Cari Blog Ini

SILATURAHIM KE ALAM BARZAKH

Kematian itu bukanlah akhir dari perjalanana hidup seseorang. Setiap orang pasti akan mati dan jasadnya hancur dimakan tanah. Hukum kehancuran berlaku hanya bagi jasad, benda dan meteri. Sedangkan ruh bukanlah benda atau materi, maka ia tidak terkena hukum kehancuran. Maka dari itu jika sesorang mati, jasadnya ditinggalkan di pekuburan, tapi ruhnya berpindah dari alam dunia ke alam baru yang disebut alam barzakh. “Dan di hadapan mereka (ahli kubur) ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan “ Al-Mu’minun 100

Karena ruh itu tetap hidup maka silaturahim bukan hanya dibutuhkan untuk orang yang masih hidup di dunia, tapi hubungan kita dengan mereka yang sudah pindah ke alam barzakh pula sangat diperlukan. Sekalipun berbedanya alam antara kita dengan mereka tapi semuanya bisa dijangkau dengan silaturahim.

Sebelum menjelang bulan Ramadan dan di Hari Raya. Komplek pemakaman ramai tidak sedikit dikunjungi orang orang yang ingin bersilaturahim dengan keluarganya yang sudah meninggal dunia. Ada yang berziarah ke makam orang tuanya. Ada yang berziarah ke makam sanak famili atau karabatnya, ada pula yang berziarah ke makam para sesepuh dan ulama. Hal ini demi untuk mendoakan mereka yang telah mendahului kita agar Allah memberikan kepada mereka rahmah dan maghfirah dan mengharamkan jasad-jasad mereka dari sentuhan api neraka.

Rasulallah, sebagimana diriwayatkan Abu Daud, pada awal sejarah Islam pernah melarang umat Islam untuk berziarah kubur. Beliau khawatir umat Islam mengkultuskan kuburan, berlaku syirik, atau bahkan menyembah kuburan. Tapi selelah keimanan umat Islam meningkat dan kuat. Maka Rasulallah saw tidak khawatir lagi. Rasulallah saw pun kemudian bersabda : “Aku dulu melarang kamu berziarah kubur. Sekarang, aku anjurkan melakukanya. Sebab bisa mengingatkan kita kepada akhirat”.

Silaturahim kepada penghuni alam barzakh adalah perbuatan dan tradisi baik. Selain merupakan ibadah juga untuk mengenang jasa dan berbalas budi orang. Orang yang tak mengenangnya bukan dikatagorikan orang baik. Jelasnya, silaturahim kepada mereka sudah menjadi tradisi yang mendarah-daging. Tahun demi tahun berjalan, dan ziarah demi ziarah pasti menyertainya. Dan andai kata kita lupa, atau lalai melakukannya, kita akan segera merasa, ada sesuatu yang ganjil atau kurang mantap dalam diri kita. Ziarah kubur sudah menjadi kebutuhan hidup kita, ibarat kita butuh makan, butuh minum, butuh menghirup udara segar, butuh tidur, butuh istirahat, butuh senyum, butuh salam, butuh menyayangi dan disayangi.

Di samping itu, tradisi berziarah ini sangat baik dan terpuji demi mengingatkan kita semua, termasuk orang kaya, pamong praja, dan berpangkat, bahwa satu hari hidup kita pasti akan berakhir di pekuburan. Semua kemegahan hudup, rela tak rela, harus ditinggalkan dan kita harus terima babak baru perjalanan menghuni liang kubur yang luasnya sekitar 1 x 2 meter saja.

Telah ditetapkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, bahwa Rasulallah saw telah menganjurkan kita, disaat memasuki kompleks pemakaman, agar mengucapkan salam kepada ahlil kubur seperti memberi salam kepada orang hidup: “Salam sejahtera bagimu penghuni kubur dari kaum Muminin dan Muminat. Dan kami Insya Allah akan betemu dengan kalian. Kamu adalah orang orang yang mendahului kami dan kami akan menyusul kalian. Kami bermohon kepada Allah keselamatan bagi kami dan kalian”.  Ucapan salam biasanya diberikan kepada orang yang mendengar dan berakal. Jika tidak, maka ucapan ini tidak mempunyai fungsi atau seolah-olah bersalam kepada benda jamad yang tidak mendengar dan berakal.

Para salaf  soleh, mereka semua bersepakat dengan apa yang telah ditetapkan Rasulallah saw dan dijadikan sesuatu yang mutawatir (diterima kebenarannya) yang mana ahli kubur mengetahui orang yang menziarahinya dan mendapatkan ketenangan dengan kedatangannya. Sesuai dengan hadisth yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa mayyit setelah dikubur mendengar suara sandal orang yang mengatarkannya ke kuburan.

Diriwatkan oleh Imam Bukhari Muslim, pernah Rasulallah saw menyuruh mengubur orang orang kafir yang meninggal dalam peperangan Bader di kuburan Qulaib. Kemudian beliau berdiri di muka kuburan dan memanggil nama nama mereka satu persatu : “Wahai Fulan bin Fulan!! .. Wahai Fulan bin Fulan!!.. Apakan kamu mendapatkan apa yang telah dijanjikan Allah kepada kamu? Sesungguhnya aku telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan Allah kepadaku”.  Umar bin Khattab ra yang berada disamping Nabi bertanya : “Ya Rasulallah sesungguhnya kamu telah berbicara dengan orang-orang yang sudah usang (mati)”. Rasulallah saw pun berkata, “Demi Yang telah mengutus aku dengan kebenaran, sesungguhnya kamu tidak lebih mendengar dari mereka dengan apa yang aku katakan”.


Imam besar Muslim meriwayatkan bahwa Rasulallah dan sahabatnya pernah melewati salah satu kuburan Muslimin. Setelah memberi salam kepada ahli kubur, tiba-tiba Rasulallah berhenti di dua kuburan. Kemudian beliau berpaling kepada sahabatnya dan bersabda,  “Kalian tahu bahwa kedua penghuni kuburan ini sedang diazab di dalam kubur. Mereka tidak diazab karna dosa-dosa mereka yang besar. Akan tetapi mereka diazab karna dosa-dosa mereka yang kecil. Yang pertama diazab karna suka berbuat namimah (mengupat / ceritain orang) dan yang kedua diazab karna tidak beristinja’ (tidak cebok setelah hadats kecil)”.  Kemudian Rasulallah saw memetik dua tangkai pohon dan ditancapkanya di kedua kuburan trb. Sahabat bertanya apa maksud dari yang telah dilakukan Rasulallah saw itu. Beliau bersabda : “Allah memberi keringanan azab bagi kedua penghuni kubur trb semasih tangkai pohon itu basah, belum kering. Karna ia beristighfar untuk penghuni kubur yang sedang diazab”.

Sekarang, jika Allah memberi keringanan azab kepada ahli kubur karna istighfar sebatang pohon, istighfar seekor binatang, istighfar sebuah batu, pasir dan krikil atau benda-benda jamad lainnya yang tidak berakal. Apalagi istighfar kita sebagai manusia yang berakal dan beriman kepadaNya.

Wallahua’lam 

STEGMEN NABI MUHAMMAD TIDAK DI JAMIN MASUK SYORGA OLEH QURAISH SHIHAB

 Artikel ini saya publish karena sudah banyak yang tergelincir oleh bahasa, kesalah pahaman oleh umat islam telah di tunggangi oleh pihak-pihak yang mau memecah belah Agama Islam.seperti yang di alami oleh KH. Quraish Shihab tentang stegmennya "Nabi Muhammad tidak di jamin msuk syurga
Menurut Direktur Forum Studi Sekte-sekte Islam (FS3I), Ustadz Anung Al-Hamat menegaskan bahwa dalil yang digunakan Quraish Shihab adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari, Muslim, Thabrani, Ibn Hibban, dan lainnya.

Di antara salah satu redaksinya adalah:
Rasulullah saw bersabda :

عَنْ عَائِشَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : إِعْمَلُوْا وَسَدِّدُوْا وَقَارِبُوْا وَاعْلَمُوْا أَنَّ اَحَدًا مِنْكُمْ لَنْ يُدْخِلَهُ عَمَلُهُ الجَّنَّةَ قَالُوْا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ وَلاَ أَنَا إلاَّ اَنْ يَتَغَمَّدَ نِيَ الله ُ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَ فَضْلٍ وَفِى رِوَايَةٍ لِلْبُخَارِى بِمَغْفِرَةٍ وَرَحْمَةٍ. ﴿ ح.ر مسلم ۸:۱٤۰، إبن كثر ٤:٥۰۱﴾
Dari Aisyah, dari Nabi SAW bahwasanya Beliau bersabda: Beramallah kalian, Sederhanalah (jangan berlebih-lebihan),berusahalah benar dan Istiqomah.Ketahuilah sesungguhnya amal seseorang dari kalian tidak akan memasukkannya ke Surga,mereka (para sahabat ) bertanya; apakah Anda juga demikian ya Rasulullah ? Beliau menjawab ; aku juga , kecuali Allah menempatkan aku dengan Rahmat dan karunia-Nya dan pada riwayat lain menurut Al- Bukhari : dengan Maghfiroh dan Rahmat-Nya.
(HR. Muslim 8:140, Ibnu Katsir 4:501)

Namun, Hadits ini bukan berarti Rasulullah SAW tidak dijamin masuk surga. Tetapi Beliau SAW ingin menyampaikan bahwa amalan shalih itu merupakan salah satu faktor yang bisa memasukkan seseorang kepada surga. Allah berfirman: “Masuklah kalian ke surga dikarenakan apa yang telah kalian dulu perbuat,” (An-Nahl: 32).
“Dalam mengomentari ayat dan hadits tersebut, Imam Nawawi menyatakan: “Bahwa seseorang masuk surga adalah dikarenakan amal-amalnya kemudian taufiq, hidayah, keikhlasan dan diterimanya adalah atas rahmat Allah. Ulama lain menyatakan bahwa surga itu bertingkat-tingkat. Dan tingkatan surga itu tergantung banyak sedikitnya amal shalih seseorang. Imam Nawawi sendiri menyatakan bahwa faktor yg memasukan seseorang ke surga itu adalah amalan shalih dan amalan shalih itu adalah bagian dari rahmat Allah SWT,” tutur kandidat doktor di bidang pendidikan Islam ini kepada Kiblat.net, Senin, (14/07) malam.
“Jadi saya simpulkan hadits tersebut jangan disalahpahami sebagaimana kalangan Murjiah yang menyatakan amal tidak penting, karena nanti yang memasukkan ke surga adalah rahmat Allah. Justru kita katakan bahwa amal itu merupakan salah satu faktor yang bisa mendatangkan rahmat Allah,” ungkap beliau.
Menurut Ustadz Anung Al-Hamat di dalam Al-Quran kita akan menemukan kata ‘rahmat’ senantiasa diiringi dengan amal atau amal itu syarat mendatangkan rahmat. “Bisa dilihat di dalam Surat Ali Imran: 132, Al-An’am:155, Al-A’raaf; 204, Al Hujurat: 10, Al Baqarah: 218, dll,” 

Jaminan Surga Untuk NABI Muhammad
Allah memberikan jaminan bahwa Nabi Muhammad akan masuk surga:
Agar Allah mengampuni dosamu (Muhammad) yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmatNya kepadamu dan menunjukimu jalan yang lurus. (Qs 48:2)
Allah memberikan jaminan bahwa Nabi Muhammad yang pertama masuk surga:
hadits Anas bin Maalik, beliau berkata:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آتِي بَابَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَسْتَفْتِحُ فَيَقُولُ الْخَازِنُ مَنْ أَنْتَ فَأَقُولُ مُحَمَّدٌ فَيَقُولُ بِكَ أُمِرْتُ لَا أَفْتَحُ لِأَحَدٍ قَبْلَكَ
Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku mendatangi pintu syurga pada hari kiamat, lalu aku minta dibukakan. Maka penjaga pintu Syurga berkata: Siapakah anda? Lalu aku jawab: Aku Muhammad. Lantas malaikat tersebut berkata: aku diperintahkan dengan sebabmu, aku tidak membukanya untuk seorangpun sebelummu.” (HR Muslim).
Allah memberikan jaminan bahwa 10 sahabat Nabi masuk surga:
“Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang petama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dengan mereka dan mereka ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.” (Qs At-Taubah : 100)
Allah memberikan jaminan bahwa 70.000 umat Nabi Muhammad akan masuk surga tanpa hisab:
Imam Bukhari di dalam kitab shahihnya telah meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bahwa beliau berkata:
“Ditampakkan beberapa umat kepadaku, maka ada seorang nabi atau dua orang nabi yang berjalan dengan diikuti oleh antara 3-9 orang. Ada pula seorang nabi yang tidak punya pengikut seorangpun, sampai ditampakkan kepadaku sejumlah besar. Aku pun bertanya apakah ini? Apakah ini ummatku? Maka ada yang menjawab: ‘Ini adalah Musa dan kaumnya,’ lalu dikatakan, ‘Perhatikanlah ke ufuk.’ Maka tiba-tiba ada sejumlah besar manusia memenuhi ufuk kemudian dikatakan kepadaku, ‘Lihatlah ke sana dan ke sana di ufuk langit.’ Maka tiba-tiba ada sejumlah orang telah memenuhi ufuk. Ada yang berkata, ‘Inilah ummatmu, di antara mereka akan ada yang akan masuk surga tanpa hisab sejumlah 70.000 orang. Kemudian Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam masuk tanpa menjelaskan hal itu kepada para shahabat. Maka para shahabat pun membicarakan tentang 70.000 orang itu. Mereka berkata, ‘Kita orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti rasul-Nya maka kitalah mereka itu atau anak-anak kita yang dilahirkan dalam Islam, sedangkan kita dilahirkan di masa jahiliyah.’ Maka sampailah hal itu kepada Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, lalu beliau keluar dan berkata, ‘mereka adalah orang yang tidak minta diruqyah (dimanterai), tidak meramal nasib dan tidak minta di-kai, dan hanya kepada Allahlah mereka bertawakkal.” [HR. Bukhari 8270]
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata: aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda,
“Akan masuk surga sekelompok dari ummatku sejumlah 70.000 orang. Wajah-wajah mereka bercahaya seperti cahaya bulan.” [HR. Bukhari]
Allah memberikan jaminan bahwa umat Islam masuk surga:
Hadits Nabi
يأبى قال من أطاعني دخل الجنة ومن عصاني فقد أبى رواه البخاري
Dari Abi Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Setiap ummatku pasti akan masuk surga, kecuali yang tidak mau.” Shahabat bertanya, “Ya Rasulallah, siapa yang tidak mau?” Beliau menjawab, “Mereka yang mentaatiku akan masuk surga dan yang menentangku maka dia telah enggan masuk surga.”
Dari Abi Said bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Bila ahli surga telah masuk surga dan ahli neraka telah masuk neraka, maka Allah SWT akan berkata, Orang yang di dalam hatinya ada setitik iman, hendaklah dikeluarkan. Maka mereka pun keluar dari neraka.”
Dari Anas ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan dan di dalam hatinya ada seberat biji dari kebaikan.”
Rasulullah Saw bersabda: “Semua ummatku akan masuk surga, kecuali orang yang enggan (tidak mau).” (HR Bukhori 22/248)
Dari penjelasan di atas, bagaimana mungkin pengikutnya dijamin masuk surga sedangkan pemimpinnya tidak masuk surga atau masuk neraka??maka sudah jelaslah bahwa Rosulullah Muhammad SAW SUDAH DIJAMIN MASUK SURGA ….



10 FAEDAH MAULID NABI

1) Mengembalikan kefahaman terhadap Islam dan sekaligus meningkatkan kecintaan umat pada Islam.
2) Mendidik dan menggerakkan masyarakat Islam melalui pengajarandari perjalanan hidup Rasulullah S.A.W.
3) Memperbanyak dan memperkemaskan penyebaran risalah sirahRasulullah S.A.W. kepada umat Islam.
4) Memelihara kemurnian dan keaslian ajaran Islam dengan menjadikanRasulullah S.A.W. sebagai panduan rujukan.
5) Menyedarkan umat Islam secara keseluruhan kepentingan memahami sirah dan menghayati ajaran-ajaran Islam.
6) Mengetahui sirah tidak sekadar dalam pengolahan berbentuk cerita sahaja tanpa mengambil pengajaran dan pengiktibaran secara tersurat atau tersirat.
7) Sirah boleh dijadikan sebagai panduan membina keluarga, menjana diri, membentuk masyarakat, mengurus pemerintahan dan mentadbir negeri serta mengemudi negara.
8) Memurnikan sebarang salah faham terhadap sirah Nabi S.A.W.
9) Memahami bahawa hakikat zahir dan batin Islam semuanya teradun didalam penghidupan Rasulullah S.A.W. berbeza dengan sejarah atau biografi tokoh yang lain.
10) Meningkatkan kefahaman terhadap Al-Qur’an kerana sebahagian ayat Al-Qur’an lebih mudah difahami setelah kita mengetahui sebab penurunannya yang berkait langsung dengan sirah Nabi S.A.W.
Kefahaman yang mendalam memudahkan lagi penghayatan pada sejarah Maulidur Rasul dilakukan. Pada masa yang sama boleh mengelakkan sambutan terhadap peristiwa Maulidur Rasul hanya sekadar menjadi rutin tahunan atau pelengkap takwim tanpa boleh mendatangkan faedah yang besar terhadap umat Islam secara keseluruhan.

CINTA NABI

Dewasa ini ramai yang membicarakan topik ‘Cinta Nabi’. Satu perkembangan baik yang berlaku di kalangan umat Islam. Cuma terkadang, kita tercari-cari metodologi yang tepat bagaimana menyintai Rasulullah SAW. Sehingga kita terlupa al-Quran telah membicarakan soal ini secara jelas dan langsung.
Manhaj Al-Quran
Di dalam surah ali-Imran, Allah Taala telah menyatakan kriteria golongan yang layak bersama dengan Rasulullah SAW;
“Dan berapa banyak Nabi yang berjuang bersama-samanya sejumlah besar pengikut yang bertaqwa. Sifat mereka tidak menjadi lemah dengan ujian yang menimpa mereka di jalan Allah, dan mereka tidak lesu dan tidak pula menyerah kalah. Allah menyintai golongan yang sabar.” (Ali-Imran:146)
Secara jelas Allah menyatakan sifat utama pencinta-pencinta Nabi SAW seperti berikut :
i.Al-Quran telah menggazetkan bahawa golongan yang layak bersama dengan Nabi SAW adalah di kalangan mereka yang sangat sensitif terhadap maruah Islam. Mereka tidak akan membiarkan Nabi SAW berjihad seorang diri, sedangkan mereka duduk sebagai pemerhati. Sebaliknya mereka ada rasa tanggungjawab terhadap cinta Nabi SAW sebagaimana ikrar para sahabat, "Pergilah Engkau SAW bersama Tuhanmu berjuang, sesungguhnya kami bersama-sama denganmu turun berjuang."
ii. Mereka mestilah di kalangan orang-orang yang bertaqwa. Iman mereka dibuktikan dengan gigih berjuang menegakkan agama Allah. Kembali kepada tugas asal manusia sebagai khalifah iaitu ‘Mendirikan Islam, Memelihara Islam dan Mentadbir Dunia Dengan Islam’.
iii. Jatidiri mereka gagah perkasa, kalis tekanan (kalis sentap, semua dikata syak wasangka, fitnah). Apabila mengisytiharkan diri mereka untuk menyertai jihad perjuangan Islam, mereka bersedia berhadapan dengan risiko serta bersungguh-sungguh menongkah arus kejahilan manusia. Manakala golongan yang bacul dan penakut, Nabi SAW tidak sudi mengaku sebagai ummatnya (maksudnya), “Apabila kamu melihat ummatku kecut untuk menyatakan kepada sang zalim “Wahai Si Zalim”. Sesungguhnya diucap selamat tinggal kepada mereka” HR Tabarani. Ini terutamanya utk golongan yg lari dari peperangan & berlindung di khemah2 atau negara aman, kononnya mengatur strategi utk jihad walhal meninggalkan ummah yg lemah cthnya wanita, org tua & kanak2 di negara yg sbg dilanda musibah tersebut. Mahabbah Ummahkah ini? Pernahkah baginda saw meninggalkan ummah sekalipun di kota mekah sblm hijriyah?. Hny apabila Allah perintah barulah mereka Hijrah, itupun kembali semula menakluki /menggulung pemerintahan yg Fasik lagi Batil.
Di dalam Ayat 142 sebelumnya, Allah SWT mencabar pendukung-pendukung agama Nabi SAW agar jangan mudah perasan masuk syurga selagi mana tidak berjihad. Ingatan itu disertakan isyarat dari Allah bahawa pencinta-pencinta Nabi SAW mestilah meletakkan misi mati syahid sebagai cita-cita yang tertinggi di dalam ayat 143.
“Adakah kamu menyangka bahawa kamu akan masuk Syurga padahal belum lagi nyata kepada Allah (wujudnya) orang-orang yang berjihad (yang berjuang dengan bersungguh-sungguh) di antara kamu, dan (belum lagi) nyata (wujudnya) orang-orang yang sabar (tabah dan cekal hati dalam perjuangan)?” (Ali Imran:142)
“Dan sesungguhnya kamu telah mengharap-harapkan mati Syahid (dalam perang Sabil) sebelum kamu menghadapinya. Maka sesungguhnya kamu (sekarang) telahpun menyaksikannya dan kamu sedang melihatnya (dengan mata kepala sendiri).” (Ali Imran:143)
Golongan pencinta Nabi SAW mempunyai daya tahan yang kuat. Sedikit pun tidak menyerahkan kalah berhadapan dengan musuh. Dalam konteks realiti Malaysia sekarang yang ujiannya adalah perang pemikiran, mereka mestilah tidak menyerahkan kepercayaan mereka kepada ideologi-ideologi lain selain Islam. Buktikanlah bahawa Islam itu 'syumul' dan bukannya ' jumud'. Buktikan bahawa pemikiran tidak dijajah serta ditipu daya di sebalik jubah,serban,kayu miswak di dlm kocek krn kebanyakan waliyulAllah ni tidak menggayakan pakaian Zahir sbg menguji keimanan hambaNya.
Cinta Nabi SAW Gaya Sahabat
-----------------------------------
Kita perlu kembali meneladani gaya para sahabat menyintai Nabi SAW. Hal ini kerana, mereka merupakan generasi yang diasuh dari air tangan Nabi SAW. Kelebihan tersebut menjadikan mereka merupakan golongan yang paling menyintai Nabi SAW dan yang paling faham terhadap mesej-mesej wahyu dari Baginda SAW.
Seperti yang telah dikisahkan oleh Imam Ibnu ‘Asakir di dalam karyanya Tarikh Dimasyq, bagaimana manifestasi cinta Saidina Bilal Bin Rabbah terhadap Rasulullah SAW adalah dengan jihad. Setelah kewafatan Baginda SAW, Bilal tidak mampu meneruskan tugasnya sebagai juru azan. Apabila disebut sahaja nama kekasihnya Muhammad SAW, suara Bilal tersekat dan menangis. Maka bermulalah riwayat hidup Bilal Bin Rabbah berendam air mata sepanjang berada di Madinah selepas kewafatan Baginda SAW. Untuk menyelesaikan derita kerinduan yang amat menebal, akhirnya Bilal meminta izin Abu Bakar untuk keluar dari Madinah menuju ke Sham bergabung dengan tentera Islam dalam misi membebaskan Baitul Maqdis. Bilal pergi berjuang demi mendapatkan cintanya kepada Rasulullah SAW.
Begitu juga kisah dua kanak-kanak yang amat ghairah menyintai Nabi SAW. Ketika perang Badar, Abdul Rahman Bin ‘Auf ditemui oleh dua orang kanak-kanak yang melapor diri lantas menyuarakan hasrat ingin mencari Abu Jahal yang telah mencaci Nabi SAW. Mereka bertekad sekiranya terserempak dengan Abu Jahal, mereka akan pastikan si bedebah tersebut segera dibunuh. Akhirnya misi tersebut berjaya dan dipuji oleh Nabi SAW.
Begitu juga cinta Khubaib yang diseksa teruk kerana mempertahankan Islamnya. Sehingga musyrik yang menyeksanya menawarkan pelepasan dari seksaan dengan syarat, Khubaib dapatkan Rasulullah SAW sebagai galang gantinya. Maka Khubaib membenarkan cintanya kepada Nabi SAW dengan penegasannya, “Demi Allah, aku benci bersama bersenang-lenang di dunia dengan keluargaku dan anak-anakku sedangkan Rasulullah SAW ditinggalkan diseksa oleh kamu semua...” al-Bukhari
Di sini kita lihat, cara para sahabat berinteraksi dengan cinta Nabi SAW adalah dengan perlaksanaan. Bukan dengan puji-pujian lisan semata-mata. Lebih dari itu, mereka jadikan jalan jihad sebagai cara menterjemahkan rasa cinta kepada Baginda SAW.
Muhasabah
Berdasarkan potongan ayat al-Quran surah Ali Imran ayat 142 hingga 146, kita perlu meneliti dengan penuh insaf di mana kita. Bahkan kita perlu tanya pada diri kita sepanjang kempen Cinta Nabi SAW, adakah kita telah menjalankan beberapa kempen berikut:
i.Syurga tidak diperoleh semata-mata dengan memuja memuji Nabi SAW sahaja. Sebaliknya syurga hanya boleh dicapai apabila seseorang terlibat dalam perjuangan menegakkan Islam sebagai aqidah dan syariat.
ii.Umat Nabi SAW mesti bercita-cita untuk mati syahid sebagai tanda benar-benar cinta kepada Nabi SAW. Barulah cita-cita tersebut memotivasi umat Baginda SAW supaya gagah mendepani cabaran mendatang.
iii.Tidak ada guna jika setelah kewafatan Nabi SAW, kita hanya merintih dan mengadu nasib bersedih akan pemergian Baginda SAW sedangkan tugas-tugas Baginda SAW kita tinggalkan. Lihat di dalam al-Quran, Allah menegur umat Islam agar jangan berpaling meninggalkan kerja Nabi SAW setelah kewafatannya. Begitu juga Bilal, bukti rindu dan cinta beliau adalah dengan jihad. Ingat, umat Islam sifatnya membina dan maju. Bukan statik dan jumud. Ianya mesti selari dgn kalimat azan " hai ya alall falah......marilah menuju kejayaan".
Sekiranya tidak dijumpai kempen-kempen tersebut sepanjang menyambut program Maulid al-Rasul atau seumpamanya, maka sedarlah bahawasanya kita masih gagal memenuhi piawaian Allah SWT dalam menyintai Rasulullah SAW dalam erti kata yang sebenar. Apakah cukup dengan mengingati tanpa melaksana? Cinta adalah tanggungjawab. Cinta mesti ada DALIL nya....
Kata seorang sahabat yg terkini...LOVE IS A VERB...PERBUATAN YG MENYELURUH.. bukan mengambil yang AMAN semata2...
ya sayyidul Mustofa...singkapkanlah kebenaran Nur mu ke atas jiwa2 yg masih berselubung dakyah di sebalik Sunnahmu...Astaghfirullahal adzeem...wa atubu ilaik...

MEMINTA PERLINDUNGAN PADA JIN

Allah ta’ala telah berfirman yang bermaksud:
“Dan bahawasannya ada beberapa orang laki-laki dikalangan manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dikalangan jin, maka jin-jin itu itu menambah dosa bagi mereka” [al-Jin : 6].
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata : Kami (jin) berpendapat bahawa kami mempunyai keutamaan ke atas manusia, kerana mereka berlindung kepada kami. Iaitu, ketika mereka turun ke lembah atau di daratan atau tempat lainnya, seperti kebiasaan orang Arab pada zaman Jahiliyyah, sebahagian mereka meminta perlindungan kepada penguasa tempat itu yang berupa jin agar tidak tertimpa sesuatu yang membahayakan mereka. Ketika jin telah mengetahui bahawa manusia berlindung kepadanya lantaran ketakutan mereka kepada jin, maka jin-jin itu membuatnya semakin takut. Maksudnya : takut, rasa terancam, dan bingung, sehingga mereka terus semakin takut dan semakin berlindung kepada mereka”
Itulah yang dilakukan oleh jin kafir yang sentiasa berusaha menjerumuskan manusia kepada kesyirikan. Jika manusia meminta bantuan kepada jin, maka hal itu akan membuat jin semakin sombong. Mereka beranggapan bahawa bangsa jin lebih tinggi kedudukannya dibandingkan manusia, sama seperti anggapan Iblis kepada Adam di awal penciptaan.
Allah telah memerintahkan manusia untuk hanya berlindung kepada-Nya. Tidak kepada selain-Nya. Banyak ayat Al-Quran yang memerintahkan kepada kita ber-isti’adzah (meminta perlindungan) hanya kepada Allah semata.
Di antaranya adalah : “Dan jika syaitan mengganggumu dengan satu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” [Fushilat : 36].
Katakanlah : “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh”
[Al-Falaq: 1].
Katakanlah : “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia” [an-Naas : 1].
Tidak ada satu pun maslahat ataupun mudarat yang terjadi di dunia melainkan dengan izin dan kehendak Allah. Oleh itu, kita semestinya meminta maslahat dan berlindung dari mudarat hanya kepada Allah. Adapun makhluk-makhluk lainnya, seperti juga jin, maka ia adalah lemah. Tidaklah dapat memberikan sesuatu kecuali dengan izin dan kehendak Allah.
Mulla Ali Al-Qari rahimahullah berkata : “Tidak boleh beristiadzah (meminta perlindungan) kepada jin. Allah telah mencela orang-orang kafir kepadanya. Allah ta’ala telah berfirman : ‘Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpun mereka semuanya, (dan Allah berfirman) : “Hai segolongan jin (syaitan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan manusia”. Lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia : “Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian dari kami telah mendapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”. Allah berfirman :“Neraka itulah tempat kediaman kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui’ (al-An’aam : 128).
Kesenangan manusia dari jin adalah kerana tercapai hajatnya, terlaksana perintah-perintahnya, dan pemberitaan jin untuknya tentang sesuatu yang ghaib. Kesenangan jin dari manusia adalah kerana manusia mengagungkannya, berlindung, dan tunduk kepadanya”. [Fathul-Majid fii Syarhi Kitaabit-Tauhid karya Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh rahimahullah, Maktabah Taufiqiyyah, halaman 153-154].
Wallahu alam.

9 SITI YANG PATUT DI CONTOH

1. Siti Khadijah :
Beliau merupakan isteri Rasulullah SAW yg melahirkan anak-anak Rasulullah, setia dan mendukung Rasulullah walaupun ditentang hebat oleh orang kafir dan musyrik, mengantarkan makanan kpd Baginda ketika Baginda beribadah di Gua Hira’.
2. Siti Fatimah :
Anak Rasulullah yg tinggi budi pekertinya. Sangat kasih dan setia kpd suaminya Ali karamallahu wajhah walaupun Ali miskin. Tidur berbagi 1 bantal dan kadang-kadang berbantalkan lengan Ali.
Rasulullah pernah berkata aku takkan maafkan kamu wahai Fatimah sehinggalah Ali maafkan kamu.
3. Siti Aisyah :
Beliau isteri Rasulullah yg paling romantis. Sanggup berbagi bekas makanan dan minuman dgn Rasulullah. Di mana Beliau minum di situ beliau akan minum menggunakan bekas yg sama.
4. Siti Hajar :
Isteri Nabi Ibrahim yg patuh kpd suami dan perintah Allah. Sanggup ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim atas perintah Allah demi kebaikan. Berjuang mencari air untuk anaknya Nabi Ismail (Pengorbanan seorang ibu mithali).
5. Siti Mariam :
Wanita suci yg memang pandai menjaga kehormatan diri & mempunyai maruah yg tinggi sehingga rahimnya dipilih oleh Allah untuk mengandungkan Nabi Isa.
6. Siti Asyiah :
Isteri Firaun yg tinggi imannya dan tidak gentar dengan ujian yg
dihadapinya drpd Firaun Laknatullah.
7. Siti Aminah :
Wanita mulia yg menjadi ibu kandung Rasullullah. Mendidik baginda menjadi insan mulia.
8. Siti Muti’ah :
Isteri yg patut dicontohi dan dijanjikan Allah syurga untuknya karna setianya kpd suami, menjaga makan minum, menyediakan tongkat untuk dipukul oleh suaminya sekiranya layanannya tidak memuaskan hati, berhias dgn cantik untuk tatapan suaminya saja.
9. Siti Zubaidah :
Wanita kaya dermawan yg menjadi isteri Khalifah Harun Al-Rashid. Sanggup membelanjakan semua hartanya untuk membina terusan umtuk kegunaan orang banyak hanya niat karena Allah...
Semoga dapat dijadikan contoh untuk kita.

MARTABAT TUJUH

Inilah risalah singkat menjelaskan tentang martabat 7 (tujuh). Karena Martabat 7 (tujuh) itulah tahkiqnya paham Ma’rifat atau sempurna bagi Aulia Allah yang semuanya mempunyai karamah besar dalam sejarah Ahlul Sunnah Waljama’ah.
Adapun yang mula mula menyusun martabat 7 (tujuh) itu ialah SYEIKH AHMAD QUSASI BIN MUHAMMAD AL MADANI WALI KUTUB RABBANI RIJALUL GHAIB yang mahsyur itu. Kemudian diteruskan lagi oleh murid muridnya yang bernama SYEIKH ABDURRAUB, SYEIKH MUHAMMAD SEMAN dan lain lainnya yang semuanya berderajat Wali Kutubburrabani.
Adapun marabat 7 (tuju) itu adalah berdasakan hokum AKLI dan NAKLI, untuk memahami Rahasia kebesaran Nabi kita Muhammad SAW yang sebenar benarnya karena himpunan segala rahasia Allah itu adalah terhimpun pada Wujud diri Nabi kita yang bernama denan Muhammad itu dan kezahiran Nabi kita itu menurut kezahiran manusia biasa denan beribu berbapak dan sebagainya.
Adapun arti martabat itu ialah tingkatan kezahiran rahasia Allah Ta’ala dan bersusun.
Martabat AHDIAH
Martabat WAHDAH
Martabat WAHIDIYAH
Martabat ALAM ARWAH
Martabat ALAM MISAL
Martabat ALAM AJSAM
Martabat ALAM INSAN.
PENJELASAN SATU PERSATU.

1. MARTABAT AHDIAH
Martabat Ahdiah bermakna Keesaan dan hukumnya LAA TA’AIN. Artinya tiada ada sesuatu wujud yang terdahulu adanya, oleh karena itu hanya dinamakan “AL HAQ” artinya Keesaan Kesempurnaan Semata mata.
Seperti Hadis Nabi SAW “ WAKA HALLAHUWALA SYAIUM MA’AHU”
Artinya Adalah Allah itu Maha Esa dan tiada ada lainnya sertanya.
Maka martabat Ahdiah itu bukanlah bermakna bahwa ada sesuatu wujud yang terdahulu adanya dari pada Nur Muhammad atau wujud yang maujud adanya Nur Muhammad, tetapi adalah untuk menolak adanya Iktikad yang menetapkan bahwa ada lagi suatu wujud yang mengujudkan Nur Muhammad. Jadi jelasnya martabat 7 yakni Martabat Ahdiah itu adalah bermakna pengakuan kepada Ke ESAan, Kebesaran dan Kesempurnaan Nur Muhammad itu semata-mata. Oleh karena itu Martabat yang sebenar benarnya adalah 6 (enam) saja. Dan bukan 7 (tujuh), sejalan dengan ayat “FII SIT TATIAIYA MIN SUMMASTAWA’ALAL ‘ARSII” artinya Kesempurnaan kejadian semesta alam adalah didalam 6 (enam) masa.
Kemudian sempurnalah kebesaran Allah pada kejadian ARASY yang Maha …..itu, menurut hadis sahih “bahwa pada masa yang terakhir yakni yang kejadian sempurnalah kejadian Nabi Adam, dengan ditempatkan diatas muka bumi.
Adapun hakikat ARASY yang sebenarnya menurut paham Ma’rifat yang tahkik adalah terkandung pada isyarat isyarat huruf Nabi Adam itu sendiri, ialah Alif dan Dal itu mengisyaratkan kepada “AHMAD” dan “MIM” itu mengisyaratkan pada “MUHAMMAD”.
Oleh karena itu pada hakikatnya kezahiran Nabi Adam itu adalah menjadi Wasilah Ja’ani menjadi jalan bagi kezahiran kebesaran Nabi kita yang bernama Muhammad itu sendiri.
Didalam tafsir yang ma’I’tisar kebesaran Nabi kita yang bernama Muhammad itu telah berwujud suatu sinar yang sangat menakjubkan pada nabi dan rasul rasul yang terdahulu dan bahkan kebesaran itulah yang telah menjadi MU’JIZAD bagi Nabi nabi terdahulu, maka kebesaran itulah diisyaratkan dengan “ANNUR” didalam AL QUR’AN, dan ANNUR itu bukanlah berma’na cahaya, tetapi berma’na Keluasan, Kesempurnaan yang tiada terbatas dan tiada terhingga,

2. MARTABAT WAHDAH.
Adapun Martabat Wahdah berma’na wujud yang awal yang tiada ada permulaannya dan hukumnya “TA’INUL AWWALU” artinya wujud yang terdahulu adanya dari pada segala wujud yang lainnya, lagi tiada ada permulaannya. Itulah yang dinamakan HAIYUN AWWALU”, HAIYUN AZALI, HAIYUN IZZATI, HAIYUN HAKIKI, yakni bersifat HAIYUN yang sebenar benarnya QADIM yang NAFSIAH, SALBIAH, MA’ANI dan MANAWIAH, ZALAL, ZAMAL, QAHAR, KAMAL, itulah hakikat kebesaran Nabi kita itu yang bernama Muhammad Rasulullah Sallahu’alaihi Wasallam.
Maka Kandungan nama Muhammad itulah yang dinakaman dengan Wahdah. Yang menjadi jumlah dan himpunan “AF’AL, ASMA, SIFAT, adapun Zad hanyalah bagi MA’LUM YA’NI SENDIRINYA.
ILLAH tidak lain, dan dinamakan HAWIYYATUL’ALAMI” artinya Sumber segala kejadian semesta ala mini, dan dinamakan HADRATUS SARIZ artinya kebesaran yang dipandang pada tiap tiap yang maujud pada ala mini, itulah yang diisyaratkan dalam Al Qur’an “NURUN’ALA NURIN” artinya Nur yang sangat dibesarkan pada semesta alamini, yakni Nur yang hidup dan maujud pada tiap yang hidup sekalian ala mini atau Nur yang hidup dan menghidupkan.
Kebesaran hakikat Muhammad itulah yang sebenarnya dipuji dengan kalimah ALHAMDU karena kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD itulah yang diisyaratkan oleh kalimah ALHAMDU itu, yakni ALIF berma’na ALHAQ artinya KEESAAN, KEBESARAN NUR MUHAMMAD tajallinya ROH bagi kita. “LAM LATIFUM” artinya Kesempurnaan Nur Muhammad” tajallinya NAFAS bagi kita, “HA” HAMIDUN artinya Kesempurnaan Berkat Nur Muhammad tajallinya : HATI, AKAL, NAFSU PENGLIHAT, PENDENGAR, PENCIUM, PENGRASA, dan sebagainya bagi kita.
“MIM “ MAJIDUN” artinya Kesempurnaan Safa’at Nur Muhammad tajallinya bagi kita : IMAN, ISLAM, ILMU, HIKMAH, dan sebagainya.
“DAL” DARUSSALAMI” artinya Kesempurnaan Nikmat Nur Muhammad, tajallinya bagi kita : KULIT, BULU, DAGING, URAT, TULANG, OTAK, SUMSUM.
Maka itu adalah tajallinya bagi diri yang bathin, adapun tajalli bagi diri yang zahir adalah “ALIF” bagi kita,
“LAM” dua tangan bagi kita,
“HA” badan bagi kita, “MIM” Pinggang bagi kita dan
“DAL” dua kaki bagi kita.
Itulah yang diesakan dengan “ASYAHADU” yakni :
“ALIF” ALHAQ artinya Yang diEsaka dan yang dibesarkan.
“SYIN SYUHUDUL HAQ “ artinya Yang diakui bersifat Ketuhanan dengan sebenar benarnya.
“”HA” HADIYAN MUHDIYAN ILAL HAQ “ artinya Yang menjadi Petunjuk selain menunjuki kepada jalan/Agama yang Hak.
“DAL” DAIYAN ILAL HAQ artinya Selalu menyerukan atau yang selalu memberi Peringatan kepada Agama yang Hak.
“ALHAMDU” berma’na “ALHAYATU MUHAMMADU” artinya Kesempurnaan Tajalli Nur Muhammad.
Pahamnya ialah “ADAM” adalah nama adapt atau nama syari’at atau nama hakikat, atau nama kebesaran bagi kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD. Dan MUHAMMAD adalah nama keesaan yang menghimpunkan akan nama Adam, dan nama Allah.
Pada bahasa atau ilmu bahasa Arab “ADAM” itu damirnya “HU” dan MUHAMMAD itu damirnya “HU” dan ALLAH itu damirnya “HU”.
Pada ma’na Syari’at “HU” itu berma’na Dia Seorang Laki-laki, dan pada
Ma’na Hakikat adalah jumlah yang banyak rupa wujudnya, tetapi pada ma’na Hakikat “HU” itu adalah “Esa” tiada berbilang bilang. Itulah isyarat Al Qur’an “HUWAL HAYYUN QAOYYUM” yang HAIYUN awal tiada ada permulaannya “WAHUWAL’ALI YIL’AZIM” yang bersifat denga sifat sifat kesempurnaan lagi maha besar.
“HUAR RAHMANURRAHIM” yang bersifat rahman dan rahim.
“HUWARABBUL ‘ABSIL KARIM” yang memiliki Arasy yang Maha Mulia, Arasy itu ada nama kemuliaan Diri Nabi Kita itu yang sebenar benarnya, tetapi juga menjadi nama Majazi bagi sesuatu tempat, atau suatu alam Ghaib yang dimuliakan adanya, sama halnya seperti JIBRIL, MIKAIL, IZRAFIL, ISMA’IL, NUHAIL, SURAIL.
Menurut tafsir yang me’I’tibar semuanya dengan bahasa Suryani atau bahasa Arab di zaman Pura, yang bernama ABDULLAH maka yang … ABDULLAH itu adalah Nabi kita yang bernama MUHAMMAD itu sendiri.
Maka oleh karena itu didalam ayat “ISRA’” Nabi kita itu bernama ABDULLAH menunjukkan nama MUHAMMAD itu adalah juga Penghulu sekalian malaikat dan kebesaran nama MUHAMMAD itulah yang sebenar benarnya yang diisyaratkan oleh Al Quran dengan huruf huruf yang tidak dapat ditentukan atau dihinggakan namanya, karena bersangatan luas kandungannya mulai dari ALIF, LAM sampai NUR ada 29 tempat. Jadi semuanya nama-nama yang mulia, dilangit dan dibumi itu adalah nama kemuliaan dan kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD itu semata-mata, dan menjadi nama Majazi pada tiap tiap Wujud yang dimuliakan pada ala mini.
Itulah isyarat Al Qur’an “WAHUAL LAZI PISSAMA ILLAHUW WAFIL ANDHI ILLAHUN” dan dialah yang sebenar benarnya memiliki sifat sifat Ketuhanan yakni sifat kesempurnaan yang ada dilangit dan sifat sifat kesempurnaan yang ada di bumi, dan ayat “LAHUL ASMA’UL HUSNA” artinya hanyalah dia yang sebenar benarnya memiliki nama nama yang mulia dan yang terpuji yang telah maujud pada semesta alam ini.
Tetapi karena adab Syari’at dihukumkan yang haram haram yang najis najis seperti Anjing dan Babi dan sebagainya yang tidak layak kecuali bagi MALUM pada majelis mengajar dan belajar, yang boleh membicarakan masalah tersebut diatas. Yang ke 3 (tiga) berkata ASYSYEH BURHANUDDIN ARRUMI pernah berkata yang maksudnya “bahwa hakikat kebesaran Nur Muhammad itu menghimpunkan 4 (empat) macam alam, dan hakikat alam itu hanya 4 (empat) macam saja himpunannya ialah :
Alam HASUT ialah alam yang terhampar langit dan bumi dan segala isinya dan bagi kita HASUT itu ialah seluruh jasad, Kulit, Daging, Otak, Sumsum, Urat, Tulang.
Alam MALAKUT ialah alam ghaib bagi malaikat malaikat, dan bagi kita malaku itu ialah Hati, Akal, Nafsu, Nafas, Penglihat, Pendengar, Pencium, Pengrasa dan sebagainya.
Alam JABARUT ialah alam ghaib bagi Arasy, Kursi, Lum Mahpus, Syurga, Neraga dan sebagainya dan bagi kita Alam Jabarut itu ialah Roh, Ilmu, Hikmah, Fadilat, Hasanah dan sebagainya, dari pada segala sifat yang mulia dan terpuji.
Alam LAHUT ialah alam ghaibbagi kebesaran Nur Muhammad dan bagi kita alam Lahut itu ialah Bathin tempat Rahasia, Iman, Islam, Tauhid dan Ma’rifat, maka ke 4 (empat) macam alam itu adalah semuanya wujud kesempurnaan tajalli Nur Muhammad, dan 4 (empat) macam alam itu lagi terhimpun kepada kebenaran wujud diri Rasulullah yang bernama INSANUL KAMIL. Dan menjadi berkah dan FAIDURRABBANI yakni kelebihan yang harus bagi tiap tiap Mu’min yang ahli Tahkik, karena mereka itu adalah “WADA SYATUL AMBIYA” yakni mewarisi kebenaran bathin nabi nabi dan rasul rasul dan mu’min yang tahkik itulah yang dinamakan Aulia Allah, tetapi mu’min itu tiada mengetahui bahwa dirinya adalah Aulia yang sebenarnya.
Pendapat AL HALAD dan IBNU ARABI bahwa kedua walikutub itu pernah berkata yang maksudnya bahwa Muhammad itu ada dua rupa, yakni ada dua rupa dia atau ada dua Ma’na :
Muhammad yang berma’na QADIM AZALI, itulah diri Muhammad yang pertama, yang tidak ada AL MAUTU/mati padanya selama lamanya, jelasnya bahwa Muhammad diri yang pertama kita itu. Tulah yang awal NAFAS yang akhir SALBIAH, yang zahir MA’ANI dan yang bathin MA’NAWIYAH.
Muhammad yang berma’na Abdullah Insanul Kamil itulah diri Muhammad yang kedua, nama yang harus baginya, bersifat manusia biasa yang berlaku padanya “SUNNATU INSANIAH, KULLU NAFSIN ZA IKATUL MAUT”
Dalam pada waktu itu wajib kita meng’itikadkan bahwa jasad nabi kita itu adalah QADIM IDHOFI, yaitu tidak rusak selama lamanya dikandung bumi. Seperti hadis sahih AL BUKHARI/ riwayat BUKHARI : “ INNALLAHA AZZA WAJALLA HARRAMA’ALAL ARDHI AIYA KULLA AZSADAL AMBIYA” artinya Bahwasanya Allah Ta’ala yang maha tinggi telah mengharamkan akan bumi, bahwa bumi itu bisa menghancurkan akan jasad para nabi nabi. Maka tahkiknya paham kedua walikutub itu, supaya kita jangan terlihat dengan paham Nasrani, dengan Yahudi dan sebagainya. Maka kita tetapkan dahulu paham kita ialah :
Bahwa pada hukum adab, Nabi kita Muhammad yang Muhammad itu adalah manusia biasa seperti kita, hanyalah dilebihkan ia dengan kerasulan.
Bahwa tiap tiap manusia itu sendirinya baik pada hukum akal dan pada hukum nakli, ada mempunyai dua macam diri yakni diri pertama atau diri hakiki ialah Rohani, dan diri yang kedua yaitu diri Majazi ialah Jasmani, dan diri yang kedua atau diri jasmani itu karena kemuliaan bagi Rasulullah dinamakan INSANUL KAMIL.
Bahwa diri Hakiki yang berma’na Rohani itulah yang bernama Muhammad. Itulah yang Qadim Azali, Qadim Izzati, Qadim Hakiki, itulah ma’na yang dirahasiakan yang menjadi keesaan segala sifat kesempurnaan yang 99 (sembilan puluh sembilan) itu. Jalannya kebesaran wujud Roh Nabi kita itulah yang diisyaratkan oleh kalimah “HUALLAH” jadi ma’na Muhammad itu Tahkiknya adalah “AINUL HAYATI” yakni wujud sifat yang hidup dan yang menghidupkan. Maka itulah yang diisyaratkan dengan kalimah “LA ILAHA ILLALLAH” dan yang dibenarkan dengan kalimah “ALLAHU AKBAR” dan yang dipuji dengan “SUBBHANALLAH WALHAMDULILLAH dan sebagainya lagi. Itulah yang dipuji dengan “ALHAQ QULHAQ” oleh seluruh malaikat malaikat MUKARRABIN menurut tafsir yang me’itibar.
Bahwa diri Majazi yang berma’na Jasmani, itulah yang bernama Insanul Kamil. Itulah Muhammad majazi, yakni Muhammad yang kedua yang menempuh ALMAUTU pada adab, tetapi jasad Nabi itu adalah Qadim Idhofi. Jasad Nabi kita itulah diisyaratkan oleh ayat AL QUR’AN “PADABA RAKALLHU AHNAUL KHORIKIM: artinya Maha Sempurnalah Sifat Allah pada Kezahiran Wujud yang sebaik baik rupa kejadian itu”. Dan diisyaratkan Hadis Qudsi “ ZAHIRU RABBI WAL BATHINU ABDI” artinya Kezahiran sifat kesempurnaan Allah itu adalah maujud pada hakikat kesempurnaan seorang hamba yang bernama Muhammad Rasulullah itu. Yakni maujud dengan rupa Insanul Kamil, maka rupa wujud Insanul Kamil itulah yang diisyaratkan oleh AL QUR’AN dengan “AMPUSAKUM” artinya Wujud Diri Kamu Sendiri, yakni “WAFI AMPUSIKUM APALA TUBSIRUN” artinya Dan yang diri kami berupa wujud insane itu apakah tidak kamu pikirkan. Yakni yang menjadi diri hakiki atau diri pertama pada insan itu.
Pada hakikatnya adalah kebenaran dan kesempurnaan Roh Nabi kita yang bernama Muhammad itu semata mata, dan diri kedua itupun tidak lain karena itulah dinamakan insane yakni yang kedua, atau rupa Muhammad yang nyata, yang nasut, maka kebenaran Roh Nabi kita yang bernama Muhammad itulah yang diisyaratkan oleh Al Qur’an “ALLAHU NURUSSMA WATIWAL ARDHI” artinya Kebenaran Nur Allah itu ialah Maujud di langit dan dibumi. Dan ayat seterusnya “NURUN ‘ALA NURIN” artinya Nur yang hidup dan yang menghidupkan atas tiap tiap wujud yang hidup pada alam ini, itulah isyarat perkataan 4 (empat sahabat besar itu ialah yang berbunyi demikian :
Berkata Saidina Abu Bakar Siddik r.a.
ﻮﻤﺎﺮﺍﻳﺖ ﺷﻳﺎﺀﺍﻶ ﻮﺮﺍﻳﺖﺍﷲ
Artinya : Tidak aku lihat pada wujud sesuatu dan hanyalah aku lihat kebenaran Allah semata mata dahulunya.
Kata Umar Ibnu Khattab r.a :
“MAA RAAITU SYAIAN ILLA WARAAITULLAHU MA’AHU”
artinya Tidak aku lihat pada wujud sesuatu dan hanyalah aku lihat kebenaran Allah Ta’ala semata-mata kemudiannya.
Kata Usman Ibnu Affan r.a :
ﻮﻤﺎﺮﺍﻴﺕ ﺘﺒﻳﺎ ﺍﻶ ﻮﺮﺍﻴﺕ ﺍﷲ ﻤﻌﻪ
Artinya : Tidak aku lihat pada wujud sesuatuhanyalah aku lihat kebesaran Allah Ta’ala semata-mata besertanya.
Kata Ali Ibnu Abi Talib r.a :
ﻮﻤﺎﺮﺍﻴﺕ ﺷﻴﺎﺀﺍﻶ ﻮﺮﺍﻴﺕ ﺍﷲ ﻓﻴﻪ
Artinya : Tidak Aku lihat pada wujud sesuatu hanyalah aku lihat kebesaran Allah Ta’ala semata-mata maujud padanya.
Itulah isyarat ayat Al Qur’an “WAKULIL HAMDULILLAH SAYURIIKUM AAYAA TIHI FA’A HIRU NAHA” artinya Dan ucapkanlah puji bagi Allah karena sangat nampak bagi kamu pada wujud diri kami itu sendiri, akan tanda tanda kebesaran Allah Ta’ala, supaya kamu dapat mengenalnya
Dari itu dengan sabda Nabi Muhammad SAW “MAM TALABAL MAULA BICHAIRI NAFSIHI PAKAD DALLA DALALAM BA’IDA” artinya Barang siapa mengenal Allah Ta’ala diluar dari pada mengenal hakikat dirinya sendiri., maka sesungguhnya adalah ia sesat yang bersangat sesat. Karena hakikat diri yang sebenarnya, baik rohani dan jasmani tidak lain melainkan adalah wujud kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD itu semata-mata. Maka apa apa nama segala yang maujud pada alam ini, baik pada alam yang nyata dan alam yang ghaib adalah semuanya nama Majazi bagi kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD.
Adapun ma’na Syahadat yang tahkikut tahkik “ASYHADUALLA ILAHA ILLALLAH” naik saksi aku bahwasanya Rohku dan Jasadku tidak lain, melainkan wujud kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD semata-mata. “WA ASYHADUANNA MUHAMMADARRASULULLAH” dan naik saksi Aku bahwa hanya MUHAMMAD RASULULLAH itu tiada lain, melainkan wujud kebenaran tajalli NUR MUHAMMAD yang sebenar benarnya.
Maka kesempurnaan musyahadah, murakabah, dan mukapahah, yakni keesaan pada diri adalah pada keluar masuknya nafas, karena pahak tahkik, tidak ada lagi “LAA” tetapi hanya “ILLAH” yakni tidak lain “NAFSI” ILLAHU” tidak lain DIRIKU. Melainkan wujud kebesaran NUR MUHAMMAD semata mata.
ZIKIR ZIKIR TAJALLI YANG HANYA DIBACA DIDALAM HATI SAJA
Sekali atau tiga kali, dan nafas ditarik dengan “HUU” kemudian ditahan dan lidah dilekukkan dilalangitan ialah.
INNI BIHAKKI MUHAMMADIN ALHAQ QULHAQ, artinya “YAHU” sesungguhnya diriku adalah kebesaran wujud NUR MUHAMMAD yang sebenar benarnya.
INNI BIHAKKI ZATUL BUKTI KHALISUL MUTLAK, artinya bahwa sesungguhnya diriku adalah wujud kebesaran NUR MUHAMMAD semata-mata yang Maha Suci lagi Esa tiada ada yang lainnya besertanya.
LAA MAUJUDUN ILLA NURUL HAK KUL HAK, artinya Tiada lain wujudku melainkan wujud kebenaran NUR MUHAMMAD yang sebesar besarnya.
Maka pilihlah yang mana dalam yang tiga ini yang dirasa mudah, dan tatkala keluar nafas bacalah dalam hati “ALLAHU AKBAR”.
.....xxxxx...........
Sebenarnya ramai orang awam termasuk para ulamak zahir menentang dan tidak bersetuju dengan ilmu mertabat tujoh ini. Namun di kalangan ahli hakikat dan makrifat perkara ini adalah sesuatu yang dapat di alami sendiri untuk mengesahkannya secara haqqul yaqin. Oleh itu, jangan salahkan ulamak-ulamak hebat kita yang dulu seperti Sh. Nafis al-Banjari atau Sh. Abdul Samad al-Palembangi atau Sh. Abdul Rauf al-Singkili , Sh. Hamzah al-Fansuri dan lain-lain , hanya kerana berdasarkan ilmu itu "tidak ada" pada zaman Rasulullah s.a.w dan sahabat r.a mahupun tabiin (rah.). Ini kerana ilmu ini adalah hasil dari keyakinan yang mendalam dan para sahabat r.a dan tabiin (rah) dapat mencapainya secara jalan kasyaf terus tanpa belajar. Itulah kekuatan cahaya Rasulullah s.a.w sehingga para sahabat r.a dari segi taraf melebihi makam wali qutb . Bagaimana kalau saya katakan bahawa ilmu ini adalah ilmu epistemologi ( asal usul kejadian kita) - ia bukan ilmu yang baru , tetapi huraian lebih perinci. Para sahabat r.a pastinya merupakan golongan yang "mengenal diri dan mengenal Allah dengan sebenar-benar kenal " . Itu sebab mereka dapat berzuhud serta menjadi hamba Allah yang sejati.Kita hari ini kurang mendapat cahaya itu dan oleh itu harus belajar dari perincian dan huraian mereka yang sudah menempuh jalan ini. Mertabat tujoh adalah sebuah penafsiran terhadap makna "enam masa" ayat Quran iaitu surah Al- ‘Araf 7 :54:
"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa lalu Ia bersemayam di atas Arasy; Ia melindungi malam dengan siang yang mengiringinya dengan deras (silih berganti) dan (Ia pula yang menciptakan) matahari dan bulan serta bintang-bintang, (semuanya) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, kepada Allah jualah tertentu urusan menciptakan (sekalian makhluk) dan urusan pemerintahan. Maha Suci Allah yang mencipta dan mentadbirkan sekalian alam."
Dan seterusnya ayat-ayat berikut tentang "enam masa" itu : 10:3 , 11:7, 25:59 , 32:4, 50:38 dan 57:4 ( 7 ayat semuanya!).
Dalam tareqat Chistiyyah huraian tentang "enam masa" itu dipanggil Tanazzulat Sittah atau Mertabat Enam , tetapi tak mengapa jika huraian yang lebih perinci menjadikannya 7 sebagaimana juga ada tareqat yang menghuraikan Lathaif ada 5 ada pula yang menghuraikannya kepada 7. Jadi, mereka yang "menentang" malah memperkecilkan ilmu mertabat 7 ini sebenarnya meremehkan ayat -ayat Quran ini. Malah sebahagian tareqat juga menjadikan ilmu mertabat 7 ini sebagai huraian kepada surah al-Ikhlas ( 4 ayat ) tetapi dihurai secara 7 alam , daripada alam keDiaan (HU Ahad) kepada alam insan ("ahad" juga, tetapi bermaksud tunggal /unggul seperti yang dibuktikan dengan cap jari dan DNA).
3 alam/martabat yang awal iaitu ahadiyah, wahdiyah dan wahidiyah merupakan martabat alam qadim dan tidak boleh difikirkan secara rasional. Malah setahu saya seseorang manusia hanya paling boleh mengalami peristiwa "ke belakang" dengan kebenaran Allah (biiznillah) sampai ke alam "alastu birobbikum" saja dan tidak boleh ke belakang lagi (contohnya ke alam Nur Muhammad) .
Mereka yang membenci atau tak suka ilmu mertabat tujoh tak apa. Mereka mungkin hanya dapat mentauhidkan Allah secara af'alNya , atau secara asma'Nya , tetapi tidak dapat mentauhidkansecara ZatNya - sebab ilmu mertabat tujoh bermula dengan La'taayun dalam alam Ahadiyah ( Qulhu wallahu AHAD) - alam keEsaan , di mana "hanya Dia yang wujud". Senang cerita, jika kita tak tahu jalan pergi (untuk sampai ke alam ini) tak mungkin kita tahu jalan pulang (untuk kembali kepada Dia -Zatul Haq). Itu sebabnya belajar ilmu Mertabat Tujoh itu amat penting ! Kalau tak tahu "innalillah" bagaimana nak "wainna ilaihi raji'un" ? Lain dengan orang dulu yang dapat ilmu ini secara makrifat , langsung dari cahaya Rasulullah s.a.w dan cahaya para sahabat r.a, sedang kebanyakan kita terperangkap dalam ilmu syariat dan tidak "terbuka" untuk masuk ke ilmu tareqat , hakikat dan makrifat.
Masalahnya , kita hendak "bertaraqqi" kepada Allah bukan "esok" bila kita sudah meninggal dunia atau bila di hari Akhirat (selepas Kiamat) tetapi setiap kali bersolat. Malah bagi yang berkemampuan pada bila-bila masa yang diperintahkan . Kalau tak tahu jalan pergi, bagaimana nak tahu jalan pulang? Bukankah angka 7 itu sudah memberi satu gambaran bahawa kita harus "merentasi" tujoh petala langit (untuk sampai ke Singgahsana Arsy) dan mungkin tujoh petala bumi juga untuk mengenal jenis makhluk yang merupakan musoh-musoh orang yang beriman , walaupun ada juga tempat rahsia para waliyullah dan qutb di bawah bumi. ?
Bagi mereka yang telah sampai ke alam Ahadiyyah dan mengesahkan kewujudannya, maka fahamlah dia hakikat dan jalan cerita "Wihdatul Wujud". Semua alam-alam itu bukan tidak ada lagi atau hanya yang tinggal alam ajsam dan alam insan , tidak! Alam-alam itu menyelubungi alam insan atau alam materi ini ! Kalau tak mahu belajar ilmu mertabat tujoh, tak dapatlah memahami jalan cerita mengapa tawaf tujoh kali atau mengapa harus sa'i tujoh kali . Dan mengapa pula bukan Kaabah itu sebenarnya yang kita tawafi , sebab jika begitu Kaabah itulah berhala kita. Jadi, penting atau tidak belajar ilmu mertabat tujoh itu? Jangan fikir, sahabat r.a tak belajar pun ! Mereka belajar ilmu hakikat-makrifat 13 tahun ! Ilmu itu terus mereka dapat, sedang kita baru nak bertatih!
Bukankah ilmu Mertabat Tujoh itu sebenar-benar ilmu Epistemologi dalam beragama?

Semoga bermanFafaat.

FORUM

MASUK SURGA DAN NERAKA KARENA SEEKOR LALAT

Bismillahirrahmanirrahiim ..
Kisah Teladan - MASUK NERAKA DAN SYURGA KERANA SEEKOR LALAT
Dari Thariq bin Syihab, (beliau menceritakan) bahawasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Ada seseorang masuk syurga kerana seekor lalat dan masuk neraka kerana seekor lalat pula."
Para Sahabat bertanya, "Bagaimana bisa terjadi demikian, wahai Rasulullah?"
Baginda menjawab, "Terdapat dua orang yang berjalan melewati suatu kaum yang mempunyai berhala, tak seorang pun diperkenankan melewati berhala itu sebelum memberikan sesuatu.
Mereka berkata kepada salah seorang dari kedua lelaki tersebut, "Berikanlah korban kepada berhala itu!" Dia menjawab, "Aku tidak mempunyai apa-apa untuk berkorban."
Mereka berkata lagi, "Berikanlah korban sekalipun dengan seekor lalat." Kemudian dengan seekor lalat itu, ia memberikan sesaji dan oleh mereka diperkenankan ia meneruskan perjalanannya. Kerana perbuatannya, ia kemudian masuk neraka!
Kemudian mereka berkata kepada yang seorang lagi, "Berikanlah korban!" Orang yang kedua ini menjawab, "Aku tidak akan berkorban sedikit pun kecuali kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Kemudian ia memenggal leher orang itu, dan ia masuk syurga."
Status Hadits:
Dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam Az Zuhud, hal. 15, dari Thariq bin Syihab dari Salman Al Farisi radhiyallahu 'anhu. Hadits tersebut dikeluarkan pula oleh Abu Nu'aim dalam Al Hilyah 1: 203, Ibnu Abi Syaibah dalam mushonnafnya 6: 477, 33028. Hadits ini mauquf shahih, hanya sampai sahabat. Lihat tahqiq Syaikh 'Abdul Qodir Al Arnauth terhadap Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab hal. 49, terbitan Darus Salam.
Al Hafizh mengatakan bahawa jika Thariq bertemu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka ia adalah sahabat. Kalau tidak terbukti ia mendengar dari Nabi, maka riwayatnya adalah mursal shohabiy dan seperti itu maqbul atau diterima menurut pendapat yang rojih (terkuat). Ibnu Hibban menegaskan bahawa Thariq wafat tahun 38 H. Lihat Fathul Majid, hal. 161, terbitan Darul Ifta'.
Beberapa faedah dari hadits di atas:
1. Hadits di atas menunjukkan bahaya syirik walau pada sesuatu yang dinilai kecil atau remeh.
2. Jika sesaji dengan lalat saja bisa menyebabkan masuk neraka, bagaimana lagi dengan unta, atau berqurban berkorban untuk mayit atau selain itu.
3. Syirik menyebabkan pelakunya masuk neraka sedangkan tauhid menghantarkan pada syurga.
4. Seseorang bisa saja terjerumus dalam kesyirikan sedangkan ia tidak mengetahui bahawa perbuatan tersebut syirik yang menyebabkan dia terjerumus dalam neraka nantinya.
5. Hadits tersebut juga menunjukkan bahayanya dosa walau dianggap sesuatu yang kecil. Anas radhiyallahu 'anhu mengatakan, "Kalian mengamalkan suatu amalan yang disangka ringan, namun kami yang hidup di masa Nabi shallallahu 'alami ni wa sallam menganggapnya sebagai sesuatu petaka yang amat besar."
6. Orang tersebut masuk neraka kerana amalan yang awalnya tidak ia maksudkan, ia hanya ingin lepas dari kejahatan kaum yang memiliki berhala tersebut.
7. Seorang muslim yang melakukan kesyirikan, batallah islamnya dan menyebabkan ia masuk neraka kerana laki-laki yang diceritakan dalam hadits di atas adalah muslim.
Makanya di dalam hadits disebutkan, "Seseorang masuk neraka kerana lalat." Ini bererti sebelumnya dia adalah muslim.
8. Hadits ini menunjukkan bahawa sembelihan, penyajian tumbal, sesaji adalah ibadah. Jika ada yang memalangkan ibadah tersebut pada selain Allah, maka ia terjerumus dalam syirik akbar yang mengeluarkan dari Islam.
9. Hadits di atas menunjukkan keutamaan, keagungan dan besarnya balasan tersebut.
10. Hadits tersebut juga menunjukkan keutamaan sabar di atas kebenaran dan ketahuidan.


Semoga kita senantiasa memurnikan tauhid. Tauhid itu ibarat golden tiket untuk bisa masuk ke dalam syurgaNya. Sebesar dosa apa yang kita lakukan, jika masih murni bertauhid kepada Allah maka masih ada kesempatan masuk syurga. Tetapi meskipun banyak berbuat baik tetapi mati dalam keadaan tidak bertauhid kepada Allah, maka sudah tertutup pintu ke syurga. Wallahu'alam..

 
Diberdayakan oleh Blogger.