setelah menyaksikan dengan mata kepala dan 
mata hati). Bahwa pada hakikatnya, tiada yang melakukan segala sesuatu 
kecuali Allah; tak ada penggerak tak pula penghenti, selain Dia; tak ada
 kebaikan, kejahatan, tak pula kerugian dan keuntungan, tiada faedah, 
tiada memberi tiada pula menahan, tiada awal, tiada akhir, tak ada 
kehidupan dan kematian, tiada kemuliaan dan kehinaan, tak ada kelimpahan
 dan kemiskinan, kecuali karena ALLAH.
Maka di hadapan Allah, ia 
bagai bayi di tangan perawat, bagai mayat dimandikan, dan bagai bola di 
tongkat pemain polo, berputar dan bergulir dari keadaan ke keadaan, dan 
ia merasa tak berdaya. Dengan demikian, ia lepas dari dirinya sendiri, 
dan melebur dalam kehendak Allah. Maka tak dilihatnya kecuali Tuhannya 
dan kehendak-Nya, tak didengar dan tak dipahaminya, kecuali Ia. Jika 
melihat sesuatu, maka sesuatu itu adalah kehendak-Nya; bila ia mendengar
 atau mengetahui sesuatu, maka ia mendengar firman-Nya, dan mengetahui 
lewat ilmu-Nya. Maka terkaruniailah dia dengan karunia-Nya, dan 
beruntung lewat kedekatan dengan-Nya, dan melalui kedekatan ini, ia 
menjadi mulia, ridha, bahagia, dan puas dengan janji-Nya, dan bertumpu 
pada firman-Nya. Ia merasa enggan dan menolak segala selain Allah, ia 
rindu dan senantiasa mengingati-Nya; makin mantaplah keyakinannya 
pada-Nya, Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa. Ia bertumpu pada-Nya, 
memperolehi petunjuk dari-Nya, berbusana nur ilmu-Nya, dan termuliakan 
oleh ilmu-Nya. Yang didengar dan diingatnya adalah dari-Nya. Maka segala
 syukur, puji, dan sembah tertuju kepada-Nya.
Bila
 kamu abaikan ciptaan, maka: "Semoga Allah merahmatimu," Allah 
melepaskanmu dari kedirian, "Semoga Allah merahmatimu," Ia mematikan 
kehendakmu; "Semoga Allah merahmatimu," maka Allah mendapatkanmu dalam 
kehidupan (baru).
Kini
 kau terkaruniai kehidupan abadi; diperkaya dengan kekayaan abadi; 
dikaruniai kemudahan dan kebahagiaan nan abadi, dirahmati, dilimpahi 
ilmu yang tak kenal kejahilan; dilindungi dari ketakutan; dimuliakan, 
hingga tak terhina lagi; senantiasa terdekatkan kepada Allah, senantiasa
 termuliakan; senantiasa tersucikan; maka menjadilah kau pemenuh segala 
harapan, dan ibaan pinta orang mewujud pada dirimu; hingga kau 
sedemikian termuliakan, unik, dan tiada tara; tersembunyi dan terahasia.
Maka,
 kau menjadi pengganti para Rasul, para Nabi dan para shiddiq. Kaulah 
puncak wilayat, dan para wali yang masih hidup akan mengerumunimu. 
Segala kesulitan terpecahkan melaluimu, dan sawah ladang terpaneni 
melalui do'amu; dan sirnalah melalui do'amu, segala petaka yang menimpa 
orang-orang di desa terpencil pun, para penguasa dan yang dikuasai, para
 pemimpin dan para pengikut, dan semua ciptaan. Dengan demikian kau 
menjadi agen polisi (kalau boleh disebut begitu) bagi kota-kota dan 
masyarakat.
Orang-orang
 bergegas-gegas mendatangimu, membawa bingkisan dan hadiah, dan mengabdi
 kepadamu, dalam segala kehidupan, dengan izin sang Pencipta segalanya. 
Lidah mereka senantiasa sibuk dengan doa dan syukur bagimu, di manapun 
mereka berada. Tiada dua orang Mukmin berselisih tentangmu. Duhai, yang 
terbaik di antara penghuni bumi, inilah rahmat Allah, dan Allahlah 
Pemilik segala rahmat. 
Bila
 kau melihat dunia ini, berada di tangan mereka, dengan segala hiasan, 
dan tipuannya, dengan segala bisa mematikannya, yang tampak lembut 
sentuhannya, padahal, sebenarnya mematikan bagi yang menyentuhnya, 
mengecoh mereka, dan membuat mereka mengabaikan kemudharatan tipu daya 
dan janji-janji palsunya - bila kau lihat semua ini - berlakulah bagai 
orang yang melihat seseorang menuruti nalurinya, menonjolkan diri, dan 
karenanya, mengeluarkan bau busuk. Bila (dalam situasi semacam itu) kau 
enggan memperhatikan kebusukannya, dan menutup hidung dari bau busuk 
itu, begitu pula kau berlaku terhadap dunia; bila kau melihatnya, 
palingkan penglihatanmu dari segala kepalsuan, dan tutuplah hidungmu 
dari kebusukan hawa nafsu, agar kau aman darinya dan segala 
tipu-dayanya, sedang bagianmu menghampirimu segera, dan kau 
menikmatinya. Allah telah berfirman kepada Nabi pilihan-Nya: "Dan
 janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada yang telah Kami berikan 
kepada beberapa golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia, 
untuk Kami uji mereka dengannya, dan karunia Tuhanmu lebih baik dan 
lebih kekal." (QS.20 -Thaaha :131).
Lenyaplah
 dari (pandangan) manusia, dengan perintah Allah, dan dari kedirian, 
dengan perintah-Nya, hingga kau menjadi bahtera ilmu-Nya. Lenyapnya diri
 dari manusia, ditandai oleh pemutusan diri sepenuhnya dari mereka, dan 
pembebasan jiwa dari segala harapan mereka. Tanda lenyapnya diri dari 
segala nafsu ialah, membuang segala upaya memperoleh sarana-sarana 
duniawi dan berhubungan dengan mereka demi sesuatu manfaat, 
menghindarkan kemudharatan; dan tidak bergerak demi kepentingan 
peribadi, dan tidak bergantung pada diri sendiri dalam hal-hal yang 
berkenaan dengan dirimu, tidak melindungi atau membantu diri, tetapi 
memasrahkan semuanya hanya kepada Allah, karena Ia pemilik segalanya 
sejak awal hingga akhirnya; sebagaimana kuasaNya, ketika kau masih 
disusui.
Hilangnya kemauanmu dengan kehendakNya, ditandai dengan 
ketak-pernahan menentukan diri, ketakbertujuan, ketakbutuhan, karena tak
 satu tujuan pun termiliki, kecuali satu, yaitu Allah. Maka, kehendak 
Allah mewujud dalam dirimu, sehingga kala kehendakNya beraksi, maka 
pasiflah organ-organ tubuh, hati pun tenang, fikiran pun cerah, 
berserilah wajah dan rohanimu, dan kau atasi kebutuhan-kebutuhan bendawi
 berkat berhubungan dengan Pencipta segalanya. Tangan Kekuasaan 
senantiasa menggerakkanmu, lidah Keabadian selalu menyeru namamu, Tuhan 
Semesta alam mengajarmu, dan membusanaimu dengan nurNya dan busana 
rohani, dan mendapatkanmu sejajar dengan para ahli hikmah yang telah 
mendahuluimu.
Sesudah ini, kau selalu berhasil menaklukkan diri, 
hingga tiada lagi pada dirimu kedirian, bagai sebuah bejana yang hancur 
lebur, yang bersih dari air, atau larutan. Dan kau terjauhkan dari 
segala gerak manusiawi, hingga rohanimu menolak segala sesuatu, kecuali 
kehendak Allah. Pada maqam ini, keajaiban dan adialami akan ternisbahkan
 kepadamu. Hal-hal ini tampak seolah-olah darimu, padahal sebenarnya 
dari Allah.
Maka kau diakui sebagai orang yang hatinya telah 
tertundukkan, dan kediriannya telah musnah, maka kau diilhami oleh 
kehendak Ilahi dan dambaan-dambaan baru dalam kemaujudan sehari-hari. 
Mengenai maqam ini, Nabi Suci saw, telah bersabda: "Tiga hal yang 
kusenangi dari dunia - wewangian, wanita (isteri solehah) dan shalat - 
yang pada mereka menyejukkan mataku." Sungguh, hal-hal dinisbahkan 
kepadanya, setelah hal-hal itu sirna darinya, sebagaimana telah kami 
isyaratkan. Allah berfirman: "Aku bersama orang-orang yang patah hati 
demi Aku."
Allah Yang Maha Tinggi takkan besertamu, sampai 
kedirianmu sirna. Dan bila kedirianmu telah sirna, dan kau abaikan 
segala sesuatu, kecuali Dia, maka Allah menyegarbugarkan kamu, dan 
memberimu kekuatan baru, yang dengan itu, kau berkehendak. Bila di dalam
 dirimu masih juga terdapat noda terkecil pun, maka Allah meremukkanmu 
lagi, hingga kau senantiasa patah-hati. Dengan cara begini Ia terus 
menciptakan kemauan baru di dalam dirimu, dan bila kedirian masih 
maujud, maka Dia hancurkan lagi, sampai akhir hayat dan bertemu (liqa') 
dengan Tuhan. Inilah makna firman Allah: " Aku bersama orang-orang yang 
putus asa demi Aku, " Dan makna kata: "Kedirian masih maujud" ialah 
kemasih-kukuhan dan kemasih puasan dengan keinginan-keinginan barumu. 
Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman kepada Nabi Suci saw: 
"Hamba-Ku yang beriman senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku, dengan 
mengerjakan shalat-shalat sunnah yang diutamakan, sehingga Aku 
mencintainya, dan apabila Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi 
telinganya, dengannya ia mendengar, dan menjadi matanya, dengannya ia 
melihat, dan menjadi tangannya, dengannya ia bekerja, dan menjadi 
kakinya, dengannya ia berjalan." Tak diragukan lagi, beginilah keadaan 
fana.
Maka Dia menyelamatkanmu dari kejahatan makhluq-Nya, dan 
menenggelamkanmu ke dalam samudera kebaikanNya; sehingga kau menjadi 
pusat kebaikan, sumber rahmat, kebahagiaan, kenikmatan, kecerahan, 
kedamaian, dan kesentosaan. Maka fana (penafian diri) menjadi tujuan 
akhir, dan sekaigus dasar perjalanan para wali. Para wali terdahulu, 
dari berbagai maqam, senantiasa beralih, hingga akhir hayat mereka, dari
 kehendak pribadi kepada kehendak Allah. Karena itulah mereka disebut 
badal (sebuah kata yang diturunkan dari badala, yang bererti: berubah). 
Bagi pribadi-pribadi ini, menggabungkan kehendak pribadi dengan kehendak
 Allah, adalah suatu dosa.
Bila mereka lalai, terbawa oleh tipuan
 perasaan dan ketakutan, maka Allah Yang Maha Besar menolong mereka 
dengan kasih sayangNya, dengan mengingatkan mereka sehingga mereka sadar
 dan berlindung kepada Tuhan, karena tidak satu pun mutlak bersih dari 
dosa kehendak, kecuali para malaikat. Para malaikat senantiasa suci 
dalam kehendak, para Nabi senantiasa terbebas dari kedirian, sedang para
 jin dan manusia yang dibebani pertanggung jawaban moral, tidak 
terlindungi. Tentu, para wali terlindung dari kedirian, dan para badal 
dari kekotoran kehendak. Kendati mereka tidak bisa dianggap terbebas 
dari dua keburukan ini, karena mungkin bagi mereka berkecenderung kepada
 dua kelemahan ini, tapi Allah melimpahkan rahmatNya dan menyadarkan 
mereka.
Keluarlah
 dari kedirian, jauhilah dia, dan pasrahkanlah segala sesuatu kepada 
Allah, jadilah penjaga pintu hatimu, patuhilah senantiasa 
perintah-perintah-Nya, hormatilah larangan-larangan-Nya, dengan 
menjauhkan segala yang diharamkan-Nya. Jangan biarkan kedirianmu masuk 
ke dalam hatimu, setelah keterbuanganmu. Mengusir kedirian dari hati, 
haruslah disertai pertahanan terhadapnya, dan menolak pematuhan 
kepadanya dalam segala keadaan. Mengizinkan ia masuk ke dalam hati, 
berarti rela mengabdi kepadanya, dan berintim dengannya. Maka, jangan 
menghendaki segala yang bukan kehendak Allah. Segala kehendak yang bukan
 kehendak Allah, adalah kedirian, yang adalah rimba kejahilan, dan hal 
itu membinasakanmu, dan penyebab keterasingan dari-Nya. Karena itu, 
jagalah perintah Allah, jauhilah larangan-Nya, berpasrahlah selalu 
kepada-Nya dalam segala yang telah ditetapkan-Nya, dan jangan sekutukan 
Dia dengan sesuatu pun. Jangan berkehendak diri, agar tak tergolong 
orang-orang musyrik. Allah berfirman: "Barang siapa mengharap penjumpaan (liqa') dengan Tuhannya, maka hendaklah mengerjakan amal saleh dan tidak menyekutukanNya." (QS 18.Al Kahfi: 110)
Kesyirikan
 tidak hanya penyembahan berhala. Pemanjaan nafsu jasmani, dan 
menyamakan segala yang ada di dunia dan akhirat dengan Allah, juga 
syirik. Sebab selain Allah adalah bukan Tuhan. Bila kau tenggelamkan 
dalam sesuatu selain Allah berarti kau menyekutukan-Nya. Oleh sebab itu,
 waspadalah, jangan terlena. Maka dengan menyendiri, akan diperolehi 
keamanan. Jangan menganggap dan mengklaim segala kemaujudan atau 
maqam-mu, berkat kau sendiri. Maka, bila kau berkedudukan, atau dalam 
keadaan tertentu, jangan membicarakan hal itu kepada orang lain. Sebab 
dalam perubahan nasib yang terjadi dari hari ke hari, keagungan Allah 
mewujud, dan Allah mengantarai hamba-hambaNya dan hati-hati mereka. 
Bisa-bisa yang kau percakapkan, sirna darimu, dan yang kau anggap abadi,
 berubah, hingga kau dimalukan di hadapan yang kau ajak bicara. 
Simpanlah pengetahuan ini dalam lubuk hatimu, dan jangan perbincangkan 
dengan orang lain. Maka jika hal itu terus maujud, maka hal itu akan 
membawa kemajuan dalam pengetahuan, nur, kesadaran dan pandangan. Allah 
berfirman: "Segala
 yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan terlupakan, Kami datangkan yang 
lebih baik daripadanya, atau yang sepertinya. Tidakkah kamu ketahui 
bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS 2.Al Baqarah: 106)
Jangan
 menganggap Allah tak berdaya dalam sesuatu hal, jangan menganggap 
ketetapan-Nya tidak sempurna, dan jangan sedikit pun ragu akan 
janji-Nya. Dalam hal ini ada sebuah contoh luhur dalam Nabi Allah. 
Ayat-ayat dan surah-surah yang diturunkan kepadanya, dan yang 
dipraktekan, dikumandangkan di masjid-masjid, dan termaktub di dalam 
kitab-kitab. Mengenai hikmah dan keadaan rohani yang dimilikinya, ia 
sering mengatakan bahwa hatinya sering tertutup awan, dan ia berlindung 
kepada Allah tujuh puluh kali sehari. Diriwayatkan pula, bahwa dalam 
sehari ia dibawa dari satu hal ke hal lain sebanyak seratus kali, sampai
 ia berada pada maqam tertinggi dalam kedekatan dengan Allah. Ia 
diperintahkan untuk meminta perlindungan kepada Allah, karena 
sebaik-baik seorang hamba yaitu berlindung dan berpaling kepada Allah. 
Karena, dengan begini, ada pengakuan akan dosa dan kesalahannya, dan 
inilah dua macam mutu yang terdapat pada seorang hamba, dalam segala 
keadaan kehidupan, dan yang dimilikinya sebagai pusaka dari Adam as., 
'bapak' manusia, dan pilihan Allah.
Berkatalah Adam a.s.: "Wahai 
Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau 
tidak mengampuni kami, dan merahmati kami, niscaya kami akan termasuk 
orang-orang yang merugi." (QS. 7.Al-A'raaf: 23). Maka turunlah kepadanya
 cahaya petunjuk dan pengetahuan tentang taubat, akibat dan tentang 
hikmah di balik peristiwa ini, yang takkan terungkap tanpa ini; lalu 
Allah berpaling kepada mereka dengan penuh kasih sayang, sehingga mereka
 bisa bertaubat.
Dan Allah mengembalikannya ke hal semua, dan 
beradalah ia pada peringkat wilayat yang lebih tinggi, dan ia dikaruniai
 maqam di dunia dan akhirat. Maka menjadilah dunia ini tempat 
kehidupannya dan keturunannya, sedang akhirat sebagai tempat kembali dan
 tempat peristirahatan abadi mereka. Maka, ikutilah Nabi Muhammad Saw., 
kekasih dan pilihan Allah, dan nenek moyangnya, Adam, pilihan-Nya - 
keduanya adalah kekasih Allah - dalam hal mengakui kesalahan dan 
berlindung kepada-Nya dari dosa-dosa, dan dalam hal bertawadhu' dalam 
segala keadaan kehidupan.
Bila
 kau berada dalam hal tertentu, jangan mengharapkan hal yang lain, baik 
yang lebih tinggi maupun yang lebih rendah. Jadi bila kau berada di 
pintu gerbang istana Raja, jangan berkeinginan untuk masuk ke istana 
itu, kecuali terpaksa. Yang dimaksud dengan terpaksa ialah diperintah 
terus-menerus. Dan jangan menganggapnya sebagai izin masuk, karena 
mungkin saja Raja menjebakmu. Tapi, bersabarlah, sampai kau benar-benar 
dipaksa memasukinya oleh sang Raja. Dengan demikian, sang Raja takkan 
menghukummu, karena Dia sendiri menghendakinya. Jika kau toh dihukum, 
tentu disebabkan oleh keburukan kehendak, kerakusan, ketaksabaran, 
kekurang ajaran, dan keinginanmu untuk berpuas dengan keadaan 
kehidupanmu. Bila kau harus masuk ke dalamnya karena terpaksa, masuklah 
dengan penuh ketenangan dan ketundukan pandangan, bersikaplah yang layak
 dan indahkanlah semua perintah-Nya dengan sepenuh jiwa tanpa 
mengharapkan kemajuan dalam tingkat kehidupan. Allah berfirman kepada 
Rasul pilihan-Nya : "Dan janganlah engkau tujukan kedua matamu kepada 
yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka sebagai 
hiasan hidup, untuk Kami uji mereka dengannya. Dan karunia Tuhanmu lebih
 baik dan abadi." (QS 20. Thaahaa: 131)
Dengan firman-Nya: "Dan 
karunia Tuhanmu lebih baik dan abadi". Allah memperingatkan Nabi 
pilihan-Nya, agar menghargai hal yang ada, dan mensyukuri 
karunia-karunia-Nya. Dengan kata lain, perintah ini adalah sebagai 
berikut: "Segala yang telah Aku karuniakan kepadamu - kebaikan, 
kenabian, ilmu, keridhaan, kesabaran, kerajaan agama, dan jihad di 
jalanKu - lebih baik dan lebih berharga di banding semua yang Kuberikan 
kepada yang lain." Jadi, segala kebaikan terletak pada menghargai dan 
mensyukuri keadaan yang ada, dan menghindarkan selainnya, karena hal 
semacam itu merupakan ujian dari-Nya. Jadi bila sesuatu telah 
ditentukan-Nya bagimu, tentu sesuatu itu akan datang kepadamu, suka atau
 tidak suka. Karenanya, sungguh tak patut, bila kekurang layakan dan 
kerakusan terwujud padamu, kedua-duanya tertolak oleh akal dan ilmu. Dan
 jika sesuatu itu ditakdirkan-Nya bagi orang lain, mengapa kau bersusah 
payah meraih sesuatu yang tak bisa kau raih? Dan jika sesuatu tak 
diturunkan-Nya kepada siapapun, hanya sebagai ujian, mana mungkin 
seorang arif menyukainya dan berupaya keras meraih itu? Terbuktilah, 
bahwa seluruh kebaikan dan keselamatan terletak pada menghargai keadaan 
yang ada. Maka, bila kau dinaikkan ke tingkat atas, sampai ke atap 
istana, maka kau sebagaimana telah kami nyatakan, mesti sadar diri, 
tenang, dan berlaku baik. Kau mesti berbuat lebih dari ini, sebab kau 
kini lebih dekat kepada sang Raja, dan lebih dekat kepada mara bahaya.
Maka,
 jangan menginginkan perubahan keadaan yang ada padamu. Nah, kau tak 
punya pilihan dalam masalah ini, sebab hal itu mendorong ketidak 
bersyukuran atas rahmat-rahmat yang ada, dan cita semacam ini menjadikan
 terhina, baik di dunia maupun di akhirat. Maka berlakulah sebagamana 
yang telah kami nasehatkan kepadamu, sampai kau dikaruniai oleh Allah 
maqam yang teguh, dan takkan tergoyahkan dengan segala tanda dan 
isyaratnya. Karena itu, tambatkanlah padanya dan jangan biarkan dirimu 
lepas darinya. (Keadaan perubahan rohani) adalah milik para wali, sedang
 maqam (peringkat rohani) adalah milik para badal.
KehendakNya
 terwujud, secara kasyaf (penglihatan rohani) dan musyahida 
(pengalaman-pengalaman rohani), pada para wali dan badal, yang tak 
terjangkau nalar manusia dan kebiasaan. Perwujudan ini terbentuk: jalal 
(keagungan), dan jamal (keindahan). Jalal menghasilkan kegelisahan, 
pemahaman yang menggundahkan, dan sedemikian menguasai hati, sehingga 
gejala-gejalanya tampak pada jasmani. Diriwayatkan bila Rasulullah 
shalat, dari hatinya terdengar gemuruh, bak air mendidih di dalam ketel,
 karena intensitas ketakutan yang timbul dari penglihatan beliau akan 
Kekuasaan dan KebesaranNya. Diriwayatkan bahwa pilihan Allah, Nabi 
Ibrahim as dan Umar sang Khalifah ra, juga mengalami keadaan yang 
serupa.
Mengalami perwujudan keindahan Ilahi merupakan 
refleksiNya pada hati manusia yang mewujudkan nur, keagungan, kata-kata 
manis, ucapan penuh kasih-sayang, dan kegembiraan atas kelimpahan 
karuniaNya, maqam yang tinggi, dan keakraban denganNya -- yang kepadaNya
 segala urusan mereka kembali -- dan atas takdir yang telah 
ditetapkanNya jauh di masa lampau. Inilah karunia dan rahmatNya, dan 
pengukuhan atas mereka di dunia ini, sampai waktu tertentu. Ini 
dilakukan agar mereka tidak melampaui kadar cinta yang layak dalam 
keinginan mereka akan hal itu, dan karenanya, hati mereka takkan 
berputus asa, kendati mereka jumpai berbagai hambatan atau bahkan 
terkulaikan oleh hebatnya ibadah mereka sampai datangnya kematian. Ia 
melakukan ini berdasarkan kelembutan, kasih sayang dan kehormatan, juga 
untuk melatih agar hati mereka lembut, karena Dia bijaksana, mengetahui,
 lembut terhadap mereka. Diriwayatkan, bahwa Nabi saw. Sering berkata 
kepada Hadhrat Bilal sang muadzin: "Wahai Bilal, gembirakanlah hati 
kami," Maksud beliau, hendaklah ia serukan azan agar beliau bisa shalat,
 agar merasakan perwujudan-perwujudan rahmat Ilahi, sebagaimana telah 
kita bicarakan. Itulah sebabnya Nabi saw bersabda: "Dan mataku sejuk, 
bila aku shalat."
Sungguh
 tiada sesuatu, kecuali Allah, sedang dirimu adalah tandanya. Kedirian 
manusia bertentangan dengan Allah. Segala suatu patuh kepada Allah dan 
milik Allah, demikian pula dengan kedirian manusia, sebagai makhluk 
sekaligus milikNya. Kedirian manusia itu pongah, darinya tumbuh 
dambaan-dambaan palsu. Nah, jika kau menyatu dengan kebenaran, dengan 
menundukkan dirimu sendiri, maka kau menjadi milik Allah dan menjadi 
musuh dirimu sendiri. Allah telah bersabda kepada Nabi Daud as: "Wahai 
Daud, Akulah tujuan hidupmu, yang tidak mungkin kau elakkan. Karenanya 
berpegang teguhlah kepada tujuan yang satu ini; beribadahlah 
sebenar-benarnya, sampai kau menjadi lawan keakuanmu, semata-mata karena
 Aku." Maka keakrabanmu dengan Allah dan pengabdianmu kepadaNya menjadi 
kenyataan. Lalu kau peroleh bagianmu yang suci sungguh menyenangkan. 
Dengan demikian kau dicintai dan terhormat, dan segala sesuatu mengabdi 
dan takut kepadamu, karena semua tunduk kepada Tuhan mereka, dan selaras
 denganNya, karena Dia adalah Pencipta mereka, dan mereka mengabdi 
kepadaNya.
Firman Allah: "Dan tak ada sesuatu pun melainkan 
bartasbih memujiNya, tetapi kamu tak mengerti tasbih mereka." (QS 
17:44). Maka segala sesuatu di alam raya ini menyadari keridhaanNya, dan
 mentaati perintah-perintahNya. Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Agung 
berfirman: "Lalu Ia berkata kepadanya dan kepada bumi, 'Hendaklah kamu 
berdua datang dengan suka ataupun terpaksa', Keduanya menjawab, 'Kami 
datang dengan suka hati.'" (QS 41:11). Jadi, segala pengabdian kepadaNya
 terletak pada penentangan terhadap kedirian. Allah berfirman: "Dan 
janganlah engkau turuti hawa nafsumu, karena ia akan menyesatkanmu dari 
jalan Allah." (QS 38:26). Ia juga berfirman: "Hindarilah hawa nafsumu, 
karena sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang menentangKu di seluruh 
kerajaanKu, kecuali nafsu jasmani manusia." Suatu ketika Abu Yazid 
Bustami bermimpi bertemu Allah, dan bertanya kepadaNya: "Bagaimana cara 
menjumpaiMu ?" JawabNya: "Buanglah keakuanmu dan berpalinglah kepadaKu".
 "Lalu", lanjut sang Sufi, "aku keluar dari diriku bagai seekor ular 
keluar dari selongsong tubuhnya." Jadi, segala kebajikan terletak pada 
memerangi kedirian dalam segala hal dan segala keadaan. Karena itu, jika
 berada pada kesalehan, tundukkanlah kedirian, hingga kau terbebas dari 
hal-hal terlarang dan syubhah *) dari pertolongan mereka, dari 
ketergantungan kepada mereka, dari rasa takut terhadap mereka atau dari 
rasa iri terhadap milikan duniawi mereka. (* Syubhah: sesuatu yang 
meragukan tentang halal atau haramnya). Lalu jangan mengharapkan sesuatu
 dari mereka, baik hadiah, kemurahan, atau pun sedekah. Karenanya bila 
kau bergaul dengan orang kaya, jangan mengharapkan kematiannya demi 
mewarisi hartanya,. Maka, bebaskanlah dirimu dari ikatan makhluk, dan 
anggaplah mereka itu pintu gerbang yang membuka dan menutup., atau pohon
 yang kadang berbuah dan kadang tidak. Ketahuilah, peristiwa semacam itu
 terjadi oleh satu pelaksana, dirancang oleh satu perancang, dan Dialah 
Allah, sehingga kau beriman pada Keesaan Allah.
Jangan pula 
melupakan upaya manusiawi, agar tidak menjadi korban keyakinan kaum 
fatalis (Jabariyyah), dan yakinlah bahwa tidak satu pun terwujud, 
kecuali atas izin Allah Ta'ala. Karena itu, jangan Anda puja upaya 
manusiawi, karena yang demikian ini melupakan Tuhan, dan jangan berkata 
bahwa tindakan-tindakan manusia berasal dari sesuatu. Bila demikian, 
berarti kau tidak beriman, dan termasuk dalam golongan Qadariyyah. 
Hendaknya kau katakan, bahwa segala aksi makhluk adalah milik Allah, 
inilah pandangan yang telah diturunkan kepada kita lewat 
keterangan-keterangan yang berhubungan dengan masalah pahala dan 
hukuman.
Dan laksanakan perintah-perintah Allah yang berkenaan 
dengan mereka (manusia), dan pisahkanlah bagianmu sendiri dari mereka 
dengan perintahNya pula, dan jangan melampaui batas ini, karena hukum 
Allah itu pasti menentukanmu dan mereka; jangan menjadi penentu diri 
sendiri. Kemaujudanmu bersama mereka merupakan takdirNya. TakdirNya 
merupakan 'kegelapan', maka masukilah 'kegelapan' ini dengan pelita 
sekaligus penentu; yaitu Kitab Allah (Al Qur'an) dan Sunnah Rasul. 
Jangan tinggalkan kedua-duanya. Tapi bila di dalam fikiranmu melintas 
suatu gagasan, atau kau menerima ilham, maka tundukkanlah mereka kepada 
Kitab Allah dan Sunnah Rasul.
Bila kau dapati larangan dari Al 
Qur'an dan Sunnah Rasul tentang yang terlintas pada benakmu dan yang kau
 terima melalui ilham, maka kau mesti menjauhi gagasan dan ilham seperti
 itu. Yakinilah bahwa gagasan dan ilham itu berasal dari setan yang 
terlaknat. Dan jika Kitab Allah dan Sunnah Rasul membolehkan gagasan dan
 ilham itu - seperti pemenuhan keinginan-keinginan yang dibolehkan 
hukum, seperti makan, minum, berpakaian, menikah, dan lain-lain - maka 
jauhilah pula gagasan dan ilham itu, jangan menerimanya. Ketahuilah, hal
 itu merupakan dorongan hewanimu, karenanya, tentanglah dan musuhilah 
hal itu.
Bila kau dapati tiadanya larangan atau pembolehan di 
dalam Kitab Allah dan Sunnah Rasul, tentang yang kau terima, dan kau tak
 mengerti -semisal kau diminta pergi ke tempat tertentu, atau menemuhi 
seseorang yang saleh, padahal melalui karunia ilmu dan pencerahan dari 
Allah kepadamu, kau tak perlu pergi ke tempat itu, atau menemui si orang
 saleh itu maka bersabarlah, jangan dulu melakukan sesuatu, dan 
bertanyalah kepada dirimu sendiri: "Benarkah ini ilham dari Allah dan 
mesti aku laksanakan ?" Adalah Sunnah Allah, mengulang-ulang ilham 
semacam itu, dan memerintahkanmu untuk segera berupaya atau menyibakkan 
isyarat semacam itu bagi para ahli hikmah - suatu isyarat yang hanya 
bisa dimengerti oleh para wali yang arif dan para badal yang teguh. 
Karena itu, kau mesti tidak segera berbuat, sebab kau tak tahu akibat 
dan tujuan akhir urusan, cobaan, bahaya dan sesuatu rencana ghaib 
dariNya.
Maka bersabarlah, sampai Allah Sendiri melakukannya 
bagimu. Bila tindakan itu atas kehendakNya, dan kau diantarkan ke maqam 
itu, maka bila cobaan menghadangmu, kau akan melewatinya dengan selamat,
 karena Allah tidak akan menghukummu atas tindakan yang dikehendakiNya 
sendiri, namun Ia akan menghukummu atas keterlibatan langsungmu dalam 
kemaujudan suatu hal.
Mentaati perintah itu meliputi dua hal. 
Pertama, mengambil dari sarana penghidupan duniawi sebatas keperluanmu, 
dan mesti menghindari segala pemanjaan kesenangan jasmani, rampungkanlah
 semua tugas-tugasmu, dan ikatlah dirimu kepada penghalauan segala dosa,
 yang nyata dan yang tersembunyi. Kedua, berhubungan dengan 
perintah-perintah tersembunyi, yakni Allah tak menyuruh hambaNya untuk 
mengerjakan sesuatu, dan tak pula melarangnya. Perintah seperti ini 
berkaitan dengan hal-hal yang padanya tidak ada hukum yang jelas; yakni 
hal-hal yang tak tergolong terlarang dan tidak terwajibkan, dengan kata 
lain 'tak jelas', yang di dalamnya manusia diberi kebebasan penuh untuk 
bertindak, dan hal ini disebut mubah. Dalam hal ini tidak boleh 
mengambil prakarsa, tetapi menunggu perintah yang berhubungan dengannya.
 Bila menerima perintah itu, ia taati. Dengan demikian semua gerak dan 
diamnya menjadi demi Allah.
Jika ada kejelasan hukumnya, ia 
bertindak selaras dengannya. Bila tak ada kejelasan hukumnya, ia 
bertindak atas dasar perintah-perintah tersembunyi. Melalui ini, ia 
menjadi seteguh orang memperolehi hakikat. Bila kau telah sampai pada 
kebenarannya kebenaran, yang disebut pencelupan (mahwu) atau peleburan 
(fana), berarti kau berada pada maqam badal yang patah hati demi Dia, 
suatu keadaan yang dimiliki muwahhid, orang yang tercerahkan rohaninya, 
orang arif, yang  amir para amir, pengawas dan pelindung umat, khalifah 
dari Yang Maha Pengasih, kepercayaanNya (alaihimussalam).
Untuk 
mentaati perintah, kau harus melawan kedirianmu, dan bebas dari 
ketergantungan kepada segala kemampuan dan kekuatan, dan mutlak harus 
terhindar dari segala kemauan dan tujuan duniawi dan ukhrawi. Dengan 
demikian, kau menjadi abdi Sang Raja, bukan abdi kerajaanNya, bukan abdi
 perintahNya, bukan pula abdi kedirian. Kau seperti bayi dalam asuhan 
alam, atau mayat yang dimandikan, atau pesakit tak sadarkan diri di 
hadapan sang doktor, dalam segala hal yang berada di luar wilayah 
perintah dan larangan.
Apabila
 timbul di dalam benakmu keinginan untuk menikah, padahal kau fakir dan 
miskin, dan kau tak mampu memenuhinya, maka bersabarlah dan berharaplah 
senantiasa akan kemudahan dari-Nya, yang membuatmu berkeinginan seperti 
itu, atau yang mendapati keinginan semacam itu di dalam hatimu, niscaya 
Ia akan menolongmu, (entah dengan menghilangkan keinginan itu darimu) 
atau dengan memudahkanmu menanggung beban hidupmu itu, dengan 
mengkaruniaimu kecukupan, mencerahkanmu dan memudahkanmu di dunia dan 
akhirat. Lalu Allah akan menyebutmu sabar dan mau bersyukur, karena 
kesabaranmu dan keridhaanmu atas ketentuan-Nya. Maka ditingkatkan-Nya 
kesucian dan kekuatanmu. Dan Allah berjanji untuk senantiasa menambah 
karunia-Nya atas orang-orang yang bersyukur, sebagaimana firman-Nya : 
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) 
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya 
azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)
Maka bersabarlah, 
tantanglah hawa nafsumu, dan berpegang teguhlah pada 
perintah-perintah-Nya. Ridhalah atas takdir Yang Maha Kuasa, dan 
berharaplah akan ridha dan karunia-Nya. Sungguh Allah sendiri telah 
berfirman: "Hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan menerima 
ganjaran mereka tanpa batas." (QS. Az Zumar : 10)
Apabila
 Allah Yang Maha Agung melimpahimu kekayaan, dan kekayaan itu 
memalingkanmu dari kepatuhan kepadaNya, niscaya Ia memisahkanmu dari Nya
 di dunia dan di akhirat. Mungkin juga Ia mencabut karuniaNya darimu, 
menjadikanmu papa dan melarat, sebagai hukuman atas kepalinganmu dari 
Sang Pemberi, dan keterpesonaanmu akan karuniaNya.
Tetapi, bila 
kau senantiasa patuh kepadaNya, dan tak terpengaruh oleh kekayaan itu, 
Allah akan menambahkan karuniaNya kepadamu, dan sedikit pun takkan 
menguranginya. Harta adalah abdimu, dan kau adalah abdi Sang Raja. 
Karena itu, hidup di dunia ini berada di bawah kasih sayangNya, dan 
hidup di akhirat terhormat dan abadi, bersama-sama para shiddiq, para 
syahid, dan para shaleh.
Jangan
 berupaya menjarah sesuatu rahmat, dan jangan pula berupaya menangkis 
datangnya sesuatu bencana. Rahmat akan datang kepadamu jika ia sudah 
ditakdirkan untukkmu, baik kau suka atau pun tidak suka. Bencana akan 
menimpamu, jika itu takdir bagimu, entah suka atau tidak suka, dan kau 
coba menangkisnya dengan do'a, atau menghadapinya dengan kesabaran dan 
keteguhan hati demi mendapatkan keridhaanNya.
Berpasrahlah dalam 
segala hal, agar Ia bertindak melalui dirimu. Jika itu suatu rahmat, 
bersyukurlah. Dan jika itu suatu bencana, bersabarlah, atau coba 
tumbuhkanlah kesabaran dan keterikatan dengan Allah dan keridhaanNya.
Atau
 coba rasakanlah rahmatNya di dalam bencana ini, atau menyatulah sedapat
 mungkin denganNya lewat hal ini, lewat semua sarana spiritual yang kau 
miliki. Di dalamnya, kau akan digerakkan dari satu maqam ke maqam yang 
lain dalam perjalananmu menuju Allah, yaitu dalam upaya mentaati dan 
berakrab dengan perintah sehingga kau dapat berjumpa dengan yang Maha 
Besar.
Lalu, kau ditempatkan di maqam yang sebelumnya telah 
dicapai oleh para Shiddiq, para syahid dan para shaleh. Maknanya, kau 
mencapai keakraban sedemikian rupa dengan Allah hingga memungkinkanmu 
melihat maqam orang-orang yang telah mendahuluimu menghadap Sang Raja, 
Penguasa Kerajaan yang Agung, dan orang-orang yang dekat denganNya dan 
telah menerima segala kenyamanan, kesenangan, keamanan, kehormatan dan 
rahmat dariNya.
Biarkanlah bencana itu datang, dan jangan 
rintangi jalannya. Jangan menghadapinya dengan doa. Jangan merasa gundah
 atas kedatangan dan penghampirannya, karena panas apinya tak lebih 
mengerikan daripada kobaran api neraka.
Mengenai manusia terbaik,
 dan yang terbaik di atas bumi, dan di kolong langit ini, Rasulullah 
Muhammad saw, diriwayatkan, bersabda: "Sungguh, api neraka akan berseru 
kepada orang-orang beriman 'Wahai mu'min, cepatlah berlalu karena 
cahayamu mematikan nyala apiku' "
Nah, bukanlah nur seorang 
mu'min yang mematikan nyala api neraka itu, adalah cahaya yang kita 
temui padanya di dunia ini, dan yang membedakan yang patuh kepada Allah 
dan yang kafir ? Cahaya inilah yang memadamkan kobaran bencana. Sedang 
kesejukan kesabaranmu dan kepatuhanmu kepada Allahlah yang memadamkan 
panas yang bakal menimpamu.
Jadi, bencana yang menimpamu bukanlah
 untuk menghancurkanmu, tapi mengujimu, mengukuhkan imanmu, menguatkan 
pilar-pilar keyakinanmu, dan memberimu secara rohani, kabar baik dariNya
 tentang kehendakNya atasmu. Allah berfirman : "Dan sesungguhnya Kami 
benar-benar akan menguji kalian agar Kami mengetahui orang-orang yang 
berjihad dan bersabar di antaramu; dan agar kami nyatakan hal ihwal 
kalian. " (QS: 47:31).
Nah, bila keimananmu dengan Allah terbukti
 dan sedemikian sesuai dengan ketentuanNya - dan hal ini berkat 
pertolonganNya - maka meski  kau tetap bersabar, serasi denganNya dan 
penuh taat kepadaNya. Jangan biarkan segala pelanggaran terhadap 
perintah dan laranganNya, baik oleh dirimu sendiri maupun orang lain. 
Bila datang perintahNya, dengarkanlah dengan seksama dan segeralah 
melaksanakannya. Bertindaklah, jangan diam, jangan pasif di hadapan 
takdir Yang Maha Kuasa, tapi curahkanlah kekuatanmu dan berupayalah 
memenuhi perintah itu.
Jika kau tak mampu melaksanakan perintah 
itu, jangan membuang-buang waktu, segeralah kembali kepada Allah. 
Berlindunglah kepadaNYa, rendahkanlah dirimu di hadapanNYa, mohonlah 
ampunanNya. Coba carilah sebab ketakmampuanmu melaksanakan perintahNya, 
dan untuk terjauhkan dari berbangga atas kepatuhanmu kepadaNya. Mungkin 
ketakmampuanmu ini disebabkan oleh prasangka-prasangka buruk, atau oleh 
sikap tak layakmu dalam kepatuhanmu kepadaNya atau oleh kebanggaanmu, 
atau oleh kebertumpuanmu pada daya upayamu sendiri, atau oleh 
perbuatanmu sendiri menyekutukanNya dengan dirimu sendiri atau dengan 
makhlukNya. Akibatnya, Ia menjauhkanmu dari pintuNya dan menolak 
kepatuhanmu kepadaNYa. Lalu Ia tutup pintu pertolongan bagimu, Ia 
palingkan kemurahan wajahNya dari dirimu. Ia menjadi marah kepadaMu, dan
 menjauhkan diri darimu. DibiarkanNya, kau sibuk dengan cobaan-cobaanmu 
di dunia ini, dengan kedirianmu. Tidak taukah kau, bahwa hal ini 
membuatmu lupa akan Tuhanmu, dan menutupimu dari penglihatanNya, Ia yang
 telah menciptakanmu, memeliharamu, dan mengkaruniaimu sedemikian banyak
 ni'mat. Waspadalah agar segala sesuatu selain Allah ini tak 
memisahkanmu dariNya. Maka, jangan mengutamakan sesuatu selain Allah, 
sebab Dia menciptakanmu semata-mata untuk beribadah kepadaNya. Maka 
janganlah berlaku aniaya terhadap diri sendiri, sehingga disibukkan oleh
 segala yang bukan perintahNya. Yang demikian itu, menjerumuskanmu ke 
dalam api neraka yang bahan bakarnya manusia dan bebatuan, dan kau pasti
 menyesal, tapi penyesalanmu tiada berguna dan kau berdalih, tapi tiada 
dalih yang diterima. Kau menangis minta pertolongan, tapi takkan ada 
pertolongan. Kau coba menyenangkan Allah, tapi sia-sia.
Kau minta
 dikembalikan ke dunia, untuk mempersiapkan bekal dan menebus kesalahan,
 tapi sia-sia. Kasihanilah dirimu, dan gunakanlah segala sarana untuk 
mengabdi kepada Tuhanmu, seperti akalmu, keimananmu, kecerahan rohanimu,
 dan ilmu yang dikaruniakan kepadamu. Dan berupayalah menerangi 
lingkunganmu dengan cahaya ini semua di tengah-tengah kehampaan tujuan. 
Pegang teguhlah semua perintah dan larangan Allah, dan lewatilah, di 
bawah petunjuk keduanya, jalan menuju Tuhanmu, Ia yang telah menciptakan
 dan menumbuhkanmu. Jangan kufur ni'mat kepadaNya, Ia yang telah 
menciptakanmu dari debu, dan dari setitis mani dijadikanNya kau seorang 
manusia sempurna. Janganlah menghendaki yang bukan perintahNya, dan 
jangan menganggap sesuatu itu buruk, bila tak tegas-tegas diharamkanNya.
 Bila kau serasi dengan perintahNya, seluruh makhluk hormat kepadamu. 
Bila kau menghinakan segala yang dilarang oleh Allah, maka segala yang 
tak nampak lari menjauhimu, di manapun kau berada. Allah telah berfirman
 : " Wahai bani Adam, Akulah Allah, tak ada ilah (sesembahan) selain 
Aku. Bila Aku katakan 'Jadilah', maka ia akan maujud. Patuhilah Aku, 
maka akan Kusempurnakan kamu, sehingga bila kau berkata 'Jadilah', ia 
akan maujud. "
"Wahai bumi, hormatilah orang-orang yang memujiku, dan susahkanlah orang-orang yang memujamu."
Maka,
 bila datang sesuatu yang diharamkanNya, berlakulah bagai seorang yang 
lunglai sendi-sendi tulangnya, yang kehilangan kekuatan jasmaninya, yang
 remuk hatinya, yang tak bergairah, yang terlepas dari pesona-pesona 
duniawi dan dari segala nafsu hewani, bak pelataran gelap nan tak 
terurus, bak gedung tak berpenghuni yang atapnya sudah jebol, yang di 
dalamnya tidak ada jejak-jejak kemaujudan hewani. Berlakulah bagai 
seorang tuli sejak lahir, bagai seorang buta sejak lahir, seakan bibirmu
 penuh bengkak nan ngeri, seakan lidahmu bisu dan kasar, seakan gigimu 
bernanah penuh nyeri dan tanggal, seakan kedua tanganmu lumpuh dan tak 
kuasa memegang sesuatupun, seakan kakimu gemetar dan penuh luka, seakan 
kemaluanmu lumpuh seolah perutmu kekenyangan, seakan akalmu gila, dan 
tubuhmu seakan mayat tengah diangkut ke kubur.
Maka, kau mesti 
segera mendengarkan dan menunaikan semua perintahNya, sebagaimana kau 
mesti enggan tak berghairah terhadap semua yang diharamkanNya, dan 
berlaku bagai mayat, pasrahlah terhadap ketentuanNya. Nah, teguklah 
sirup ini, ambillah obat ini, dan aturlah makanmu, agar kau terbebas 
dari kedirian, sembuhkanlah dirimu dari segala penyakit dosa, dan 
lepaskanlah dirimu dari belenggu nafsu, dan dengan demikian 
terperbaruilah dirimu menjadi pribadi yang rohaninya sehat dan sempurna.
Wahai
 budak nafsu! Jangan mengkalim bagi dirimu sendiri maqam para rabbani. 
Kau adalah pemuja nafsu, sedang mereka adalah penyembah Allah. Dambaanmu
 adalah dunia, sedang dambaan mereka adalah akhirat. Matamu hanya 
melihat dunia ini, sedang mata mereka melihat Tuhan bumi dan langit. Kau
 pencinta ciptaan, sedang mereka pencinta Allah. Hatimu terpaut pada 
yang di bumi, sedang hati mereka terpaut pada Tuhan Arsy. Kau adalah 
korban segala yang kau lihat, sedang mereka tak melihat segala yang kau 
lihat. Mereka hanya melihat sang Pencipta segalanya, yang tak mungkin 
terlihat (oleh mata-mata ini). Orang-orang ini meraih tujuan hidup 
mereka, dan keselamatan mereka terjamin, sedang kau tetap menjadi korban
 nafsu duniawi.
Orang-orang ini lepas dari ciptaan, nafsu duniawi
 dan kedirian. Dengan demikian, mereka melicinkan jalan bagi 
penghampiran mereka kepada Tuhan Yang Maha besar, yang menganugerahi 
mereka kekuatan untuk meraih kemaujudan yang baik; kepatuhan kepada 
Tuhan. Inilah ridha Allah, yang dianugerahkan-Nya kepada yang 
dikehendaki-Nya. Mereka jadikan taat dan pemujaan sebagai kewajiban 
mereka, dan kukuh dalam keduanya dengan bantuan-Nya tanpa mengalami 
kesulitan. Maka kepatuhan, dapat dikatakan, menjadi jiwa dan keseharian 
mereka.
Akhirnya, dunia menjadi rahmat dan menyenangkan bagi 
mereka, bagai syurga layaknya. Sebab, bila mereka melihat sesuatu, 
mereka melihat di balik sesuatu itu penciptaan-Nya. Maka orang-orang ini
 memberi daya kepada bumi dan langit dan menyenangkan bagi yang mati dan
 yang hidup. Karena Tuhan mereka telah menjadikan mereka pasak bumi. 
Mereka bagai gunung-gunung yang berdiri kukuh. Orang-orang ini adalah 
yang terbaik di antara yang telah diciptakan dan ditebarkan-Nya di dunia
 ini. Semoga kedamaian dari Allah melimpahi mereka, juga salam dan 
rahmat-Nya, selama bumi dan langit maujud.
Aku
 melihat dalam mimpi seolah aku berada di suatu tempat seperti masjid, 
yang di dalamnya ada beberapa orang menjauh dari manusia-manusia lain. 
Aku berkata kepada diriku: "Jika si anu hadir di sini, tentu ia bisa 
mendisiplinkan orang-orang ini, dan memberi mereka petunjuk yang benar, 
dan seterusnya", lalu terbayang olehku seorang yng saleh tengah 
dikerumuni mereka, dan salah seorang dari mereka bertanya: "Kenapa Anda 
diam ?" Jawabku: "Jika kalian berkenan, aku akan bicara". Lanjutku, 
"Jika kalian menjauh dari orang-orang demi kebenaran, jangan meminta 
sesuatu pun dengan lidah kepada manusia. Jika kau berhenti meminta 
secara demikian, maka jangan meminta sesuatu pun kepada mereka, harta di
 dalam benak, sebab meminta di dalam benak sama saja dengan meminta 
dengan lidah. Dan ketahuilah, setiap hari Allah selalu kuasa mungubah, 
mengganti, meninggikan dan merendahkan (orang-orang). Ia naikkan derajat
 beberapa orang. Lalu, mereka yang telah dinaikkan-Nya ke derajat 
tertinggi, diancam-Nya bahwa Ia bisa menjatuhkan mereka ke derajat 
terendah, dan diberi-Nya mereka harapan bahwa Ia akan memelihara mereka 
di tempat terpuji itu. Sedang mereka yang telah dilemparkan-Nya ke 
derajat terendah, diancam-Nya dengan kehinaan nan abadi, dan diberi-Nya 
mereka harapan dinaikkan ke derajat tertinggi." Kemudian aku terjaga 
dari mimpiku.
Tidak
 ada yang menjauhkanmu dari ridha dan rahmat-Nya, kecuali 
ketergantunganmu kepada manusia, sarana-sarana keterampilan, akal dan 
perolehan. Manusia termasuk penghalang bagimu dalam mencari rezeki yang 
sesuai dengan sunnah Rasul, semisal bekerja mencari nafkah. Selama 
bergantung pada manusia, selama itu pula kau mengharapkan kesudian dan 
huluran tangan mereka, bahkan kau meminta dengan bersedih hati di depan 
pintu rumah mereka. Perbuatan seperti ini termasuk syirik, karena kau 
menyekutukan Ia dengan makhluk-Nya. Setimbal dengan (dosa besarmu) itu, 
kau dihukum dengan pencabutan sumber rezekimu, semisal kehilangan 
pekerjaan yang halal. Bila kau campakkan ketergantungan dan pengemisanmu
 kepada mereka dan berlindung kepada mata pencarianmu, hidup dengannya, 
dan lupalah kamu akan ridha Allah, maka hal ini juga termasuk syirik, 
malah lebih berbahaya dari yang pertama, karena kemusyrikan semacam ini 
halus sekali sehingga sulit dilihat. Tentu, Allah akan menghukummu atas 
kedurhakaanmu ini, dengan makin menjauhkanmu dari ridha-Nya.
Bila
 telah berpaling dari kesesatan semacam itu, membuang jauh-jauh segala 
kemusyrikan dari kehidupan, dan mencampakkan semua ketergantungan kepada
 mata pencarian dan kemampuan diri, dan yakin hanya Dialah Pemberi 
Rezeki, Pencipta segala kemudahan, Pemberi kekuatan untuk mencari 
nafkah, Pemberi segala kebaikan, dan bahwa rezeki sepenuhnya berada di 
tangan-Nya, maka rezeki itu kadang dilimpahkan-Nya kepadamu melalui 
orang lain, kala kau mendapat musibah dan sedang berupaya mengatasinya. 
Kadang rezeki itu datang kepadamu melalui upahmu dari bekerja, kadang 
rezeki itu datang kepadamu melalui ridha-Nya, hingga kau tak melihat 
sebab dan perantaranya.
Nah, berpalinglah kepada-Nya, 
campakkanlah segera di hadapan-Nya kedirian, maka diangkat-Nya tabir 
penghalang antara kau dan ridha-Nya, dan dibuka-Nya pintu-pintu rezeki 
dengan ridha-Nya, seperti seorang doktor merawat pesakitnya - sebagai 
perlindungan-Nya atasmu, agar kau tak menyimpang. Sungguh Ia 
menyayangimu dengan limpahan ridha-Nya.
Nah, bila telah 
diusir-Nya dari hatimu kedirian dan kesenangan, maka tinggallah di sana 
kehendak-Nya semata. Lalu, bila Ia ingin memberikan bahagianmu kepadamu,
 yang tak mungkin lepas dari tanganmu, dan memang bukan hak orang lain, 
maka ditimbulkan-Nya di dalam hatimu keinginan untuk meraih bagianmu, 
dan diserahkan-Nya ke tanganmu kala kau membutuhkannya. Lalu, diberi-Nya
 kau kemampuan mensyukuri nikmat tersebut. Kau akan selalu 
disadarkan-Nya kepadamu sebagai bagianmu. Untuk itu, kau mesti 
menyadarinya dan bersyukur kepada-Nya. Semua ini meneguhkanmu dalam 
menjauhi manusia, dan mengosongkan hatimu dari segala selain Allah.
Bila
 hikmah ilmumu tinggi, keyakinanmu teguh, hatimu tercerahkan, maqam 
derajatmu makin dekat dengan-Nya, maka kau diberi-Nya kemampuan "melihat
 ke depan", sebagai tanda kerelaanmu dan sebagai penghargaan atas 
harkatmu. Ini hanyalah sebagian dari keridhaan-Nya, sebagai rahmat dan 
petunjuk-Nya. Allah telah berfirman: " Dan kami jadikan ia (al-Kitab) 
itu petunjuk bagi Bani Israil. Dan Kami jadikan di antara mereka itu, 
pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika 
mereka sabar, dan meyakini ayat-ayat kami." (QS.32:23-24). "Dan 
orang-orang yang berjihad demi Kami, sungguh akan Kami tunjukkan kepada 
mereka jalan-jalan Kami." (QS.29:69) Dan takutlah kepada Allah, niscaya 
Ia mengajarimu, dan memberimu kemampuan untuk mengawasi semesta alam, 
dengan izin yang jelas, yang tiada kegelapan di dalamnya, dan dengan 
tanda yang nyata, yang terang benderang bagai sang surya, dan dengan 
tutur kata yang manis, yang lebih menarik dari segala apa pun, dan 
dengan ilham yang benar, yang tidak sedikit pun mengandung kekaburan, 
yang bersih dari dorongan setan dan dari rayuan iblis yang terkutuk.
Allah berfirman:
"Wahai
 Bani Adam, Akulah Allah, tak sesuatu pun layak dipuja kecuali Daku. Aku
 berfirman 'Jadilah', ia pun akan maujud. Taatilah Aku, niscaya kau akan
 Kubuat sedemikian rupa, sehingga jika berseru 'jadilah', ia pun akan 
maujud." Dan Ia telah membuat ihwal serupa ini kepada 
beberapa Rasul-Nya, beberapa wali-Nya, dan orang-orang yang sangat 
diridhai-Nya di antara hamba-hamba-Nya.
Bila
 'bersatu' dengan Allah dan mencapai kedekatan dengan-Nya lewat 
pertolongan-Nya, maka makna hakiki 'bersatu' dengan Allah ialah berlepas
 diri dari makhluk dan kedirian, dan sesuai dengan kehendak-Nya, tanpa 
gerakmu, yang ada hanya kehendak-Nya. Nah, inilah keadaan fana 
(peleburan), dan dengannya itulah 'menunggal' dengan Tuhan. 'Bersatu' 
dengan Allah tentu tak sama dengan bersatu dengan ciptaan-Nya. Bukanlah 
Ia telah menyatakan: "Tak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan 
Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha melihat." (QS. 42:11)
Allah 
tak terpadani oleh semua ciptaan-Nya. 'Bersatu' dengan-Nya lazim dikenal
 oleh mereka yang mengalami kebersatuan ini. Pengalaman mereka 
berlainan, dan khusus bagi mereka sendiri.
Pada diri setiap 
Rasul, Nabi dan wali Allah, terdapat suatu rahasia yang tak dapat 
diketahui oleh orang lain. Sering terjadi, seorang murid menyimpan suatu
 rahasia yang tak diceritakannya kepada sang syaikh, dan sebaliknya sang
 syaikh kadang merahasiakan sesuatu yang tak diketahui si murid, 
walaupun mungkin suluk si murid sudah mendekati ambang pintu maqam 
rohani sang syaikh, ia terpisah dari syaikh-nya, dan Allahlah yang 
menjadi pembimbingnya. Allah memutuskan hubungannya dengan ciptaan.
Dengan
 demikian, sang syaikh menjadi bagai seorang inang pengasuh yang 
berhenti menyusui sang bayi setelah dua tahun. Tiada lagi baginya 
hubungan dengan ciptaan, setelah lenyapnya kedirian. Sang syaikh 
diperlukan, selama si murid masih terbelenggu kedirian, yang mesti 
dihancurkan. Tapi, begitu kelemahan manusiawi ini musnah, maka pada 
dirinya tak ada lagi noda dan kerosakan, dan ia tak lagi membutuhkan 
sang syaikh.
Jadi, bila sudah 'bersatu' dengan Allah sebagaimana 
yang digambarkan di atas, kau bersih dari segala selain Allah. Tak kau 
lihat lagi sesuatu pun kecuali Allah, di kala suka maupun duka, 
ketakutan maupun berharap, kau hanya menjumpai Dia, Allah SWT, yang 
patut kau takuti, yang layak kau mintai perlindungan-Nya. Nah, 
perhatikan senantiasa kehendak-Nya , dambakanlah perintah-Nya, dan 
patuhlah selalu kepadanya-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. Jangan 
biarkan hatimu tertambat pada salah satu ciptaan-Nya.
Pandanglah 
semua ciptaan bagai orang yang ditahan oleh Raja sebuah kerajaan besar, 
lalu sang raja merantai leher dan kedua lengannya, menyalibkannya pada 
sebatang pohon pinus yang berada di tebing sungai berarus deras, 
bergelombang dan amat dalam. Sementara itu sang Raja duduk di atas 
singgasana yang tinggi, bersenjatakan lembing, panah, dan berbagai 
senjata bidik. Lalu mulailah sang raja mengarahkan dan membidikkan salah
 satu senjata bidiknya kepada si tawanan. Dapatkah kita hargai orang 
yang melihat ini semua, dan memalingkan penglihatannya dari sang raja, 
sama sekali tak takut kepada raja itu, tak berharap kepadanya, tak iba 
kepada tawanan itu dan tak memohonkan ampunan untuknya? Bukankah, 
menurut pertimbangan akal sehat, orang semacam ini tergolong tolol, 
gila, tak berbudi, dan tak manusiawi?
Nah, berlindunglah kepada 
Allah dari kebutaan hati, sesudah memiliki bashirah ( mata hati), dari 
keterpisahan sesudah 'bersatu', dari keterasingan sesudah keakraban, 
dari ketersesatan sesudah memperolehi petunjuk, dan dari kekufuran 
sesudah beriman.
Dunia ini bak sungai besar berarus deras. Setiap
 hari airnya bertambah, dan itulah perumpamaan nafsu hewani manusia dan 
segala kesenangan duniawi. Sedang anak panah dan berbagai senjata bidik,
 melambangkan ujian hidup manusia. Jelaslah, unsur-unsur yang menguasai 
kehidupan manusia yaitu berbagai cobaan hidup, musibah, penderitaan, dan
 semua upaya mengatasinya. Bahkan semua karunia dan nikmat yang 
diterimanya, dibayang-bayangi oleh berbagai musibah.
Oleh karena 
itu, bila seorang cerdik-cendekiawan sudi menyigi masalah ini 
terus-menerus, maka ia akan memperolehi pengetahuan tentang hakikat, 
bahwa tak ada kehidupan sejati kecuali kehidupan akhirat. Rasulullah 
saw. Bersabda: "Tak ada kehidupan selain kehidupan di akhirat."
ihwal
 semacam ini benar-benar terbukti bagi seorang Mukmin, sesuai dengan 
sabda Nabi saw.: "Dunia ini adalah penjara bagi seorang Mukmin dan 
syurga bagi seorang kafir."
Beliau juga bersabda: "Orang saleh 
terkekang." Bagaimana bisa hidup enak di dunia ini, bila diingat hal 
ini? Sesungguhnya, kenyamanan hakiki terletak pada hubungan sempurna 
dengan Allah SWT, penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Bila kau 
lakukan hal ini, niscaya kau terbebas dari dunia ini, dan kepadamu 
dilimpahkan rahmat, kebahagiaan, kebajikan, kesejahteraan, dan 
keredhaan-Nya. 
Janganlah
 kau mengeluh tentang sesuatu bencana yang menimpamu kepada siapa pun, 
baik kepada kawan maupun lawan. Jangan pula menyalahkan Tuhanmu atas 
semua takdir-Nya bagimu, dan atas ujian yang ditimpakan-Nya atasmu. 
Beritakanlah semua kebaikan yang dilimpahkan-Nya atasmu. Beritakanlah 
semua kebaikan yang dilimpahkan-Nya kepadamu, dan segala puji syukur 
atas semua itu. Kedustaanmu menyatakan puji syukurmu atas sesuatu rahmat
 yang sesungguhnya belum datang kepadamu, lebih baik ketimbang 
cerita-ceritamu perihal kepedihan hidup. Adakah ciptaan yang sunyi dari 
rahmat-Nya? Allah SWT berfirman: "Dan jika kamu hitung nikmat-nikmat 
Allah, kamu takkan sanggup menghitungnya." (QS. 14:34) Betapa banyak 
nikmat yang telah kau terima, dan tak kau sadari! Jangan merasa senang 
dengan ciptaan, jangan menyenanginya, dan jangan menceritakan hal 
ihwalmu kepada siapa pun. Cintamu harus kau tujukan hanya kepada-Nya, 
merasa senanglah dengan-Nya dan mengeluhlah hanya kepada-Nya.
Jangan
 kau lihat orang lain, karena mereka tak memberi manfaat dan mudharat. 
Segala suatu adalah ciptaan-Nya, di tangan-Nyalah sumber gerak atau diam
 mereka. Kemaujudan mereka sampai detik ini pun semata-mata karena 
kehendak-Nya. Dialah penentu derajat mereka. Barangsiapa dimuliakan-Nya,
 maka takkan ada yang mampu menjadikannya hina. Dan barangsiapa 
dihinakan-Nya, takkan ada yang mampu menjadikannya mulia. Jika Allah 
berkehendak menimpakan keburukan atasmu, tak seorang pun sanggup 
mencegahnya, selain Ia sendiri. Dan jika Ia berniat melimpahkan 
kebaikan, tak seorang pun sanggup menahan turunnya rahmat-Nya. Nah, bila
 kau mengeluh terhadap-Nya, padahal kau menikmati rahmat-Nya, kau tamak,
 dan menutup mata atas yang kau miliki, maka Allah murka kepadamu, 
mencabut kembali nikmat-Nya darimu, mewujudkan segala keluhanmu, 
melipatgandakan kesusahanmu, dan memperhebat hukuman, kemurkaan dan 
kebencian-Nya kepadamu. Kau menjadi terhinakan di mata-Nya.
Oleh 
karena itu, janganlah mengeluh sedikit pun, walau jasadmu 
digunting-gunting menjadi serpihan-serpihan kecil daging. Selamatkanlah 
dirimu! Takutlah kepada Allah! Takutlah kepada Allah! Takutlah kepada 
Allah!
Sesungguhnya, sebagian besar musibah yang menimpa anak 
Adam, dikarenakan oleh keluhan-keluhan mereka terhadap-Nya. Kenapa 
menyalahkan-Nya? Padahal Ia Maha pengasih, Maha adil, Maha sabar, Maha 
pengasih, Maha penyayang, dan yang lemah-lembut terhadap 
hamba-hamba-Nya, melebihi seorang doktor yang sabar, pengasih, 
penyayang, ramah, yang juga kerabat si pesakit. Dapatkah kau temui 
sesuatu kesalahan pada diri seorang ayah atau ibu yang berhati mulia.
Nabi Suci saw., telah bersabda:
"Allah lebih penyayang terhadap hamba-hamba-Nya berbanding seorang ibu terhadap anaknya."
Wahai yang dirundung malang! Tunjukkanlah perilaku terbaik.
Tunjukkanlah
 kesabaranmu bila musibah menimpamu, meski kau tak berdaya karenanya. 
Bersabarlah selalu, meski kau kepayahan dalam menyerahkan diri 
kepada-Nya. Bertakwalah selalu kepada-Nya. Ridha dan rindulah 
kepada-Nya. Jika masih kau temui kedirianmu, bergegaslah keluar darinya.
 Bila kau terhilang, dimanakah kau kan didapat? Dimanakah kau? Belumkah 
kau dengar firman Allah:
"Diwajibkan atas kamu berperang, 
sesungguhnya berperang itu sesuatu yang kamu benci. Bisa jadi kamu 
membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan mungkin kamu menyukai 
sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Dan Allah Maha-mengetahui, sedang kamu
 tak mengetahui." (QS>2:216).
Pengetahuan ihwal hakikat segala
 suatu tercabut dari hatimu dan tertutup dari penglihatanmu oleh tabir. 
Oleh karena itu, jangan berlebih-lebihan dalam membenci ataupun 
mencintai sesuatu. Ikutilah segala ketentuan syariat dalam segala 
keadaan, jika kau benar-benar saleh. Setelah kau jalani hal ini, maka 
ikutilah semua perintah tentang wilayat, dan teguhlah selalu. Ridhalah 
atas ketentuan-Nya dan berdamailah dengan kehendak-Nya. Dan, luruhlah ke
 dalam keadaan badal,  ghauts dan shiddiq.
Bertolaklah senantiasa
 dari jalan nasib, jangan berdiri di tengah-tengahnya, gantilah dirimu 
dan hasratmu (dengan kehendak-Nya), dan tahanlah lidahmu dari segala 
keluhan. Bila hal ini telah kau jalani, maka Tuhanmu mengurniamu 
kebaikan berlimpah, kehidupan yang nyaman dan bahagia, dan melindungimu,
 karena ketaatanmu kepada-Nya.
Bila di dalam diri manusia, 
bersarang berbagai dosa, noda dan kesalahan, maka tak layak baginya 
bersama-Nya, sebelum ia bersih dari dosa-dosa. Tidak seorang pun dapat 
mencium ambang pintu-Nya, kecuali ia suci dari noda ujub, sebagaimana 
tidak seorang pun layak bersama raja, kecuali ia bersih dari noda dan 
bau busuk. Nah, semua musibah tak lain adalah sarana penebus dan 
pembersih diri. Nabi saw. Telah bersabda: "Demam sehari dapat menebus 
dosa sepanjang tahun." 
Bila
 kau lemah iman, bila dijanjikan kepadamu sesuatu, janji itu dipenuhi, 
sehingga keimananmu tak sirna. Tapi, bila keyakinan dan kepastian ini 
jadi kuat dan mantap di dalam hatimu, maka, sebagaimana firman-Nya: 
"Sesungguhnya kamu pada hari ini menjadi seorang yang berkedudukan 
tinggi lagi terpercaya di sisi Kami." (QS.12:54), dan menjadilah kau 
salah seorang yang terpilih, bahkan yang terpilih dari yang terpilih. 
Maka sirnalah tujuan maupun kehendak pribadimu.
Lalu, kau 
seolah-olah sebuah bejana yang tak cairan pun bisa berada di atasnya, 
sehingga tiada kedirian di dalam dirimu. Kau menjadi bersih dari segala 
selain Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Kau menjadi ridha 
kepada-Nya, kepadamu dijanjikan keridhaan-Nya, sehingga kau dapat 
menikmati dan terahmati atas semua tindakan-Nya.
Maka kepadamu 
dijanjikan sesuatu, bila kau puas dengan (janji) itu, dan tanda kepuasan
 ada padamu, maka kau dipindahkan-Nya ke janji lain yang lebih tinggi. 
Dijadikan-Nya kau lebih terhormat, dan dianugerahkan-Nya kepadamu rasa 
cukup-diri terhadap janji. Dibuka-Nya bagimu pintu-pintu hikmah, 
disingkapkan-Nya bagimu misteri Ilahiah, kebenaran hakiki, makna 
perubahan janji-Nya. Dan dalam maqam barumu, kau alami peningkatan 
kemampuan memelihara keadaan rohaniahmu.
Lalu, kepadamu 
dianugerahkan derajat rohani, yang didalamnya dipercayakan kepadamu 
rahasia-rahasia, dan kau alami perluasan dada, ketercerahan hati, 
kefasihan lidah, derajat tinggi ilmu dan kecintaan. Maka kau menjadi 
kesayangan semua makhluk, baik manusia maupun jin, dan makhluk-makhluk 
lainnya, di dunia dan di akhirat. Bila kau menjadi 'pilihan' Allah, maka
 orang tunduk kepada-Nya, cinta mereka berada di dalam cinta-Nya, dan 
kebencian mereka berada di dalam kebencian-Nya. Dengan ini, kau telah 
dihantarkan-Nya ke tempat yang amat tinggi, dan di sana tak kau jumpai 
lagi kedirianmu akan segala benda.
Lalu, dibuat-Nya kau penuh 
hasrat terhadap sesuatu, maka nafsumu ini dimusnahkan dan dilenyapkan, 
dan kau dipalingkan-Nya jauh-jauh dari keinginan serupa itu lagi. Jadi, 
tak diberikan-Nya yang kau inginkan di dunia ini, akan dilimpahkan 
kepadamu di akhirat kelak, sehingga meningkatkan keakrabanmu dengan-Nya,
 dan menyejukkan kedua matamu di syurga yang tinggi, di dalam taman yang
 abadi.
Tapi, bila selama ini kau tak berhasrat terhadap sesuatu 
pun, tak berharap kepada siapa pun, tak condong kepada apa pun - karena 
kau sadar bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara, dan tipuannya 
menyesatkan yang mencintainya - tapi, tujuanmu adalah sang Khalik, yang 
telah menciptakan, mewujudkan, menahan dan melimpahkan segala suatu, 
yang telah membentangkan bumi dan menegakkan langit, maka kepadamu 
dilimpahkan segala yang kau butuhkan di dunia ini. Tentu saja, ini semua
 diberikan kepadamu, setelah kau putus asa akibat dipalingkan dari semua
 hasrat duniawi, dan sesudah kau merasa mantap akan kehidupan akhirat 
sebagaimana yang telah kita bicarakan.
                Nabi
 Suci Muhammad saw. Bersabda: "Campakkanlah segala yang menimbulkan 
keraguan dibenakmu, tentang yang halal dan yang haram, dan ambillah 
segala yang tidak menimbulkan keraguan pada dirimu."
Bila sesuatu
 yang meragukan, maka ambillah jalan yang didalamnya tiada sedikit pun 
keraguan dan campakkanlah yang menimbulkan keraguan. Nabi bersabda: 
"Dosa menciptakan kekacauan dalam hati." Tunggulah, bila dalam keadaan 
begini, perintah batin. Bila kau diperintahkan untuk mengambilnya, maka 
lakukanlah sesukamu. Jika kau dilarang, maka jauhilah dan anggaplah itu 
sebagai tak pernah maujud, dan berpalinglah ke pintu Allah, dan mintalah
 pertolongan dari Tuhanmu.
Andaikata kau merasa kehabisan 
kesabaran, kepasrahan dan kefanaan, maka ingatlah bahwa Dia SWT tak 
memerlukan diingat, Dia tak lupa kepadamu dan selainmu. Ia yang Maha 
kuasa lagi Maha agung memberikan rezeki kepada para kafir, munafik dan 
mereka yang tak mematuhi-Nya. Mungkinkah Dia lupa kepadamu, duhai yang 
beriman, yang mengimani keesaan-Nya, yang senantiasa patuh kepada-Nya 
dan yang teguh dalam menunaikan perintah-perintah-Nya siang dan malam.
Sabda
 Nabi Suci yang lain: "Campakkanlah segala yang menimbulkan keraguan di 
benakmu, dan ambillah yang tak menimbulkan keraguan," memerintahkanmu 
untuk melecehkan yang ada di tangan manusia, untuk tak mengharapkan 
sesuatu pun dari manusia, atau untuk tak takut kepada mereka, dan untuk 
menerima karunia Allah. Dan inilah yang takkan membuatmu ragu. Karena 
itu, hanya ada satu, yang kepadanya kita meminta, satu pemberi dan satu 
tujuan, iaitu Tuhanmu, Yang Maha perkasa lagi Maha agung, yang di 
tangan-Nya kening para raja dan hati manusia, yang adalah raja tubuh, 
berada - iaitu bahwa hati mengendalikan tubuh - tubuh dan uang manusia 
adalah milik-Nya, sedang manusia adalah agen dan kepercayaan-Nya.
Bila
 mereka menggerakkan tangan mereka kepadamu, hal itu atas izin, perintah
 dan gerak-Nya. Begitu pula, bila karunia ditahan darimu. Allah SWT 
berfirman: "Mintalah kepada Allah karunia-Nya."
"Sesungguhnya 
yang kau abdi selain Allah, tak memberimu sesuatu pun karena itu, 
mintalah karunia dari Allah dan abdilah Dia dan bersyukurlah 
kepada-Nya." "Bila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka 
sesungguhnya Aku sangat dekat; Aku menerima doa dari yang berdoa bila ia
 berdoa kepada-Ku." "Serulah Aku, maka Aku akan menyahutmu." 
"Sesungguhnya Allah adalah Pemberi karunia, Tuhan kekuatan." 
"Sesungguhnya Allah memberikan karunia kepada yang dikehendaki-Nya tanpa
 batas."
Aku
 melihat syaitan terkutuk dalam mimpi seolah aku berada dalam sebuah 
kerumunan besar dan aku berniat membunuhnya. Lalu si syaitan itu berkata
 kepadaku, "Kenapa kamu hendak membunuhku, dan apa dosaku? Jika Allah 
menentukan keburukan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi kebaikan. 
Jika Allah menentukan kebaikan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi 
keburukan. Dan apa yang ada di tanganku?" Dan kulihat dia seperti 
seorang kasim, lembut ucapannya, dagunya berjenggot, hina pandangannya 
dan buruk mukanya, seolah ia tersenyum kepadaku, penuh malu dan 
ketakutan. Hal ini terjadi pada malam Ahad, 12 Zulhijjah 401 H.
Allah
 menguji hamba beriman-Nya menurut kadar imannya. Jika iman seseorang 
kuat, maka cobaannya pun kuat. Cobaan seorang Rasul lebih besar daripada
 cobaan seorang Nabi, karena iman Rasul lebih tinggi daripada iman Nabi.
 Cobaan Nabi lebih besar daripada cobaan seorang badal. Cobaan seorang 
badal lebih besar daripada cobaan seorang wali. Setiap orang diuji 
menurut kadar iman dan keyakinannya. Tentang ini Nabi Suci saw. 
Bersabda: "Sesungguhnya kami, para Nabi, adalah orang yang paling banyak
 diuji. Oleh karena itu, Allah terus menguji pemimpin-peminpin mulia 
ini, agar mereka senantiasa berada di sisi-Nya dan tidak lengah sedikit 
pun. Dia SWT mencintai mereka, dan mereka adalah orang-orang yang penuh 
cinta dan dicintai oleh Allah, dan pencinta takkan pernah ingin 
menjauhkan diri dari yang dicintainya.
Maka, cobaan-cobaan 
memperkukuh hati dan jiwa mereka dan menjaganya dari kecenderungan 
terhadap sesuatu yang bukan tujuan hidup mereka, dari merasa senang dan 
cenderung kepada sesuatu selain Pencipta mereka. Nah, bila hal ini 
merasuk ke dalam diri mereka, maka hawa nafsu mereka meleleh, kedirian 
mereka hancur lebur dan kebenaran menjadi terang-benderang. Maka, 
kehendak mereka terhadap segala kesenangan hidup ini dan akhirat 
tertambat di sudut jiwa mereka. Dan kebahagiaan mereka berlabuh pada 
janji Allah, keredhaan mereka kepada takdir-Nya, dan kesabaran mereka 
dalam cobaan-Nya. Maka, selamatkanlah mereka dari kejahatan makhluk-Nya 
dan keinginan hati mereka.
Maka, hati menjadi kukuh dan 
mengendalikan anasir tubuh. Sebab cobaan dan musibah memperkuat hati, 
keyakinan, iman dan kesabaran, dan melemahkan hewani dan hawa nafsu. 
Sebab bila penderitaan datang, sedang sang beriman bersabar, ridha, 
pasrah kepada kehendak Allah dan bersyukur kepada-Nya, maka Allah 
menjadi ridha dengannya, dan turunlah kepadanya pertolongan, karunia dan
 kekuatan. Allah SWT berfirman: "Jika kamu bersyukur tentu akan 
Kutambahkan."
Bila diri manusia berhasil membuat hati 
memperturutkan keinginan tanpa adanya perintah dan izin dari Allah, 
kesyirikan dan dosa. Maka, Allah menimpakan kepada jiwa dan hati noda, 
musibah, luka, kecemasan, kepedihan dan penyakit. Hati dan jiwa 
terpengaruh oleh penderitaan ini. Namun, bila hati tak memperdulikan 
panggilan ini, sebelum Allah mengizinkannya melalui ilham, bagi wali, 
dan wahyu, bagi Rasul dan Nabi, maka Allah menganugerahi jiwa dan hati 
kasih-sayang, rahmat, kebahagiaan, kecerahan, kedekatan dengan-Nya, 
keterlepasan dari kebutuhan dan bencana. Ketahui dan camkanlah hal ini.
Selamatkanlah
 dirimu dari cobaan dengan penuh kewaspadaan, dengan tidak segera 
menimpali panggilan jiwa dan keinginannya. Tapi, tunggulah dengan sabar 
izin dari Allah agar kamu senantiasa selamat di dunia dan di akhirat.
Pegang
 teguh dan ridhalah atas sedikit yang kau miliki, hingga ketentuan nasib
 mencapai puncaknya, dan kau dibawa ke keadaan yang lebih tinggi. Kau 
akan ditempatkan di dalamnya, dan terjaga dari kekerasan duniawi ini, 
akhirat, kekejian dan kesesatan. Kemudian kau akan dibawa kepada yang 
mengenakan matamu. Ketahuilah bahwa bagianmu takkan lepas darimu dengan 
pengupayaanmu terhadapnya, sedang yang bukan bagianmu takkan kau raih 
walau kau berupaya keras. Maka dari itu, bersabarlah dan ridhalah dengan
 keadaanmu. Jangan mengambil atau memberikan sesuatu pun sebelum 
diperintahkan.
Jangan bergerak atau diam semaumu, sebab jika kau 
berlaku begini, kau akan diuji dengan keadaan yang lebih buruk daripada 
keadaanmu. Sebab, dengan kekeliruan seperti itu kau berarti berbuat 
aniaya terhadap diri sendiri dan Allah mengetahui yang berbuat aniaya. 
Allah berfirman: "Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang yang zalim
 sebagai teman bagi sebagian yang lain disebabkan oleh yang mereka 
upayakan." (QS.6:129)
Sebab kau berada di rumah Raja, yang 
perintah-Nya berdaulat, yang Maha kuat, yang tentara-Nya amat besar, 
yang kehendak-Nya berdaulat, yang aturan-Nya sempurna, yang kerajaan-Nya
 abadi, yang kedaulatan-Nya menyeluruh, yang pengetahuan-Nya tinggi, 
yang kebijakan-Nya dalam, yang Maha adil, yang dari-Nya tak zarah pun 
tersembunyi baik di bumi maupun di langit dan tidak kezaliman para zalim
 pun tersembunyi dari-Nya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah tidak 
akan mengampuni siapa pun yang menyekutukan-Nya, dan Ia akan mengampuni 
selain itu yang dikehendaki-Nya." (QS.4:48)
Berupayalah sekuat 
daya untuk senantiasa tidak menyekutukan Allah. Jangan mendekati dosa 
ini dan jauhilah ia dalam segala gerak dan diammu siang dan malam baik 
sendirian maupun bersama manusia. Waspadalah terhadap segala bentuk dosa
 dalam anasir tubuhmu dan dalam hatimu. Hindarilah dosa yang tampak 
ataupun tersembunyi. Jangan menjauh dari Allah, sebab Ia akan 
mencengkaumu. Jangan bersitegang dengan-Nya atas takdir-Nya, sebab Ia 
akan melumatkanmu; jangan salahkan aturan-Nya, agar kau tidak 
dihinakan-Nya; jangan melupakan-Nya agar kau tidak dilupakan-Nya dan 
tidak mengalami kesulitan; jangan mereka-reka di dalam rumah-Nya agar 
kau tidak dibinasakan-Nya; jangan berkata tentang agama-Nya dengan hawa 
nafsu agar kau tidak binasa, agar hatimu tidak gelap, agar iman dan 
pengetahuanmu tidak tercabut darimu, agar kau tidak dikuasai oleh 
kekejianmu, hewanimu, hawa nafsumu, keluargamu, tetanggamu, sahabatmu, 
ciptaan termasuk kalajengking, ular serta jin rumahmu dan 
makhluk-makhluk melata lainnya, sehingga dengan demikian hidupmu di 
dunia ini akan gelap dan kau akan disiksa di akhirat terus-menerus.
auhilah
 sekuat daya ketakpatuhan kepada Allah, yang Maha mulia lagi Maha agung.
 Bertumpulah kepada Pintu-Nya dengan kebenaran. Berupayalah sekuat daya 
mematuhi-Nya dengan taubat dan doa, dengan menunjukkan kebutuhanmu atas 
kepatuhan dan kerendah hatian, dengan khusuk dan menunduk, dengan tidak 
memandang orang atau mengikuti hewani, atau mengupayakan balasan duniawi
 atau ukhrawi, tidak mengharapkan maqam yang lebih tinggi. Camkanlah 
bahwa kau adalah hamba-Nya, dan bahwa sang hamba serta segala miliknya 
adalah milik tuannya, sehingga ia tidak dapat mengakui apa pun 
terhadapnya. Berperilaku baiklah dan jangan salahkan Tuhanmu. Segala 
suatu ditentukan oleh-Nya. Segala yang Ia majukan, tidak satu pun dapat 
memundurkannya. Segala yang dimundurkan-Nya, tidak satu pun dapat 
memajukannya. Beginilah Allah memperlakukan Sendiri segala keadaanmu. Ia
 menganugerahimu tempat tingggal nan abadi di akhirat dan sekaligus 
menjadikanmu pemiliknya dan akan menganugerahkan kepadamu 
karunia-karunia yang tiada mata pernah melihat, tiada telinga pernah 
mendengar dan tiada hati manusia pernah merasakan. Allah berfirman: 
"Tiada jiwa pun yang tau apa yang disembunyikan bagi mereka, yaitu yang 
akan mengenakkan mata, sebagai balasan atas apa yang telah mereka 
perbuat." (QS 32:17) yaitu balasan atas kepatuhan dan kepasrahan mereka 
kepada Allah dalam segala hal.
Mengenainya, yang Allah telah 
anugerahkan hal duniawi, menjadikannya pemiliknya, merahmatinya dan 
melimpahkan karunia-Nya, Ia melakukan yang demikian ini lantaran 
keimanan orang ini bagai padang tandus, yang di dalamnya tak 
memungkinkan air, pohon, tumbuhan dan buah-buahan mewujud.
Maka 
Ia tebarkan di dalamnya rabuk dan segala yang serupa itu, yang 
menumbuhkan tumbuhan dan pepohonan, dan inilah dunia dan segala isinya, 
untuk menjaga segala yang telah ditumbuhkan-Nya di dalamnya, yang berupa
 pohon iman dan tanaman amal. Andaikata hal-hal ini pupus darinya, maka 
tanah, tumbuhan dan pepohonan akan menjadi kering, buahnya luruh dan 
keseluruhan pedusunan akan menjadi sunyi, dan Yang Maha kuasa lagi Maha 
agung menghendakinya dihuni dan ceria.
Maka pohon iman seorang 
kaya lemah akarnya dan hampa akan yang mengisi pohon imanmu. Wahai 
darwis, sesungguhnya kekuatan lainnya dan kesinambungan kemaujudannya 
tergantung pada dunia dan aneka nikmatnya yang kau lihat pada 
pemiliknya, dan tiada padanya yang lebih disukai selain yang telah 
kulukiskan bagimu. Semoga Allah menganugerahi kita daya untuk menggapai 
yang dicintai-Nya. Jadi, kekuatan dan kesinambungan karunia duniawi, 
yang kau dapati padanya, - andaikata semua ini tercerabut darinya, 
sedang pohonnya lemah, maka pohon itu akan menjadi kering dan si orang 
kaya ini akan menjadi kafir, munafik dan murtad, - jika Allah tidak 
mengirimkan bagi orang kaya ini tentara kesabaran, keteguhan, 
pengetahuan dan aneka ketercerahan rohani, yang memperkukuh imannya, 
maka ia takkan merasa kehilangan dengan merasa kehilangan dengan 
lenyapnya kekayaan dan karunia.
Jangan
 berkata, wahai orang yang malang! Yang darinya dunia dan orang-orangnya
 telah memalingkan muka mereka, yang hina, yang lapar dan yang dahaga, 
yang telanjang, yang hatinya terpanggang, yang merambah ke setiap sudut 
dunia, di setiap masjid dan tempat-tempat sunyi, yang terjauhkan dari 
setiap pintu, yang terhancurkan, yang jemu dan yang kecewa dengan segala
 keinginan dan kerinduan hati - jangan berkata bahwa Allah telah 
membuatmu miskin, menjauhkan dunia darimu, telah menjatuhkanmu, telah 
menjadi musuhmu, telah membuatmu kacau, tidak mengukuhkan jiwamu, telah 
menghinakanmu, dan tidak mencukupimu di dunia ini, telah menggelapimu, 
tidak memuliakan namamu di tengah-tengah manusia, sedangkan kepada 
selainmu Ia anugerahkan banyak rahmat-Nya siang dan malam, memuliakan 
mereka atasmu dan keluargamu, padahal kamu sama-sama muslim dan mukmin 
dan nenek moyangmu sama-sama Hawa dan Adam, sang manusia terbaik.
Ya,
 Allah telah mempelakukanmu begini, sebab fitrahmu suci dan kesejukan 
kasih-sayang Allah terus-menerus melimpahimu dalam bentuk kesabaran, 
kepasrah-ikhlasan dan pengetahuan. Dan cahaya iman serta tauhid 
menimpamu. Maka pohon imanmu, akarnya dan benihnya menjadi kuat, penuh 
dedaunan, buah, cabang dan rantingnya merambah ke mana-mana sehingga 
menimbulkan keteduhan. Setiap hari kian besar sehingga tidak perlu lagi 
pertumbuhannya dibantu. Allah tentukan bagimu akan kau peroleh tepat 
pada waktunya, entah kau suka atau tidak suka. Maka dari itu, janganlah 
serakah terhadap yang menjadi milikmu dan jangan cemas akannya. Jangan 
merasa menyesal atas yang dimaksudkan bagi selainmu.
Yang bukan milikmu tentu: 
1) Ia akan menjadi milikmu, atau 
2) Ia akan menjadi milik orang lain. 
Jika
 ia milikmu, ia akan datang kepadamu dan kau akan dibawa kepadanya 
sehingga pertemuan antara kau dan ia terjadi segera. Sedang yang bukan 
milikmu, maka kau akan dijauhkan darinya dan ia pun akan menjauh darimu,
 sehingga kau dan ia takkan bertemu. Allah berfirman: "Dan jangan kamu 
tujukan kedua matamu kepada yang telah Kami berikan kepada 
golongan-golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan duniawi ini, agar 
Kami cobai mereka dengan-nya. Dan karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih 
kekal." (QS 20:131) Nah, Allah telah melarangmu memperhatikan yang bukan
 hakmu.
Ia telah memperingatkanmu bahwa yang selain ini adalah 
cobaan, yang dengan-nya Ia menguji mereka dan bahwa keridhaanmu dengan 
bagianmu lebih baik bagimu, lebih suci dan lebih disukai; maka 
jadikanlah ini sebagai jalanmu, yang melaluinya kau akan memperoleh 
segala kebaikan, rahmat, kegembiraan dan keindahan. Allah berfirman:"Tiada
 jiwa pun yang tahu apa yang disembunyikan bagi mereka, yaitu yang akan 
mengenakan mata, sebagai balasan atas yang telah mereka perbuat." (QS 32:17)
Nah,
 tiada kebajikan selain kelima jalan pengabdian, penghindaran dari 
segala dosa, dan tiada lebih besar, lebih mulia dan lebih disukai oleh 
Allah selain yang Kami sebutkan kepadamu. Semoga Allah mengaruniaimu dan
 kami kemampuan untuk melakukan yang disukai-Nya. 
Tabir
 penutup dirimu takkan tersingkap, selama kau belum lepas dari ciptaan 
dan tidak memalingkan hatimu darinya dalam segala keadaan hidup, selama 
hawa nafsumu belum pupus, begitu pula maksud dan kerinduanmu, selama kau
 belum lepas dari kemaujudan dunia ini dan akhirat, dan yang maujud 
dalam dirimu hanyalah kehendak Tuhanmu, dan kau terisi dengan nur 
Tuhanmu, dan tiada tempat di dalam hatimu, kecuali bagi Tuhanmu, 
sehingga kau menjadi penjaga pintu kalbumu, dan kau dikaruniai pedang 
tauhid, keagungan dan kekuatan. Maka, segala yang kau lihat, yang 
mendekati pintu kalbumu dari benakmu, akan kau pisahkan kepalanya dari 
bahunya, sehingga tiada tersisa bagi dirimu, dambaanmu dan kerinduanmu 
akan dunia ini dan akhirat sesuatu yang berkepala, dan tiada dunia yang 
diperhatikan, tiada pendapat yang diikuti, kecuali kepatuhan kepada 
Allah dan penerimaan penuh ikhlas akan takdir-Nya, bukannya peluruh 
penuh dalam takdir dan karunia-Nya. Dengan demikian, kau menjadi hamba 
Allah, bukan hamba manusia atau pendapat. Bila hal ini mengekal dalam 
hidupmu, tirai-tirai hormat-diri akan menyelimuti kalbumu, parit-parit 
keluhuran dan daya keagungan akan mengitarinya, dan hatimu akan dijaga 
oleh tentara kebenaran, tauhid, dan pengawal-pengawal kebenaran akan 
ditempatkan di dekatnya, sehingga orang tak dapat mendekatinya melalui 
kekejian, dambaan-dambaan hampa, kepalsuan-kepalsuan yang timbul dalam 
benak-benak manusia, dan melalui kesesatan yang tumbuh dari 
keinginan-keinginan. Jika ditakdirkan bahwa orang akan datang kepadamu 
terus-menerus dan mereka tidak mengetahui kemuliaanmu, sehingga mereka 
mendapatkan cahaya yang menyilaukan, tanda-tanda yang jelas, kebijakan 
yang dalam, dan melihat keajaiban-keajaiban yang terang dan 
kejadian-kejadian sebagai sosok kehidupanmu, sehingga meningkatkan upaya
 mereka untuk mendekat kepada Allah, untuk patuh kepada-Nya, dan untuk 
mengabdi kepada Tuhan mereka. Meski semua ini terjadi, kau akan aman 
dari semua itu, dari kecenderungan jiwa manusiawimu kepada keinginan, 
dari puji-diri, kesombongan orang-orang yang datang kepadamu dan 
perhatian mereka kepadamu. Juga, seandainya kau akan beristri cantik, 
bertanggung jawab atas dirinya dan atas perilakunya, maka kau akan aman 
dari keburukannya, akan diselamatkan dari memikul bebannya, dan ia, 
bagimu, akan menjadi karunia Allah, terahmati dan berlaku baik, bersih 
dari ketaktulusan, kekejian dan penghianatan. Maka ia akan melepaskanmu 
dari beban perilakunya dan akan menjauhkan darimu segala kesulitan 
karenanya. Seandainya ia melahirkan anak, maka ia akan menjadi anak yang
 saleh dan suci, yang akan menyenangkan pandanganmu. 
Allah berfirman:
"Dan Kami jadikan isterinya patut baginya." (QS 21:90)
"Ya
 Tuhan kami! Karuniakanlah pada isteri-isteri kami dan keturunan kami 
kesenangan mataku dan jadikanlah kami imam bagi mereka yang mencegah 
dari keburukan." (QS 25:74)
"Dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, orang yang Kau ridhai." (QS 19:6) 
Maka
 doa-doa ini akan mewujud dan diterima, tidak masalah kau menyampaikan 
doa-doa ini kepada Allah, sebab doa-doa itu dimaksudkan bagi mereka yang
 layak begini, yang termatangkan dalam keadaan ini, dan yang kepada 
mereka dilimpahkan nikmat dan kedekatan Allah.
Begitu pula, 
andaikata sesuatu dari dunia ini mendatangimu, ia takkan merugikanmu. 
Maka yang datang kepadamu merupakan bagianmu dari-Nya, yang tersucikan, 
demi kamu, oleh tindakan Allah, kehendak-Nya dan dengan perintah-Nya ia 
mencapaimu. Ia akan mencapaimu dan kau akan terpahalai, asalkan kau 
memperolehinya dalam kepatuhan kepada-Nya; persis sebagaimana akan 
dipahalainya kamu karena menunaikan salat dan puasa. Dan kau akan 
diperintahkan, tentang yang bukan hakmu, untuk memberikannya kepada para
 sahabat, tetangga dan peminta yang layak memperoleh uang zakat sesuai 
dengan kebutuhan. Maka urusan-urusan akan diberikan kepadamu, sehingga 
kau tidak mampu membedakan antara yang layak dan yang tidak layak, dan 
antara kabar burung dengan pengalaman sejati. Maka urusanmu akan menjadi
 putih bersih, yang tiada kegelapan dan keraguan.
Maka dari itu, 
bersabarlah, senantiasa bertakwalah, perhatikanlah masa kini, tenanglah,
 tenanglah! Waspadalah! Selamatkanlah dirimu! Selamatkanlah dirimu! 
Segeralah! Segeralah! Takwalah kepada Allah! Takwalah kepada Allah! 
Tundukkanlah pandanganmu! Tundukkanlah pandanganmu! Palingkanlah matamu!
 Palingkanlah matamu! Berlaku baiklah! hingga datang takdir dan kau kami
 bawa ke depan .
Maka akan lenyap darimu segala yang 
memberatkanmu, kemudian kau dimasukkan ke dalam samudera nikmat, 
kelembutan dan kasih sayang, dan dipakaikan dengan pakaian nur dan 
rahasia-rahasia Ilahiah. Lalu kau didekatkan, diajak bicara, diberi 
karunia, dilepaskan dari keperluan, dikukuhkan, dimuliakan dan dilimpahi
 kata-kata: "Sesungguhnya kamu pada sisi Kami adalah orang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya." (QS 12:54)
 Lalu tersingkaplah keadaan Yusuf dan para shiddiq ketika disapa dengan 
kata-kata ini dari lidah Raja Mesir, Raja dari Fir'aun. Jelaslah, itulah
 lidah Raja yang menyatakannya, yang adalah Allah, yang berbicara 
melalui lidah pengetahuan. Kepada Yusuf dianugerahkan kerajaan bendawi, 
yaitu kerajaan Mesir, juga kerajaan jiwa, yaitu kerajaan pengetahuan, 
rohani, nalar, kedekatan dengan-Nya dan kedudukan tinggi di hadapan-Nya.
 
Allah berfirman: 
"Dan demikianlah Kami anugerahkan kepada Yusuf kekuasaan atas negeri (ia berkuasa penuh) ke mana pun ia suka." (QS 12:56)
Negeri di sini ialah Mesir. Mengenai kerajaan rohani, Allah berfirman:
"Demikianlah, agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba pilihan kami." (QS 12:24)
Mengenai kerajaan pengetahuan, Allah berfirman:
"Yang
 demikian ini adalah sebagian dari yang diajarkan kepadaku oleh Tuhanku.
 Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tak beriman 
kepada Allah." (QS 12:37)
Bila
 kau disapa, wahai orang saleh, berarti kau dianugerahi banyak 
pengetahuan nan agung, kekuatan, kebaikan, kewalian biasa, dan perintah 
yang mempengaruhi rohani dan yang bukan rohani, dan teranugerahi daya 
cipta, dengan izin Allah, segala yang di dunia ini, mesti akhirat belum 
tiba. Di akhirat kau akan berada di tempat damai dan di syurga yang 
tinggi. 
Anggaplah
 kebaikan dan keburukan sebagai dua buah dari dua cabang sebuah pohon. 
Cabang yang satu menghasilkan buah yang manis, sedang cabang yang 
satunya lagi, buah yang pahit. Maka dari itu, tinggalkanlah kota-kota, 
negeri-negeri yang menghasilkan buah-buah pohon ini dan penduduknya.
Dekatilah
 pohon itu sendiri dan jagalah. Ketahuilah kedua cabang ini, kedua 
buahnya, sekelilingnya, dan senantiasa dekatlah dengan cabang yang 
menghasilkan buah yang manis; maka ia akan menjadi makananmu, sumber 
dayamu, dan waspadalah agar kau tak mendekati cabang yang lain, makan 
buahnya, dan akhirnya rasa pahitnya membinasakanmu. Jika kau senantiasa 
berlaku begini, kau akan selamat dari segala kesulitan, sebab kesulitan 
diakibatkan oleh buah pahit ini. Bila kau jatuh dari pohon ini, 
berkelana di berbagai negeri, dan buah-buah ini dihadapkan kepadamu, 
lalu dibaurkan sedemikian rupa, sehingga tak jelas antara yang manis dan
 yang pahit, dan kau mulai memakannya, bila tanganmu mengambil buah yang
 pahit, sehingga lidahmu merasakan pahitnya, kemudian tenggorokanmu, 
otakmu, lubang hidungmu, sampai anasir tubuhmu, maka kau terbinasakan. 
Pembuanganmu akan sisanya dari mulutmu dan pencucianmu akan akibatnya 
tak dapat menghapus yang telah tertebar di sekujur tubuhmu, dan sia-sia.
Tapi,
 jika kau makan buah yang manis dan rasa manisnya menebar ke seluruh 
anggota tubuhmu, maka kau beruntung dan bahagia, meski hal ini tak 
mencukupimu. Tentu, bila kau makan buah yang lain, kau takkan tahu bahwa
 buah yang ini pahit. Maka, kau akan mengalami yang telah disebutkan 
bagimu. Maka, tak baik menjauh dari pohon itu dan tak tahu buahnya. 
Keselamatan terletak pada kedekatan dengannya. Jadi kebaikan dan 
keburukan berasal dari Allah yang Mahakuasa dan Mahaagung. "Allah telah 
menciptakanmu dan yang kau lakukan." (QS 37:96) Nabi saw. Bersabda: 
"Allah telah menciptakan penyembelih dan binatang yang disembelih." 
Segala tindakan hamba Allah adalah ciptaan-Nya, begitu pula buah 
upayanya. Allah yang Mahakuasa lagi Mahaagung berfirman: "Masuklah ke 
dalam surga disebabkan yang telah kau lakukan." (QS 16:32)
Mahaagung
 Dia, betapa pemurah dan penyayang Dia! Ia berfirman bahwa masuknya 
mereka ke dalam surga disebabkan oleh amal-amal mereka, sedang 
kemaujudan amal-amal mereka adalah berkat pertolongan dan 
kasih-sayanng-Nya. Nabi saw. Bersabda: "Tiada seorang pun yang masuk ke 
dalam surga lantaran amal-amalnya sendiri." Ia ditanya: "Termasuk Anda, 
Ya Rasulullah?" Ia berkata: "Ya, termasuk aku, jika Allah tak 
mengasihiku." Dalam berkata begini ia meletakkan tangannya di atas 
kepalanya. Ini diriwayatkan oleh Aisyah r.a. Nah, jika kau mematuhi 
perintah-perintah-Nya dan menghindari larangan-Nya, maka Dia akan 
melindungimu dari keburukan-Nya, menambah kebaikan-Nya bagimu, dan akan 
melindungimu dari segala keburukan, yang agamis dan duniawi. Mengenai 
keduniawian, Allah berfirman: "Demikianlah agar Kami palingkan darinya 
kemungkaran dan kekejian; sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba pilihan 
Kami," (QS 12:24)
Dan mengenai agama, Ia berfirman: "Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur lagi beriman." (QS 4:147)
Adakah
 bencana yang akan menimpa orang yang beriman lagi bersyukur? Sebab ia 
lebih dekat kepada keselamatan daripada bencana, sebab ia berada dalam 
kelimpahan, lantaran kebersyukurannya. Allah berfirman: "Jika kamu 
bersyukur, tentu akan Kami lipatgandakan (nikmat-nikmat Kami) bagimu." 
(QS 14:7)
Dengan demikian, keimananmu akan memadamkan api neraka,
 api siksaan bagi setiap pendosa. Adakah hal itu takkan memadamkan api 
bencana di kehidupan ini, Ya Tuhanku? Dengan begini, segala musibah 
hanya akan melepaskannya dari kekejian hawa nafsu, dari kebertumpuan 
pada kehendak jasmani, dari kecintaan kepada orang, dan dari hidup 
bersama mereka. Maka dia diuji, hingga segala kelemahan ini lenyap 
darinya, dan hatinya tersucikan oleh ketiadaan semuanya itu, sehingga 
yang tertinggal di hati hanyalah keesaan Tuhan dan pengetahuan tentang 
kebenaran, dan menjadilah ia tempat curahan rahasia kegaiban, 
pengetahuan dan nur kedekatan. Sebab ia adalah sebuah rumah yang tiada 
ruang bagi selainnya. Allah berfirman:
"Allah tak menciptakan bagi 
manusia dua hati." (QS 33:5) "Sesungguhnya para raja, bila mereka 
memasuki sebuah kota, menghancurleburkannya, dan menghinakan 
penduduknya." (QS 27:34)
Lalu mereka menghasilkan kemuliaan dari 
kebaikan mereka. Kedaulatan atas hati berada (di awal) kekejian hawa 
nafsu. Anasir tubuh selalu digerakkan oleh perintah mereka demi berbagai
 dosa dan kesia-siaan.
Kedaulatan ini kini pupus, anasir tubuh 
merdeka, rumah raja dan pelatarannya, yaitu dada, menjadi bersih. Kini 
hati telah bersih, telah dihuni oleh tauhid, dan pelataran telah menjadi
 arena kecerahan dari kegaiban. Semua ini adalah akibat dari musibah, 
cobaan dan buahnya. Nabi saw. Bersabda:
"Kami, para nabi, adalah yang paling banyak diuji di antara manusia, sedang yang lain sesuai dengan kedudukannya."
"Aku lebih tahu tentang Allah daripada kamu, dan lebih takwa kepada-Nya daripada kamu."
Siapa
 pun yang dekat dengan raja harus semakin berhati-hati, sebab ia berada 
di hadapan Sang Raja Yang Mahamelihat lagi Mahamengetahui akan 
gerak-geriknya.
Nah, jika kau berkata bahwa seluruh makhluk yang 
terlihat oleh Allah, adalah seperti satu orang, sehingga tiada yang 
tersembunyi dari-Nya, maka apa yang baik atau pernyataan apa ini? Mesti 
dikatakan kepadamu, bahwa bila kedudukan seseorang tinggi dan mulia, 
bahaya juga semakin besar, sebab perlu baginya bersyukur atas 
karunia-Nya bagimu. Sehingga sedikit pun menyimpang dari pengabdian 
kepada-Nya akan merusak kebersyukurannya dan kepatuhannya kepada-Nya. 
Allah berfirman: "Hai istri-istri Nabi, barangsiapa di antaramu berbuat 
keji yang nyata, niscaya akan dilipatgandakan siksaan kepada mereka." 
(QS 33:30)
Allah berfirman demikian tentang istri-istri ini, 
karena telah disempurnakan-Nya nikmat-Nya atas mereka dengan 
menghubungkanmereka kepada Nabi. Bagaimanakah kiranya kedudukan orang 
yang dekat kepada-Nya? Allah adalah Mahatinggi atas ciptaan-Nya.
"Tiada menyerupai-Nya, dan Dia Mahamendengar lagi Mahamelihat." (QS 42:11)
Engkau
 menginginkan agar kebahagiaan dan kedamaian terlimpahkan kepadamu, 
padahal kau masih berupaya membinasakan hewanimu, harapan akan balasan 
di dunia ini dan di akhirat, dan hal ini masih bersemayam dalam dirimu? 
Wahai yang terburu-buru! Berhenti dan berjalanlah perlahan-lahan; wahai 
yang berharap! Pintu tertutup selama keadaan ini masih berlangsung. 
Sesungguhnya beberapa sisa dari hal-hal ini masih ada padamu, dan 
beberapa butir kecilnya masih bersemayam dalam dirimu. Itulah kontrak 
kebebasan seorang hamba sahaya; selagi masih ada satu penny pun padanya,
 kau tertutup darinya. Selama kau masih menghisap biji kurma dari dunia 
ini, dari hawa nafsu, maksud dan kerinduanmu, dari memperhatikan sesuatu
 dari dunia ini, dari mengupayakan sesuatu pun darinya, atau mencintai 
sesuatu keuntungan duniawi atau akhirat - selama hal-hal ini masih 
bersemayam dalam dirimu, kau masih berada di pintu peluruhan diri. 
Berhentilah di sini, sampai peluruhan dirimu sempurna, lalu kau 
dikeluarkan dari tempat peleburan, dan kau terpakainkan, terhiasi dan 
menjadi harum, lalu kau dibawa kepada Raja nan agung dan berkata:
"Sesungguhnya kamu pada sisi Kami menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya." (QS 12:54)
Maka
 kau dianugerahi limpahan nikmat, dibelai dengan rahmat-Nya, diberi 
minuman, didekatkan, dan diberi pengetahuan tentang yang rahasia. 
Kemudian kau terbebaskan dari keperluan, karena yang diberikan kepadamu 
berasal dari hal-hal ini dan terbebaskan dari keperluan segala suatu. 
Tidakkah kau lihat kepingan emas, yang beraneka ragam yang beredar pagi 
dan petang, di tangan para penjual obat, tukang jagal, penjual makanan, 
penyamak, tukang minyak, pembersih dan lain-lain, baik yang bagus, 
rendah ataupun yang kotor? Kemudian kepingan-kepingan ini dikumpulkan 
dan memasukkan ke dalam tempat peleburan logam; lalu kepingan-kepingan 
ini meleleh dalam kobaran api, dikeluarkan darinya, ditempa dan 
dijadikan hiasan-hiasan, diperhalus, diperintah, dan kemudian 
ditempatkan di tempat-tempat terbaik, rumah-rumah, di balik kunci, dalam
 kotak-kotak, tempat-tempat gelap, atau dijadikan hiasan sebuah 
jembatan, dan kadang jembatan seorang raja besar. Dengan demikian, 
kepingan-kepingan emas itu berlalu dari tangan para penyamak ke hadapan 
para raja dan istana setelah dilebur dan ditempa. Dengan begini, duhai 
yang beriman, jika kau senantiasa bersabar dengan karunia-Nya, dan 
berpasrah terhadap takdir-Nya, maka kau akan didekatkan kepada Tuhanmu 
di dunia ini, dikaruniai pengetahuan tentang-Nya dan segala pengetahuan 
serta rahasia, dan akan dikaruniai tempat damai di akhirat bersama 
dengan para Nabi, shiddiq, syahid dan shalih dalam kedekatan Allah, 
dalam rumah-Nya, dan dekat dengan-Nya, sembari mereguk kasih-sayang-Nya.
 Maka dari itu, bersabarlah, jangan terburu-buru, ridhalah senantiasa 
dengan takdir-Nya, dan jangan mengeluh terhadap-Nya. Jika kau lakukan 
yang demikian, ,maka kau akan merasakan kesejukan ampunan-Nya, lezatnya 
pengetahuan tentang-Nya, kelembutan dan karunia-Nya. 
  
   |     
Nabi Suci saw. bersabda:   "Kefakiran mendekatkan kepada kekafiran."   
  Hamba yang beriman kepada Allah dan memasrahkan segala urusannya 
kepada-Nya,   diberi kemudahan oleh Allah dan keyakinan teguh bahwa 
apapun yang akan datang   kepadanya, akan sampai kepadanya, dan apa pun 
yang tidak mencapainya,   tidakakan datang kepadanya, dan bahwa: 
"Barangsiapa patuh kepada Allah,   Ia berikan baginya jalan keluar dan 
rezeki yang tidak disangka-sangkanya dan   barangsiapa bertawakal kepada
 Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya."   (QS 65:2-3)   
  Ia berkata begini kala ia dalam kemudahan dan kesenangan; lalu Allah  
 mengujinya dengan musibah dan kemiskinan; maka ia berdoa dengan penuh  
 kerendah dirian; tapi Ia tak mengabulkannya. Maka sabda Nabi saw.:   
"Kefakiran mendekatkan kepada kekafiran," berlaku. Maka Allah   bermurah
 kepadanya. Ia sirnakan darinya segala yang merundungnya, terus   
memberinya kesenangan, kelimpah-ruahan, dan daya untuk bersyukur serta 
memuji   Allah, hingga ia menghadap-Nya. Bila Allah ingin mengujinya, Ia
 kekalkan   musibah-Nya padanya dan memutuskan darinya pertolongan iman.
 Maka ia   menunjukkan kekafiran dengan menyalahkan dan menuduh Allah, 
dan dengan   meragukan janji-Nya. Sehingga ia mati dalam keadaan tak 
beriman kepada Allah,   mengingkari ayat-ayat-Nya, dan merasa marah 
kepada Tuhannya. Mengenai orang   semacam ini, Nabi saw. bersabda: 
"Sesungguhnya orang yang paling   sengsara, pada Hari Kebangkitan, ialah
 orang yang telah diberi kemiskinan   oleh Allah di kehidupan ini, dan 
disiksa di akhirat. Kami berlindung kepada   Allah dari hal semacam 
itu."     Kemiskinan yang diperbincangkan ini ialah kemiskinan 
yang membuat manusia   lupa kepada Allah, dan karena inilah, ia 
berlindung kepada-Nya. Orang yang   hendak dipilih oleh Allah, yang 
telah dijadikan pilihan-Nya dan pengganti   para Nabi-Nya, dan yang 
telah dijadikan pilihan-Nya dan pengganti para   Nabi-Nya, dan yang 
telah dijadikan sebagai penghulu para wali-Nya, manusia   agung dan 
berilmu, perantara dan pembimbing ke arah Tuhan - kepada orang ini,   Ia
 anugerahkan limpahan kesabaran, kepatuhan dan keterleburan dalam   
kehendak-Nya. Kemudian Ia karuniakan kepadanya limpahan rahmat-Nya 
sepanjang   siang dan malam, sendiri atau bersama, kadang nampak, kadang
 tidak nampak;   dan menyertai inilah berbagai kelembutan, hingga akhir 
hayatnya. 
 |   
Betapa
 sering kau berkata, apa yang mesti kulakukan, apa yang mesti kugunakan 
(untuk mencapai tujuanku)? Tetaplah di tempatmu. Jangan melampaui 
batasmu, sampai jalan keluar dikaruniakan bagimu dari-Nya yang telah 
memerintahkanmu untuk tinggal di tempatmu. Allah berfirman:
"Wahai orang-orang beriman, bersabarlah, senantiasa berteguhlah dan jagalah kewajibanmu terhadap Allah." (QS 3:199)
Ia
 telah memerintahkanmu untuk bersabar, wahai orang-orang beriman, untuk 
berlomba-lomba dalam kesabaran, untuk berteguh, untuk senantiasa ingat 
dan untuk menjadikan hal ini sebagai kewajiban. Ia kemudian 
memperingatkanmu terhadap ketaksabaran, sebagaimana firman-Nya, "Jagalah
 senantiasa kewajibanmu terhadap Allah," dan ini berkenaan dengan 
pengabaian kebajikan ini. Ini berarti bahwa kau harus senantiasa 
bersabar. Kebaikan dan keselamatan ada dalam kesabaran. Nabi Suci saw. 
bersabda:
"Kesabaran dan keimanan serupa dengan kepala dan tubuh."
Bagi
 segala suatu ada balasannya sesuai dengan kadarnya, tetapi balasan bagi
 kesabaran tak terhingga. Sebagaimana Allah berfirman: 
"Sesungguhnya kesabaran akan diberi pahala yang tak terhingga." (QS 39:10)
Nah,
 jika kau jaga kewajibanmu terhadap-Nya dengan sabar, dan memperhatikan 
batas-batas yang telah ditentukan oleh-Nya, maka Ia akan membalasmu 
sebagaimana yang dijanjikan-Nya kepadamu dalam kitab-Nya:
"Barangsiapa
 menjaga kewajibannya terhadap Allah, maka Ia akan membuatkan baginya 
tempat, dan memberinya rezeki yang tak diduganya." (QS 65:123)
Bersabarlah
 dengan mereka yang beriman kepada Alah, hingga jalan keluar terbentang 
bagimu, sebab Allah telah menjanjikanmu kecukupan dalam 
firman-firman-Nya:
"Barangsiapa beriman kepada Allah, maka Ia mencukupi-Nya." (QS 65:3)
Bersabarlah
 selalu dan berimanlah kepada Allah bersama mereka yang berbuat 
kebajikan terhadap orang lain, sesungguhnya Allah telah menjanjikan 
kepadamu balasan untuk ini, sebagaimana firman-Nya:
"Demikianlah Kami balas mereka yang berbuat kebajikan terhadap yang lain." (QS 6:85)
Allah akan mencintaimu lantaran kebajikan ini, sebab Ia berfirman:
"Sesungguhnya Allah mencintai orang yang berbuat kebajikan terhadap orang lain." (QS 3:133)
Jadi,
 kesabaran adalah sumber segala kebajikan dan keselamatan di dunia ini 
dan di akhirat, dan melaluinya para mukmin mencapai kepasrah-ikhlasan 
terhadap kehendak Allah, dan kemudian melebur dalam tindakan-tindakan 
Allah, yang adalah keadaan para badal atau ghaib. Maka jangan sampai 
gagal meraih keadaan seperti ini, agar kau tak hina di dunia ini dan di 
akhirat, agar di akhirat, agar kekayaan keduanya ini tidak berlalu 
darimu. 
Jika
 kau dapati hatimu membenci atau mencintai seseorang, telaahlah 
perilakunya dengan Kitabullah dan sunnah Nabi. Kalau perilakunya dibenci
 oleh kedua pewenang ini, berbahagialah dengan keselarasan dengan Allah 
dan Nabi-Nya. Jika perilakunya sesuai dengan keduanya, sedangkan kau 
memusuhinya, maka ketahuilah bahwa kau adalah pengikut hawa nafsumu. Kau
 membencinya lantaran kebencianmu kepadanya dan menentang Allah, Yang 
Maha kuasa lagi Maha agung, menentang Nabi-Nya, dan menentang kedua 
pewenang ini. Maka berpalinglah kepada Allah, bertaubat dan mohonlah 
kepadanya kecintaan kepada orang itu dan para pilihan Allah, para 
wali-Nya dan para saleh, bersesuaianlah dengan Allah dalam mencintainya.
 Berlaku serupalah terhadap yang kau cintai. yaitu, menelaah perilakunya
 dengan cahaya Kitabullah dan sunnah Nabi. Jika ia ternyata disenangi 
oleh kedua pewenang ini, maka cintailah dia. Tapi, jika perilakunya tak 
disenangi oleh keduanya, maka bencilah ia, agar kau tak mencintai dan 
membencinya karena hawa nafsumu. Allah berfirman: "Dan jangan ikuti hawa
 nafsumu, agar kau tak menyimpang dari jalan Allah." (QS 38:26)
  
   |     
Betapa
 sering kau berkata,   "Siapa pun yang kucintai, cintaku kepadanya tak 
abadi. Perpisahan   memisahkan kita, baik melalui ketakhadiran, 
kematian, permusuhan, kebinasaan   ataupun lenyapnya kekayaan." Tidakkah
 kau tahu, wahai yang beriman   kepada Allah, yang kepadanya Allah 
menganugrahkan karunia-karunia-Nya, yang   diperhatikan oleh Allah, yang
 dilindungi oleh Allah. Tidakkah kau tahu bahwa   sesungguhnya Allah 
cemburu. Ia telah menciptakanmu demi Diri-Nya sendiri.   Kenapa kau 
ingin menjadi milik selain-Nya. Belumkah kau dengar firman-Nya:   "Ia mencintai mereka, mereka pun mencintai-Nya." (QS 5:54)   "Dan tak Kuciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka   mengabdi-Ku." (QS 51:56)   
  Atau, belumkah kau dengar sabda Nabi: "Bila Allah mencintai seorang   
hamba, maka ia mengujinya; bila ia sabar, maka Ia memeliharanya." Ia   
ditanya: "Ya Rasulullah (saw.), bagaimana pemeliharaan-Nya?" Ia   
berkata: "Ia tak menyisihkan baginya kekayaan atau anak."     
Karena bila ia memiliki kekayaan atau anak yang dicintainya, maka 
cintanya   kepada Tuhannya terbagi, kemudian sirna, kemudian terbagikan 
antara Allah dan   selain-Nya. Ia cemburu. Ia Mahakuasa atas segala 
suatu. Lalu ia   dibinasakan-Nya, untuk menguasai hati hamba-Nya demi 
Diri-Nya Sendiri. Maka   kebenaran firman Allah akan terbukti: "Ia akan 
mencintai mereka, dan   mereka akan mencintaiNya." (QS 5:54)     
Sampai akhirnya hati menjadi bersih dari segala selain Allah dan   
berhala-berhala seperti istri, harta, anak, kesenangan dan kerinduan 
akan   kekuasaan, kerajaan, keajaiban, keadaan rohani, taman-taman 
surga, maqam   rohani dan kedekatan dengan Allah - tiada tujuan dan 
kehendak di hatinya.   Maka, hatinya akan menjadi seperti sebuah bejana 
berlubang, yang di dalamnya   tiada cairan pun bisa tinggal. Sebab, ia 
kini telah diremuk-redamkan oleh   tindakan Allah dan kecemburuan-Nya. 
Maka, tirai-tirai keluhuran, kekuatan dan   kehebatan menyelubunginya, 
dan parit-parit keagungan mengitarinya. Maka,   tiada kehendak akan 
sesuatu mampu mendekati hatinya. Tiada harta, anak,   istri, sahabat, 
keajaiban, wewenang dan daya tafsir, mampu merusak hatinya.   Karenanya,
 semua itu takkan membangkitkan kecemburuan Allah, tapi akan menjadi   
tanda kemuliaan dari-Nya bagi hamba-Nya, kelembutan-Nya terhadapnya, 
rahmat   dan karunia-Nya, dan hal yang bermanfaat bagi mereka yang 
menuju kepada-Nya.   Dengan demikian, orang-oang ini termuliakan oleh 
ini dan dilindungi melalui   kemuliaan dari Allah ini, yang akan menjadi
 penjaga, pelindung dan perantara   mereka dalam kehidupan ini dan di 
akhirat. 
 |   
Ada empat jenis manusia. Yang pertama,
 tidak berlidah dan tidak berhati. Mereka adalah manusia biasa, bodoh 
dan hina. Mereka tidak pernah ingat kepada Allah. Tiada kebaikan dalam 
diri mereka. Mereka bagai sekam tidak berbobot, jika Allah tidak 
mengasihi mereka, membimbing hati mereka kepada keimanan pada-Nya 
Sendiri. Waspadalah, jangan menjadi seperti mereka. Inilah 
manusia-manusia sengsara dan dimurkai oleh Allah. Mereka adalah 
penghuni-penghuni neraka. Kita berlindung kepada Allah dari mereka.
Hiasilah
 dirimu dengan ma'rifat. Jadilah guru kebenaran, pembimbing ke jalan 
agama, pemimpinnya dan penyerunya. Ingat, bahwa kau mesti mendatangi 
mereka, mengajak mereka kepada ketaatan kepada Allah dan memperingatkan 
mereka akan dosa terhadap Allah. Maka, kau akan menjadi pejuang di jalan
 Allah dan akan dipahalai, sebagaimana para nabi dan utusan Allah. Nabi 
Suci saw. berkata kepada Ali r.a.:
"Jika Allah membimbing seseorang melalui pembimbingmu atasnya, adalah lebih baik bagimu daripada tempat matahari terbit."
Yang kedua,
 berlidah tapi tak berhati. Mereka berbicara bijak, tapi tidak berbuat 
bijak. Mereka menyeru orang kepada Allah, tapi mereka sendiri jauh 
dari-Nya. Mereka jijik terhadap noda orang lain, tapi mereka sendiri 
tenggelam dalam noda. Mereka menunjukkan kepada orang lain kesalehan 
mereka, tapi mereka sendiri berbuat dosa besar terhadap Allah. Bila 
sendirian, mereka bagai serigala berpakaian. Inilah manusia yang 
tentangnya Nabi memperingatkan. Ia bersabda: 
"Hal yang paling mesti ditakuti, yang aku takuti, oleh pengikut-pengikutku, iaitu orang berilmu yang jahat."
Kita
 berlindung kepada Allah dari orang semacam itu. Maka dari itu, 
menjauhlah selalu dari orang seperti itu, agar kau tidak terseret oleh 
manis lidahnya, yang kemudian api dosanya akan membakarmu, dan kebusukan
 rohani serta hatinya akan membinasakanmu.
Yang ketiga,
 berhati tapi tidak berlidah, dan beriman. Allah telah memberinya dari 
makhluk-Nya, menganugerahinya pengetahuan tentang noda-noda dirinya 
sendiri, mencerahkan hatinya dan membuatnya sadar akan mudharatnya 
berbaur dengan manusia, akan kekejian berbicara dan yang telah yakin 
bahwa keselamatan ada dalam ke-diam-an serta keberadaan dalam sebuah 
sudut, sebagaimana sabda Nabi saw.: "Barangsiapa senantiasa diam, maka 
ia memperolehi keselamatan." "Sesungguhnya pengabdian kepada Allah 
terdiri atas sepuluh bagian, yang sembilan bagian ialah ke-diam-an." 
Maka, orang ini adalah wali Allah dalam hal rahasia-Nya, terlindungi, 
memiliki keselamatan dan banyak pengetahuan, terahmati dan segala yang 
baik ada padanya. Nah, ingatlah, bahwa kau mesti senantiasa bersama 
dengan orang semacam ini, layanilah ia, cintailah ia dengan memenuhi 
kebutuhan yang dirasakannya, dan berilah ia hal-hal yang akan 
menyenangkannya. Bila kau melakukan yang demikian ini, maka Allah akan 
mencintaimu, memilihmu dan memasukkanmu ke dalam kelompok sahabat dan 
hamba saleh-Nya disertai rahmat-Nya. 
Yang keempat ialah manusia yang diundang ke dunia ghaib, yang dipakaikan kemuliaan.
"Barangsiapa
 mengetahui dan bertindak berdasarkan pengetahuannya dan memberikannya 
kepada orang lain, maka ia diundang ke dunia ghaib dan menjadi mulia."
Orang
 semacam itu memiliki pengetahuan tentang Allah dan tanda-Nya. Hatinya 
menjadi penyimpan pengetahuan yang langka tentang-Nya, dan Ia 
menganugerahkan kepadanya rahasia-rahasia yang disembunyikan-Nya dari 
yang lain. Ia memilihnya, mendekatkannya kepada-Nya Sendiri, 
membimbingnya, memperluas hatinya agar bisa menerima rahasia-rahasia dan
 pengetahuan-pengetahuan ini, dan menjadikannya seorang pekerja 
dijalan-Nya, penyeru hamba-hamba-Nya kepada jalan kebajikan, pengingat 
akan siksaan perbuatan-perbuatan keji, dan hujjatullah di tengah-tengah 
mereka, pemandu dan yang terbimbing, perantara, dan yang perantaraannya 
diterima, seorang shiddiq dan saksi kebenaran, wakil para nabi dan 
utusan Allah, yang bagi mereka limpahan rahmat Allah.
Maka, orang
 ini menjadi puncak umat manusia. Tiada maqam di atas ini, kecuali maqam
 para nabi. Adalah kewajibanmu untuk berhati-hati, agar kau tak memusuhi
 orang semacam itu, tak menjauhinya dan tak melecehkan ucapan-ucapannya.
 Sesungguhnya keselamatan terletak pada ucapan dan kebersamaan dengan 
orang itu. Sedang kebinasaan dan kesesatan terletak pada selainnya; 
kecuali orang yang dikaruniai oleh Allah daya dan pertolongan yang 
membawa kepada kebenaran dan kasih sayang. Nah, telah kupaparkan bagimu 
bahwa manusia dibagi menjadi empat bagian. Maka, perhatikanlah dirimu 
sendiri jika kau punya jiwa yang terus-mata. Selamatkanlah dirimu dengan
 sinarnya, jika kau ingin sekali menyelamatkannya dan mencintainya.
Semoga Allah membimbing kita kepada yang dicintainya di dunia dan di akhirat! 
Betapa
 aneh kau marah kepada Tuhanmu, menyalahkan-Nya dan menganggap-Nya, Yang
 Maha kuasa lagi Maha agung, tidak adil, menahan rezeki, tidak 
menjauhkan musibah. Tidakkah kau tau bahwa setiap kejadian ada waktunya,
 dan setiap musibah ada akhirnya? Keduanya tidak bisa dimajukan atau 
ditunda. Masa-masa musibah tidak berubah, sehingga datang kebahagiaan. 
Masa-masa kesulitan tidak berlalu, sehingga datang kemudahan. Berlaku 
paling baiklah, diamlah senantiasa, bersabar, berpasrah dan ridhalah 
kepada Tuhanmu. Bertaubatlah kepada Allah.
Di hadapan Allah tiada
 tempat untuk menuntut atau membalas dendam seseorang tanpa dosa 
dorongan nafsu, sebagaimana yang terjadi dalam hubungan antara 
hamba-Nya. Ia, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, sepenuhnya esa. Ia 
menciptakan hal-hal dan menciptakan manfaat dan mudharat. Maka, Ia 
mengetahui awal, akhir dan akibat mereka. Ia, Yang Maha kuasa lagi Maha 
agung, bijak dalam bertindak dan tiada ketakselarasan dalam 
tindakan-Nya. Ia tidak melakukan sesuatu pun tanpa arti dan main-main. 
Adalah tak layak menisbahkan kecacatan atau kesalahan kepada 
tindakan-Nya. Lebih baik menunggu kemudahan, jika kau merasakan 
kepudaran kepatuhanmu terhadap-Nya, hingga tibanya takdir-Nya, 
sebagaimana datangnya musim panas setelah berlalunya musim dingin, dan 
sebagaimana datangnya siang setelah berlalunya malam.
Nah, jika 
kau memohon tibanya cahaya siang selama kian memekatnya malam, maka 
permohonanmu sia-sia; tapi kepekatan malam kian memuncak hingga 
mendekati fajar, siang datang dengan kecerahannya, entah kau kehendaki 
atau tidak. Jika kau kehendaki kembalinya malam pada saat itu, maka 
doamu takkan dikabulkan. Sebab kau telah meminta sesuatu yang tidak 
layak. Kau akan dibiarkan meratap, longlai, jemu dan enggan. 
Tinggalkanlah semua ini, senantiasa beriman dan patuhlah kepada Tuhanmu 
dan bersabarlah. Maka, segala milikmu takkan lari darimu, dan segala 
yang bukan milikmu takkan kau perolehi. Demi imanku, begitulah, mohonlah
 pertolongan kepada Allah, dengan mematuhi-Nya. "Mohonlah kepada-Ku, 
maka akan Kuterima permohonanmu." (QS 40:60). "Mintalah kepada Allah 
karunia-karunia-Nya." (QS 4:32). Mohonlah kepada-Nya, maka Ia akan 
menerima permohonanmu pada saatnya, bila dikehendaki-Nya, dan bila hal 
itu bermanfaat bagimu dalam kehidupan duniawimu dan akhirat.
Jangan
 salahkan Ia bila Ia menangguhkan penerimaan doamu. Jangan jemu berdoa. 
Sebab, sesungguhnya jika kau tak memperolehi, kau juga tak rugi. Jika Ia
 tidak segera menerima doamu di kehidupan duniawi ini, maka Ia akan 
menyisihkan bagimu pahala di kehidupan kelak. Nabi bersabda bahwa pada 
Hari Kebangkitan hamba-hamba Allah akan mendapati dalam kitab amalannya 
amal-amal yang tak dikenalinya. Lalu, kepadanya dikatakan bahwa itu 
adalah balasan dari doa-doanya di kehidupan duniawinya yang tidak 
dikabulkan. Maka dari itu, ingatlah selalu Tuhanmu, esakanlah Ia selalu 
dalam memohon sesuatu dari-Nya. Jangan memohon kepada selain-Nya. Maka, 
setiap saat, baik siang maupun malam, sehat atau sakit, suka atau duka, 
kau berada dalam keadaan:
1) Tak meminta, ridha dan pasrah kepada
 kehendak-Nya, seperti jasad mati di hadapan orang yang memandikannya, 
atau seperti bayi di tangan perawat, atau seperti bola polo di depan 
pemain polo, yang menggulirkannya dengan tongkat polonya. Dan Allah 
berbuat sekehendak-Nya. Bila hal itu adalah rahmat, rasa syukur dan 
puja-puji meluncur darimu, dan limpahan rahmat datang dari-Nya, Yang 
Maha kuasa lagi Maha agung, sebagaimana firman-Nya:
"Sesungguhnya jika kau bersyukur, tentu akan Kuberikan kepadamu lebih banyak lagi" (QS 14:7)
Tapi,
 jika hal itu adalah musibah, maka kesabaran dan kepatuhan meluncur 
darimu dengan pertolongan kekuatan yang dianugerahkan oleh-Nya, 
keteguhan hati, pertolongan rahmat dan kasih-sayang dari-Nya, 
sebagaimana firman-Nya, Yang Maha kuasa lagi Maha agung:
"Sesungguhnya Allah bersama orang yang sabar." (QS 2:153)
"Jika kau menolong Allah, maka Ia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS 47:7)
Bila
 kau telah membantu (jalan) Allah, dengan menentang hawa nafsumu, tidak 
menyalahkan-Nya, menghindari ketaksenangan dirimu terhadap kehendak-Nya,
 menjadi musuh diri demi Allah, siap menyerangnya dengan pedang bila ia 
bergerak dengan kekafiran dan kesyirikannya, menebas kepalanya dengan 
kesabaran dan keselarasanmu dengan Tuhanmu, dengan keridhaan terhadap 
kehendak dan janji-Nya, - jika kau berlaku demikian, maka Allah akan 
menjadi penolongmu. Mengenai rahmat dan kasih-sayang Ia berfirman: 
"Berilah kabar baik kepada orang-orang yang sabar, mereka, yang bila 
ditimpa musibah, berkata: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan 
kepada-Nya kami kembali. Mereka adalah yang dikaruniai rahmat dan 
kasih-sayang Tuhan mereka, dan mereka adalah pengikut-pengikut jalan 
kebenaran." (QS 2:156-157). Atau
2) Memohon kepada Allah dengan 
kerendah dirian, dengan mengagungkan-Nya, dan patuh kepada 
perintah-perintah-Nya. Ya, berdoalah kepada Allah, hal itu adalah layak,
 sebab Ia sendirilah yang memerintahkanmu untuk memohon kepada-Nya, 
berpaling kepada-Nya, telah membuat hal itu sebagai sarana kesenanganmu,
 semacam utusan darimu kepada-Nya, sarana penghubung dengan-Nya, dan 
sarana pendekatan kepada-Nya, asalkan, tentu saja, kau tidak 
menyalahkan-Nya, marah kepada-Nya, karena ditangguhkan-Nya penerimaan 
doamu. Nah, perhatikanlah perbedaan antara dua keadaan ini. Jangan 
berada di luar keduanya, sebab tiada keadaan selain keduanya. 
Berhati-hatilah agar kau tak berbuat aniaya, yang melanggar batas. 
Sehingga Ia akan membinasakanmu dan Ia tidak akan memperhatikanmu, 
sebagaimana dibinasakan-Nya orang-orang yang telah berlalu di dunia ini,
 dengan menambah bencana-bencana-Nya, dan di akhirat, dengan siksa yang 
amat pedih.
Maha besar Allah! Wahai yang tau keadaanku! Kapada-Mu lah aku beriman. 
Berpantang
 dari segala yang haram adalah wajib bagimu, kalau tidak, maka tali 
kehancuran akan menjeratmu. Kau takkan lepas darinya, kecuali dengan 
kasih-sayang-Nya. Nabi Suci saw. bersabda bahwa asas agama adalah 
keberpantangan dari segala yang haram, sedang kebinasaannya adalah 
kerakusan. Umar ibn Khaththab Ra. Pernah berkata:
"Kami
 biasa berpantang dari sembilan per sepuluh dari hal-hal yang halal, 
sebab kami khawatir kalau-kalau kami jatuh ke dalam hal-hal yang haram."
Abu Bakar Ra. Pernah berkata:
"Kami biasa menghindari tujuh puluh pintu dari hal-hal yang halal, karena kami khawatir akan keterlibatan dalam dosa."
Pribadi-pribadi ini berlaku demikian hanya untuk menjauh dari segala yang haram. Mereka bertindak berdasarkan sabda Nabi saw.:
"Ingatlah!
 Sesungguhnya setiap raja memiliki sebuah padang rumput yang terjaga. 
Sedang padang rumput Allah ialah hal-hal yang dilarang-Nya."
Maka,
 orang yang berbeda di sekitar padang itu, boleh memasukinya. Namun, 
orang yang memasuki benteng raja, melewati gerbang pertama, kedua dan 
ketiga, hingga sampai di singgasana, adalah lebih baik berbanding orang 
yang berada di pintu pertama. Maka, bila pintu ketiga tertutup baginya, 
hal itu takkan merugikannya, sebab ia tetap berada di balik dua pintu 
istana, dan ia memiliki milikan raja, dan tentaranya dekat dengannya. 
Tapi, bagi orang yang berada di pintu pertama, jika pintu ini tertutup 
baginya, maka ia tetap sendirian di padang terbuka, bisa-bisa diterkam 
serigala dan musuh, bisa-bisa ia binasa. Begitu pula, orang yang 
menunaikan perintah-perintah Allah akan dijauhkan darinya pertolongan 
daya dan keleluasaan, dan ia akan terbebas dari kedua hal ini. Dan ia 
tetap berada di dalam hukum. Bila kematian merenggutnya, maka ia berada 
dalam kepatuhan dan pengabdian. Dan amal kebajikannya akan menjadi saksi
 baginya.
Orang yang diberi kemudahan, sedang ia tidak menunaikan
 kewajiban-kewajibannya, jika kemudahan itu dicabut darinya dan ia 
terputus dari pertolongan-Nya, maka hawa nafsu akan menguasainya, dan ia
 akan tenggelam dalam hal-hal yang haram, keluar dari hukum, bersama 
dengan para setan, yang adalah musuh-musuh Allah, dan akan menyimpang 
dari jalan kebenaran. Maka, jika kematian merenggutnya, sedang ia belum 
bertaubat, maka ia akan binasa, jika Allah tidak mengasihinya. Jadi, 
bahaya terletak pada keterlengahan, sedang keselamatan terletak pada 
pemenuhan kewajiban. 
Jadikanlah
 kehidupan setelah matimu sebagai modal dan kehidupan duniawimu sebagai 
keberuntungan. Jika masih ada waktu lebih, habiskanlah demi kehidupan 
duniawimu, yakni dengan mencari nafkah. Jangan kau buat kehidupan 
duniawimu sebagai modalmu, dan kehidupan setelah matimu sebagai 
keuntunganmu, dan sisa waktumu kau habiskan untuk memperolehi kehidupan 
setelah mati dan memenuhi kewajiban shalat lima waktu. Kau diperintahkan
 untuk mengendalikan kedirianmu, agar ia mematuhi Tuhannya. Tetapi kau 
bertindak tidak layak terhadapnya, dengan menuruti dorongan-dorongannya 
dan kau serahkan kendalinya kepadanya, kau ikuti keinginan-keinginan 
rendahnya, kau bersekutu dengan iblis dan nafsunya, sehingga kau tidak 
memiliki yang terbaik dari kehidupan ini dan kelak, sehingga kau masuki 
Hari Pengadilan sebagai orang paling miskin kebajikan, dan tidak 
memperolehi, dengan mengikutinya, sebagian besar bagianmu dalam 
kehidupan duniawi ini. Tapi, jika kau melalui jalur akhirat dengannya, 
dan menggunakannya sebagai modalmu, maka kau akan memperolehi kehidupan 
duniawi dan ukhrawi. Sedang bagian duniawimu akan kau terima dengan 
segala kenikmatannya, dan kau akan terhormat. Nabi bersabda:
"Sesungguhnya
 Allah menyelamatkan di dunia ini demi akhirat, sedang keselamatan di 
akhirat tidak dimaksudkan demi kehidupan duniawi ini."
Nah, 
begitulah. Dan niat untuk akhirat ialah kepatuhan kepada Allah. Sebab 
niat merupakan ruh pengabdian dan kemaujudannya. Bila kau mematuhi Allah
 dengan berpantang di dunia ini, dan dengan mengupayakan tempat di 
akhirat, maka kau menjadi pilihan Allah, dan kehidupan akhirat akan kau 
perolehi, yaitu syurga dan kedekatan dengan-Nya. Maka, dunia akan 
mengabdi kepadamu, dan bagianmu darinya akan sepenuhnya kau perolehi, 
sebab segala suatu patuh kepada Penciptanya, yaitu Tuhannya. Bila kau 
diliputi kehidupan duniawi dan berpaling dari akhirat, maka Allah akan 
murka kepadamu; kau akan kehilangan akhirat, dunia takkan patuh 
kepadamu, dan akan menghalangi datangnya bahagianmu, karena murka Allah 
kepadamu, sebab ia adalah milik-Nya. Nabi bersabda:
"Dunia dan akhirat adalah ibarat dua isteri; jika kau menyenangkan yang satu, maka yang lain akan marah kepadamu."
Allah, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, berfirman:
"Sesungguhnya sebagian darimu menyukai kehidupan duniawi ini, dan sebagiannya lagi mencintai akhirat." (QS 2:151)
Kesemua
 ini disebut anak-anak dunia dan anak-anak akhirat. Nah, anak siapakah 
kau. Bila kau berada di kehidupan lain, akan kau lihat satu kelompok di 
neraka. Maka sebagian orang senantiasa berada di tempatnya, pada satu 
hari yang, kata Allah, sama dengan lima belas ribu tahun. Sedang 
sebagian yang lain berada di meja makan yang di atasnya makanan, 
buah-buahan dan madu yang lebih putih, yang sangat lezat, daripada es, 
sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadis: 
"Mereka
 akan melihat tempat mereka di syurga, sampai Allah selesai meminta 
pertanggungjawaban manusia, dan mereka akan memasuki syurga sebagaimana 
mereka memasuki rumah mereka di dunia ini."
Mereka meraih hal ini
 karena telah mencampakkan dunia dan berupaya mencapai akhirat dan 
Tuhannya. Sedang mereka yang tenggelam dalam berbagai kesulitan dan 
kehinaan disebabkan tenggelamnya mereka dalam hal-hal duniawi, dan 
pengabaian mereka akan akhirat, Hari Pengadilan dan yang akan terjadi 
pada mereka kelak sebagaimana disebutkan dalam Kitabullah dan Sunnah 
Nabi. Maka pandanglah dirimu dengan pandangan penuh kasih-sayang, 
pilihkanlah baginya yang lebih baik di antara kedua kelompok ini dan 
jauhkanlah ia dari kekejian, pembangkangan dan jin. Jadikanlah 
Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya sebagai pembimbingmu, renungkanlah dua 
pewenang ini, berlakulah dengan keduanya, dan jangan terkecoh oleh 
perkataan kosong dan keberlebihan. Allah berfirman:
"Segala
 yang dibawa oleh Nabi kepadamu, terimalah, dan segala yang dilarangnya,
 jauhilah dan bertakwalah kepada Allah." (QS 48:7)
"Dan mereka mengada-adakan ruhbaniyyah (kepaderian-penyunting), padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka." (QS 57:27)
"Dan
 tiadalah yang diucapkannya itu menurut hawa nafsunya, dan ucapannya itu
 tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan." (QS 53: 3-4)
Maknanya: "Segala yang ia sampaikan kepadamu berasal dari-Ku, bukan dari kediriannya, maka ikutilah."
"Jika kau mencintai Allah ikutilah aku, maka Allah akan mencintaimu." (QS 3:30)
Jelaslah, bahwa jalur cinta ialah mengikuti kata dan perilakunya.
Nabi Suci saw bersabda: "Berupaya adalah jalanku dan beriman kepada Allah adalah keadaanku."
Maka,
 kau berada di antara upaya dan keadaannya. Jika imanmu lemah, kau mesti
 berupaya, dan jika imanmu teguh, kau mesti menggunakan keadaanmu, yang 
adalah kebergantungan kepada-Nya. Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung 
berfirman:
"Dan kepada Allah lah kau mesti berharap." "Barangsiapa beriman kepada Allah, maka Ia mencukupinya." (QS 65:3)
"Sesungguhnya Allah mencintai mereka yang beriman kepada-Nya." (QS 3:158)
Nah,
 Ia memerintahkanmu untuk senantiasa beriman kepada-Nya, sebagaimana 
Nabi juga diperintahkan. Nabi saw. bersabda: "Barangsiapa berbuat 
sesuatu yang tidak kami perintahkan, maka perbuatannya itu tertolak."
Hal
 ini meliputi kehidupan, kata dan perilaku. Hanya Nabilah yang dapat 
kita ikuti, dan hanya berdasarkan Qur'anlah kita berbuat. Maka, jangan 
menyimpang dari keduanya ini, agar kau tak binasa, dan agar hawa nafsu 
serta setan tidak menyesatkanmu. "Jangan ikuti hawa nafsu, karena ia 
akan memalingkanmu dari jalan Allah." (QS 38:26)
Adapun 
keselamatan terletak pada Kitabullah dan sunnah Nabi. Sedang kebinasaan 
terletak di luar keduanya, dan dengan pertolongan keduanya ini, hamba 
Allah mencapai keadaan wali, badal dan ghauts. 
Wahai
 orang-orang yang beriman, kenapa kau iri terhadap tetanggamu yang hidup
 senang, yang memperolehi rahmat-rahmat dari Tuhannya? Tidakkah kau tau 
bahwa yang demikian ini melemahkan imanmu, mencampakkanmu di hadapan 
Tuhanmu dan membuatmu dibenci oleh-Nya? Sudahkah kau dengar sabda Nabi 
bahwa Allah berfirman: "Seorang yang iri hati adalah musuh rahmat Kami"?
Belumkah
 kau dengar sabda Nabi: "Sesungguhnya, keiri-hatian melahap habis 
kebajikan, sebagaimana api melahap habis bahan bakar"? Lantas, kenapa 
kau iri terhadapnya. Duhai orang yang malang? Baginyakah atau bagimu? 
Nah, jika kau iri terhadapnya, lantaran karunia Allah baginya, maka 
berarti kau tidak selaras dengan firman-Nya:
"Kami karuniakan di antara mereka rezeki mereka  di kehidupan duniawi ini." (QS 43:32)
Berarti
 kau benar-benar zalim terhadap orang ini, yang menikmati karunia 
Tuhannya, yang khusus Dia karuniakan kepadanya, yang telah dijadikan-Nya
 sebagai bagiannya dan yang tidak diberikan-Nya sedikit pun dari bagian 
itu kepada orang lain. Nah, siapakah yang lebih zalim, serakah dan bodoh
 selainmu? Allah bebas dari kecacatan seperti itu. Firman-Nya:
"Firman Kami takkan berubah, dan Kami tidak menzalimi hamba-hamba Kami." (QS 1:29)
Sesungguhnya
 Allah takkan mencabut darimu segala yang telah ditentukan-Nya bagimu 
dan takkan memberikannya kepada selainmu. Maka, lebih baik bagimu iri 
terhadap bumi yang menyimpan aneka harta kekayaan, seperti emas, perak 
dan batu-batu mulia, yang telah dipendam oleh raja-raja terdahulu, 
seperti 'Ad, Tsamud, para raja serta kaisar Persia dan Romawi - daripada
 iri terhadap saudaramu.
Hal ini seperti seorang yang melihat 
seorang raja yang memiliki kekuasaan, tentara, kehormatan dan kerajaan, 
yang menguasai negeri-negeri, memungut pajak, memeras mereka demi 
keuntungan pribadi dan menikmati aneka kesenangan, tapi tidak iri 
terhadap raja ini, sedang terhadap seekor anjing buas yang tunduk kepada
 salah seekor anjing raja itu, yang bersamanya siang dan malam, dan 
diberi sisa-sisa makanan dari dapur kerajaan, dan hidup dengannya: orang
 ini mulai iri terhadap anjing ini, memusuhinya, menghendaki 
kematiannya, dan ingin menggantikan kedudukannya sepeninggalnya, tanpa 
merasa enggan terhadap dunia, atau membina sikap agamis dan ridha dengan
 nasibnya. Adakah manusia, di sepanjang masa, yang lebih bodoh daripada 
orang ini?
Maka, ketahuilah. Duhai orang yang malang! Apa yang 
mesti dihadapi oleh tetanggamu kelak pada Hari Kebangkitan, jika ia tak 
mematuhi Allah, padahal ia menikmati karunia-karunia-Nya dan tidak 
memanfaatkan karunia-karunia itu untuk mengabdi kepada-Nya?
Belumkah kau dengar keterangan ini:
"Sesungguhnya
 akan ada kelompok-kelompok orang yang menghendaki, pada Hari 
Kebangkitan, agar daging mereka dipisahkan dari tubuh mereka dengan 
gunting, karena mereka melihat pahala bagi penderita-penderita 
kesulitan."
Maka tetanggamu akan menginginkan , pada Hari 
kebangkitan, kedudukanmu di dunia ini, karena pertanggungjawabannya, 
kesulitan-kesulitannya, keberdiriannya selama lima puluh ribu tahun di 
terik matahari masa itu, atas kenikmatan hidup duniawi yang telah 
direguknya.
Sedang kau akan selamat dari hal ini di bawah naungan
 Arsy Allah, sembari makan, minum, bersenang-senang karena kesabaranmu 
dalam menghadapi nasibmu dan keselarasanmu dengan perintah Tuhanmu. 
Semoga Allah menjadikanmu orang yang sabar dalam menghadapi musibah, 
bersyukur atas rahmat-Nya dan memasrahkan segala urusannya kepada Tuhan 
bumi dan langit. 
Barangsiapa
 menunaikan perintah Tuhannya dengan ikhlas dan sungguh-sungguh, berarti
 ia mencampakkan segala selain-Nya siang dan malam. Wahai manusia , 
jangan mengaku kepunyaanmu segala yang tidak kau miliki. Esakanlah 
Allah, jangan sekutukan Dia dengan sesuatu pun, dan jadikanlah dirimu 
sasaran kehendak-Nya, yang takkan mematikanmu, tapi melukaimu. Dan siapa
 pun yang memfanakan diri demi Allah, maka ia akan memperoleh ganti 
dari-Nya.
  
   |     
Melakukan
 sesuatu karena nafsu, bukan   karena perintah Allah, berarti menyimpang
 dari kewajiban dan menentang   kebenaran. Melakukan sesuatu, bukan 
karena nafsu, berarti selaras dengan   kebenaran, sedang 
mencampakkannya, berarti kemunafikan. 
 |   
Jangan
 berharap menjadi saleh, jika kau belum menjadi musuh kedirianmu, dan 
benar-benar terlepas dari semua organ tubuhmu, dan terlepas dari semua 
hubungan dengan kemaujudanmu, dengan gerak-gerikmu dan kediamanmu, 
dengan pendengaranmu dan penglihatanmu, dengan pembicaraan dan dengan 
diammu, dengan upaya, tindakan dan pemikiranmu, dan dengan segala yang 
berasal darimu, sebelum kemaujudan rohanimu mewujud dalam dirimu. Dan 
semua itu akan kau dapat setelah kemaujudan rohani bersemayam di dalam 
dirimu, sebab ini menjadi tabir antara kau dan Tuhanmu. Bila kau menjadi
 seorang yang suci jiwanya, bersahaja, rahasia dari segala rahasia dan 
yang ghaib dari segala yang ghaib, maka kau benar-benar berbeda dengan 
segala yang rahasia, dan mengakui segala suatu sebagai musuh, penghalang
 dan kegelapan, sebagaimana Ibrahim as berkata:
"Sesungguhnya mereka adalah musuh-musuhku, kecuali Tuhan semesta alam." (QS 26:77)
Dia
 berkata begini terhadap berhala-berhala. Maka pandanglah segala 
kemaujudanmu sebagai berhala, begitu pula ciptaan lainnya, jangan 
mematuhi mereka dan jangan mengikuti mereka. Maka kau akan dikaruniai 
hikmah, ma'rifat, daya cipta dan keajaiban, seperti yang dimiliki para 
beriman di syurga.
Keberadaanmu dalam kondisi begini bak 
terbangkitkan dari kematian di akhirat. Menjadilah kau perwujudan kuasa 
Allah; kau mendengar melalui-Nya, melihat melalui-Nya, berbicara 
melalui-Nya, diam melalui-Nya, senang dan damai melalui-Nya. Dengan 
demikian, kau akan tuli terhadap segala suatu selain-Nya: sehingga kau 
tak mendapati kemaujudan selain-Nya, sehingga kau mengetahui hukum dan 
selaras dengan kewajiban dan larangan. Maka bila sesuatu kekeliruan ada 
padamu, ketahuilah bahwa kau sedang diuji, digoda dan dipermainkan oleh 
setan-setan. Maka kembalilah kepada hukum dan pegang teguhlah ia, dan 
jagalah dirimu agar senantiasa bersih dari keinginan-keinginan rendah, 
sebab segala yang tak dikukuhkan oleh hukum adalah kekafiran. 
Akan
 kami paparkan bagimu sebuah misal tentang kelimpahan, dan kami berkata,
 "Tidakkah kau lihat seorang raja yang menjadikan seorang biasa sebagai 
gubernur kota tertentu, memberinya pakaian kehormatan, bendera, 
panji-panji dan tentara, sehingga ia merasa aman mulai yakin bahwa hal 
itu akan kekal, bangga dengannya, dan lupa akan keadaan sebelumnya. Ia 
terseret oleh kebanggaan, kesombongan, dan kesia-siaan. Maka, datanglah 
perintah pemecatan dari raja. Dan sang raja meminta penjelasan atas 
kejahatan-kejahatan yang telah dilakukannya dan pelanggarannya atas 
perintah dan larangannya. Lalu sang raja memenjarakannya di dalam sebuah
 penjara yang sempit dan gelap serta memperlama pemenjaraannya, dan 
orang itu terus menderita, terhina dan sengsara, akibat ketakabburan dan
 kesia-siaannya, dirinya hancur, api kehendaknya padam, dan semua ini 
terjadi di depan mata sang raja dan diketahuinya. Setelah itu ia menjadi
 kasihan terhadap orang itu, dan memerintahkan agar ia dibebaskan dari 
penjara, disertai kelembutan terhadapnya, dianugerahkan kembali pakaian 
kehormatan, dan dijadikannya kembali ia sebagai gubernur. Ia 
menganugerahkan semua ini kepada orang itu sebagai karunia. Kemudian ia 
menjadi teguh, bersih, berkecukupan dan terahmati.
Beginilah keadaan seorang beriman yang didekatkan dan dipilih-Nya.
Ia
 bukakan di hadapan mata hatinya pintu-pintu kasih-sayang, kemurahan dan
 pahala. Maka, ia melihat dengan hatinya yang mata tidak pernah melihat,
 yang telinga tidak pernah mendengar, yang hati manusia tidak tau akan 
hal-hal ghaib dari kerajaan langit dan bumi, akan kedekatan dengan-Nya, 
akan kata manis, janji menyenangkan, limpahan kasih-sayang, akan 
diterimanya doa dan kebajikan, dan akan dipenuhinya janji serta 
kata-kata bijak bagi hatinya, yang menyatakan sendiri melalui lidahnya, 
dan dengan semua ini Ia sempurnakan bagi orang ini karunia-karunia-Nya 
pada tubuhnya, yang berupa makanan, minuman, pakaian, isteri yang halal,
 hal-hal lain yang halal dan pemerhati terhadap hukum dan tindak 
pengabdian. Lalu, Allah memelihara keadaan ini bagi hamba beriman-Nya 
yang didekatkan kepada-Nya sampai sang hamba beriman-Nya yang didekatkan
 kepada-Nya sampai sang hamba merasa aman di dalamnya, terkecoh olehnya 
dan percaya bahwa hal itu kekal. Maka, Allah membukakan baginya 
pintu-pintu musibah, aneka kesulitan hidup, harta, isteri, anak, dan 
mencabut darinya segala karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepadanya 
sebelum ini, sehingga ia terkulai, hancur dan terputus dari 
masyarakatnya.
Bila ia melihat keadaan-keadaan lahiriahnya, maka 
ia melihat hal-hal yang buruk baginya. Bila ia melihat hati dan jiwanya,
 maka ia melihat hal-hal yang menyedihkannya. Jika ia memohon kepada 
Allah untuk menjauhkan kesulitannya, maka permohonannya itu tidak 
diterima. Jika ia memohon janji baik, ia tidak segera mendapatkannya. 
Jika ia berjanji, ia tidak tau tentang pemenuhannya. Bila ia bermimpi, 
ia tidak bisa menafsirkannya dan tidak tau tentang kebenarannya. Bila ia
 bermaksud kembali kepada manusia, ia tidak mendapatkan sarana untuk 
itu. Bila ada sesuatu pilihan baginya dan ia bertindak berdasarkan 
pilihan itu, maka ia segera tersiksa, tangan-tangan orang memegang 
tubuhnya, dan lidah-lidah mereka menyerang kehormatannya.
Bila ia
 hendak melepaskan dirinya dari keadaan ini, dan kembali kepada keadaan 
sebelumnya, ia gagal. Bila ia memohon agar dikaruniakan pengabdian, 
ketercerahan dan kebahagiaan di tengah-tengah musibah yang dialaminya, 
permohonannya itu pun tidak diterima.
Maka, dirinya mulai 
meleleh, hawa nafsunya mulai sirna, maksud-maksud serta 
kerinduan-kerinduannya mulai pupus, dan kemaujudan segala suatu menjadi 
tiada. Keadaannya ini diperpanjang dan kian hebat, hingga sang hamba 
berlalu dari sifat-sifat manusia. Tinggallah ia sebagai ruh. Ia 
mendengar panggilan jiwa kepadanya:
"Hentakanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum." (QS 38:42)
Sebagaimana
 panggilan kepada Nabi Ayub as. Lalu Allah mengalirkan samudera 
kasih-sayang dan kelembutan-Nya ke dalam hatinya, menggelorakannya 
dengan kebahagiaan, aroma harum pengetahuan tentang hakikat dan 
ketinggian pengetahuan-Nya, membukakan baginya pintu-pintu nikmat dalam 
segala keadaan hidup, membuat para raja mengabdi kepadanya, 
menyempurnakan baginya nikmat-nikmat-Nya lahiriah dan rohaniah, 
menyempurnakan lahiriahnya melalui makhluk dan rahmat-rahmat lain-Nya, 
menyempurnakan rohaninya dengan kelembutan dan karunia-Nya, dan membuat 
keadaan ini berkesinambungan baginya, hingga ia menghadap-Nya. Kemudian 
Ia memasukkannya ke dalam yang mata tidak pernah melihat, yang telinga 
tidak pernah mendengar dan yang tidak pernah tersirat dalam hati 
manusia, sebagaimana firman-Nya:
"Tiada
 jiwa yang tau yang disembunyikan bagi mereka, yang akan mengenakkan 
mata mereka, balasan bagi yang telah mereka perbuat." (QS 32:17)