Cari Blog Ini

TERNYATA TUHAN YESUS NIKAH

Tak akan ada umat Kristen yang mau mempercayai bahwa Yesus mempunyai istri dan keturunan. Karena, mana mungkin Tuhan menikah dan mempunyai anak? Bahkan kita umat Islampun, akan tercengang tidak percaya bahwa dalam sejarah hidupnya Yesus pernah kawin dan mempunyai keturunan, karena selama ini kita juga dijejali oleh cerita kaum Kristen bahwa Yesus adalah Tuhan, maka mustahil seorang Tuhan menikah bahkan mempunyai anak.
Kita umat Islam meyakini Yesus (Isa as) adalah seorang manusia, seorang nabi sebagaimana nabi-nabi yang telah berlalu sebelumnya. Sehingga tidak mustahil bahwa Yesus menikah dan mempunyai keturunan. Namun sosok Yesus sebagai manusia yang terlibat dalam sejarah telah dikaburkan sedemikian rupa, sehingga sejarah asli Yesus benar-benar gelap bagi sebagian besar umat manusia. Yang tinggal adalah Yesus yang dibungkus dengan pakaian ketuhanan sehingga bagi orang-orang yang tidak mampu menggunakan akal sehatnya, menganggap Yesus benar-benar sebagai Tuhan.
Tapi bagi sebagian manusia yang mau menggunakan akalnya, ketuhanan Yesus menjadi sumber pertanyaan akal yang tidak pernah berhenti. Mereka-mereka inilah yang sedikit demi sedikit, menguak misteri sejarah hidup Yesus.
Salah satunya, adalah seorang teolog, pakar Perjanjian Baru dan Gulungan Laut Mati, Prof. DR. Barbara Tiering, dari Univ. of Sidney Australia. Setelah melakukan penelitian terhadap gulungan-gulungan Laut Mati (The Dead Sea Scrolls), selama 20 tahun, sampai kepada kesimpulan bahwa Yesus, beristri, bahkan lebih dari satu, alias poligami.
Menurut sang Profesor, dalam sejarah kehidupan Yesus, Yesus pernah kawin bahkan dua kali. Dan upacara perkawinan Yesus, dapat ditelusuri dalam Perjanjian Baru sendiri, yaitu dalam Injil Markus-14:3, Yohanes-12:3 dan Lukas-7:37 dan seterusnya.
Markus-14:3.
Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, dan sedang duduk makan, datanglah seorang perempuan membawa suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher buli-buli itu, dicurahkannya minyak itu ke atas kepala Yesus.
Yohanes-12: 3
Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.
Hubungan istimewa Yesus dengan Maria Magdalena, berabad-abad dibantah oleh gereja. Bahkan Maria Magdalena, difitnah sebagai seorang perempuan pendosa. Lihatlah Injil Lukas-7:37.
Tapi lanjutkan dengan membaca ayat-38 dari Injil yang sama: Lukas-7:38
Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu. 
Seorang perempuan yang mencurahkan minyak wangi ke kepala, ke kaki, dan menciumi lelaki tersebut, menurut Profesor Thiering, adalah upacara perkawinan bangsawan Yahudi. Dalam masyarakat Yahudi, tidak akan pernah ada seorang perempuan pun, yang ujug-ujug datang mencium seorang lelaki yang bukan muhrimnya karena perbuatan itu hukumannya adalah hukuman mati.
Yang perlu dipertegas lagi, Yesus adalah orang Yahudi yang meneruskan ajaran Nabi Musa as. Berdasarkan tradisi Yahudi, seseorang justru hanya akan diakui sebagai Rabi dan guru apabila seseorang itu menikah. Diperkuat dengan kenyataan bahwa orang Yahudi berpegang teguh pada perintah “Beranak cuculah dan bertambah banyak” (Kej. 1:27) dan pernyataan “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja” (Kej. 2:18) serta tradisi bahwa seorang laki-laki Yahudi pertama-tama harus mempelajari Taurat (sebagai orang Yahudi Yesus juga mempelajari Taurat) sedangkan untuk mempelajari Taurat syaratnya adalah menikah.

Siapa Bilang Yesus Hidup Membujang? Oleh: Hj. Irena Handono Pakar Kristologi dan Pendiri Irena Center


Bantahan Prof. Thiering terhadap klaim gereja yang selama berabad-abad menutupi hubungan istimewa Yesus dengan Maria Magdalena, didukung oleh penemuan Injil Philip di daerah Nag Hamadi, Mesir pada tahun 1945.
Dalam Injil Philip ini, disebutkan dengan jelas, “Ada tiga orang yang selalu berjalan bersama Yesus: Maria ibundanya dan Maria saudara ibunya, dan Magdalena, yang disebut sebagai pasangannya. Dan pasangan dari Sang Juru Selamat (Saviour) adalah Maria Magdalena. (Dia mencintai) nya, melebihi cintanya kepada murid-murid yang lain dan sering menciumnya di mulutnya. Murid-murid yang lain berkata kepadanya: “Kenapa engkau lebih mencintainya dari pada kami?”. Sang Juru Selamat menjawab dan berkata: Kenapa aku tidak mencintai kalian seperti mencintai dia?” (59, 6-12; 63, 32- 64, 5)
Selanjutnya dari hasil penelitian Prof. Thiering, terungkap fakta bahwa acara pernikahan Yesus dgn Maria Magdalena, diselenggarakan pada hari Jumat tgl 22 September  tahun 30 Masehi. Acara resepsinya diselenggarakan tiga tahun kemudian, yaitu pada 19 Maret tahun 33 Masehi, jam 12 malam. Besoknya Yesus ditangkap, dan disalibkan.
Pada tgl 14 Juni 37 M, jadi 4 tahun setelah penyaliban, lahirlah anak Yesus yang pertama, yang diberi nama Jesus Justus. Anaknya yg ke-3 lahir pada 10 April 44 M. Namanya tidak diketahui. Anaknya yang ke-2 tidak ada informasi. Perkawinan Yesus yang kedua berlangsung dengan seorang perempuan yang bernama Lidia.
Kalau umat Islam, meragukan bahwa Yesus pernah kawin dan punya keturunan, maka buanglah keraguan itu jauh-jauh, karena Allah SWT berfirman dalam Alquran :
Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-Rasul sebelum engkau, dan Kami memberikan istri-istri dan keturunan kepada mereka. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (atau mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab. (Qs.Ar-Ra’d: 38).
Jadi, siapa bilang Yesus hidup membunjang?
(Tabloid Media Umat)

Lagu Untuk Tuhan



Laguku UntukMU

C
Tiada sehari yg berlalu
C
Tanpa ku mengingatiMu
F
Rindu padaMu
G
ku Sentiasa mendambakan
F     G          C
Kasih dan sayangMu

C
Semalam aku bermimpi
C
Di dalam hujan ku berlari
F                 G
Berlari, mencari, memanggil-manggil namaMu
F       G          C
NamaMu yang sempurna

F      G     C      Am
Ku harap dan ku berdoa
F        G       F    G   C
Semoga dapat bersua denganMu

*F       G         C         Am
Tiada kata yang dapat ku gambarkan
F           G       C
Perasaan yang ku alami
F         G
Cinta ku ini
C            Am
Tiada berbelah bagi
F            G         C
Cinta yang suci dan abadi

C
arduwuillahrahmani arju ala tinsani
F                G
fiqullil awqotil napsi wa fuadi
F      G    C
lakaya maliki

C
Apakah aku diterima
C
Atau Kau kan membiarkan  saja
F
Kerana KU berdosa
G
Jangan biar ku terhina
F    G       C
Ku merayu padaMu

ulang * 2x

PENTINGNYA SEORANG MURSYID



Dalam Futhuh al Ghaib, Syekh Abdul Qadir al Jailani menulis syair berikut :
Jika takdir membantumu atau kala menuntunmu
kepada Syekh yang jujur dan ahli hakikat
maka bergurulah dengan rela dan ikutilah kehendaknya
Tinggalkan apa yang sebelumnya engkau lakukan
Sebab menentang berarti melawan
Dalam kisah Khidir yang mulia terdapat cakupan
Dengan membunuh seorang anak dan Musa mendebatnya
Tatkala cahaya subuh telah menyingkap kegelapan malam
Dan seseorang dapat menghunus pedangnya
Maka Musa pun meminta maaf
Demikian keindahan di dalam ilmu kaum sufi

Sebagian kita mungkin sudah sering mendengar tuduhan yang dilontarkan oleh orang-orang yang mengaku paling “islami” bahwa tasawuf adalah ilmu diluar islam, pembuat bid’ah, syirik dan lain sebagainya dan karena yang menyampaikan pendapat ini orang berlatar belakang pendidikan agama yang lumayan (baca: syariat), alumni arab Saudi atau mesir dengan sekian banyak title sehingga masyarakat awam dengan mudah langsung percaya. Sebagian mereka tidak tahu bahwa Arab Saudi bukan lagi menjadi tempat berkumpulkan berbagai macam mazhab akan tetapi telah menjadi corong bagi mazhab tunggal yang baru muncul di abad ke 17 yaitu mazhab wahabi.
Saya tidak membahas tentang tuduhan-tuduhan tersebut dan saya rasa itu tidak ada menfaatnya sama sekali. Kesempatan ini saya ingin menyampaikan informasi akan pentingnya belajar tasawuf/thariqat agar kita bisa merasakan nikmatnya beragama.
Belajar tasawuf ada dua jenis, yaitu secara Teori dan Praktek. Secara teori telah diajarkan di pasantren, IAIN bahkan anda bisa menjadi seorang profesor tasawuf tanpa anda harus mempraktekkan zikir dan dibimbing oleh mursyid. Namanya juga teori tentu yang didapatkan hanya teori saja.
Belajar tasawuf sebenarnya harus mempunyai pembimbing rohani, bukan saja mengajarkan anda tapi juga membimbing anda agar sampai kehadirat-Nya karena inti tasawuf adalah bagaimana seorang bisa berhampiran dengan Allah SWT. Tentang hal ini Abu Ali ats Tsaqafi berkata, “Seandainya seseorang mempelajari semua jenis ilmu dan berguru kepada banyak ulama, maka dia tidak sampai ke tingkat para sufi kecuali dengan melakukan latihan-latihan spiritual bersama seorang Syeikh yang memiliki akhlak yang luhur dan dapat memberinya nasehat-nasehat. Dan barang siapa yang tidak mengambil akhlaknya dari seorang Syeikh yang memerintah dan melarangnya, serta memperlihatkan cacat-cacat dalam amalnya dan penyakit-penyakit dalam jiwanya, maka dia tidak boleh diikuti dalam memperbaiki muamalah”.
Jadi tasawuf adalah ilmu praktek dan tentu saja membutuhkan pembimbing yang ahli dibidangnya, tanpa adanya pembimbing rohani maka segala praktek yang dilakukan sudah pasti akan disesatkan setan. Abu Yazid Al-Bisthami berkata, “Barang siapa yang menuntut ilmu tanpa berguru, maka wajib syetan gurunya.”
Apabila jalan kaum sufi dapat dicapai dengan pemahaman tanpa bimbingan seorang Syekh, niscaya orang seperti Imam Al-Ghazali dan Syekh Izzuddin ibn Abdussalam tidak perlu berguru kepada seorang Syekh. Sebelum memasuki dunia tasawuf, keduanya pernah berkata, “Setiap orang yang mengatakan bahwa adalah jalan memperoleh ilmu selain apa yang ada pada kami, maka dia telah berbuat kebohongan kepada Allah.”. Zaman sekarang kita juga sering mendengar pendapat seperti itu, tidak mengakui ilmu selain yang mereka pelajari (syariat) dan menganggap orang-orang yang mempunyai kemampuan bathin, ilmu laduni dan lain sebagainya sebagai pembohong.
Akan tetapi, setelah Imam Al-Ghazali dan Syekh Izzuddin ibn Abdussalam yang tadinya hanya belajar syariat kemudian memasuki dunia tasawuf keduanya berkata, “Sungguh kami telah menyia-nyiakan umur kami dalam kesia-siaan dan hijab (tabir penghalang antara hamba dan Tuhan).”
Orang yang bisa menemukan kebenaran bukanlah orang yang banyak membaca buku karena terkadang semakin banyak yang dipelajari justru tanpa sadar menjadi Hijab antara kita dengan Allah. Hanya kerendahan hati dan sikap mau belajar dan mencari yang menyebabkan seseorang menemukan Allah SWT, sebagai mana ucapan rendah hati Musa kepada Khidir, “Bolehkah aku mengikutimu, agar engkau mengajarkan kepadaku ilmu yang benar diantara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” (QS. Al Kahfi, 66). Juga pengakuan Ahmad ibn Hanbal bahwa Abu Hamzah al Baghdadi lebih utama darinya dan pengakuan Ahmad ibn Suraij bahwa Abu Qasim Junaid lebih utama darinya.
Imam al-Ghazali juag mencari seorang Syekh yang menunjukkannya ke jalan tasawuf, padahal ia adalah Hujjatul Islam. Begitu juga, Syekh Izzuddin ibn Abdussalam berkata, “Aku tidak mengetahui Islam sempurna kecuali setelah aku bergabung dengan Syekh Abu Hasan Asy Syadzili”. Abdul Wahab Asy Sya’rani berkata, “Apabila kedua ulama besar ini, yakni al-Ghazali dan Syekh Izzuddin ibn Abdussalam, padahal keduanya adalah orang yang memiliki ilmu pengetahuan luas tentang syariat, maka orang selain mereka lebih membutuhkan lagi.”
Dalam hal ini al Qur’an memberikan petunjuk kepada kita semua untuk mencari orang-orang yang telah di beri petunjuk oleh Allah SWT sebagaimana firman Allah: “Sebenarnya al Qur’an itu adalah ayat-ayat nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu” (QS. Al ankabut : 49). “Dan ikutilah jalan orang yang telah kembali kepada-Ku” (QS. Lukman: 15) dan firman-Nya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang benar”. (QS. Taubah: 119). Diperkuat oleh hadist, “Jadilah kamu bersama Allah, apabila tidak bersama Allah jadilah kalian bersama orang yang sudah bersama Allah, maka sesungguhnya orang itu bisa membawamu kepada Allah” (HR. Abu Daud).
Dengan demikian, memiliki seorang pembimbing (mursyid) adalah suatu keharusan. Para sahabat sendiri mengambil ilmu dan amalan mereka dari Rasulullah SAW. Rasulullah SAW mengambil ilmu dan amalannya dari Jibril. Dan para tabi’in mengambil ilmu dan amalan dari para sahabat.
Setiap sahabat mempunyai para pengikut yang khusus. Ibnu Sirin, Ibnu Musayyab dan al A’raj, misalnya, adalah pengikut Abu Hurairah. Sementara Thawus, Wahhab dan Mujahid, adalah pengikut Ibnu Abas. Demikian seterusnya. Pengambilan ilmu dan amalan ini sangat jelas, sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat mereka.
Maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak segera mencari Guru Pembimbing yang siap menuntun dan membimbing kita mencapai kebenaran hakiki. Carilah Guru yang benar-benar kamil mukamil, khalis mukhlisin sehingga dia bukan hanya berbicara tentang teori ketuhanan akan tetapi dengan keikhlasannya mampu membimbing anda kehadirat Allah SWT. Kalau anda bertanya siapakah Guru Mursyid yang kamil mukamil tersebut, saya tidak bisa menjawab karena kawatir jawaban saya akan menyinggung perasaan yang lain. Bagi setiap pengamal tasawuf mereka meyakini Guru mereka memiliki kemampuan untuk membimbing mereka dan tidak terkecuali Guru saya.
Abu Athailah As Sakandari dalam Latha’if al Minan, berkata, “Engkau tidak akan kekurangan mursyid yang dapat menunjukkanmu ke jalan Allah. Tapi yang sulit bagimu adalah mewujudkan kesungguhan dalam mencari mereka”.
Seorang penyair sufi berkata :
Rahasia Allah didapat dengan pencarian yang benar
Betapa banyak hal menakjubkan yang telah diperlihatkan kepada para pelakunya.
Ali al Khawas berkata dalam syairnya,
Jangan menempuh jalan yang tidak engkau kenal tanpa penunjuk jalan,
Sehingga engkau terjerumus dalam jurang-jurangnya.
Penunjuk jalan (Mursyid) akan dapat mengantarkan salik sampai ke pantai yang aman dan menjauhkan dari gangguan-gangguan selama di perjalanan. Sebab, penunjuk jalan (mursyid) sebelumnya telah melewati jalan itu dibawah bimbingan seseorang (mursyid sebelumnya) yang telah mengetahui seluk beluk jalan tersebut, mengetahui tempat-tempat berbahaya dan tempat-tempat yang aman dan terus menemaninya sampai akhirnya dia sampai di tempat yang dituju. Kemudian orang tersebut memberikan izin untuk membimbing orang lain.
Menutup tulisan ini saya mengutip Syair dari Ibnu Al-Banna yang menjelaskan tentang kedudukan kaum sufi yang telah melakukan perjalanan menuju Allah dan setelah sampai disana mememberikan kabar kepada orang lain untuk menuju kesana dengan selamat.
Kaum sufi tidak lain sedang melakukan perjalanan
Ke hadirat Tuhan Yang Maha Benar
Maka mereka membutuhkan penunjuk jalan
Yang benar-benar mengenal seluk beluk jalan itu
Dia telah melalui jalan itu, lalu dia kembali
Untuk mengabarkan apa yang telah didapat.

AKHIR PERKATAAN HATI


Akhir perkataan hati bukanlah hasil dari keputus asaanku. Akan tetapi akhir perkataan hati adalah akhir dari perjalanan hidupku, yang telah memandang dengan pandangan ilmu, meliputi segala arah pandangan.
Berkata lidah mewakili jasadku, bahwa selama hidup ini hari-hariku dibebani dengan keletihan, kelaparan dan kepayahan, dan aku tidak kuasa menghindarinya. Setiap hari aku harus bekerja untuk mencari segala sesuatu yang berguna bagi tubuhku, sedangkan waktuku terbatas dikarenakan aku tidak mampu menahan kantuk. Saat kenyang aku dibebani oleh rasa sakit perut, saat sehat aku dibebani oleh perasaan takut sakit, demikian juga bila sakit, aku dibebani oleh keinginan untuk sehat. Ibadah telah membuat tubuhku lelah. Pada waktu subuh aku berhadapan dengan kedinginan dan harus meninggalkan kenyamanan tidur, saat zuhur aku harus berhadapan dengan panas, waktu asyar aku harus berhadapan denga kelelahan dalam berfikir, saat magrib aku terbebani oleh keinginan-keinginan yang tak mampu kupenuhi, saat isya’ aku terbebani oleh rasa kantuk dan keadaan selanjutnya
Kebutuhan tubuh telah menjajahku. Segala ibadah kebaikan yang kuperjuangkan, menjadi sumber hinaan bagiku, sementara kebencianku terhadap kekafiran telah menjadikan orang mengkafirkan aku, dan ibadahku mengasihi alam telah menjadi fitnah dan tuduhan keserakahanku. Bagi tubuhku ini tidak kuasa menahan beban perjuagan hati, tubuhku lemah dalam menghadapi keikhlasan, bak sebuah gelas kaca yang tipis yang mudah pecah, terisi oleh air yang mendidih. suatu saat akan pecah. Dan itulah kematianku. Sehingga akhir dari pekataan hatiku bahwa, saat itulah yang paling kusukai, yaitu terlepasnya penderitaan tubuhku atas beban hati, sungguh tubuh yang lemah terisi oleh beban hati yang kuat, jadilah ia tidak sejodoh dan mudah rusak. maka hati ini berkata, KEMBALILAH KEASAL PENCIPTAAN SEMULA.
Hamba Allah yang Lemah Dan Hina
Abdul Jabbar Habib Basuni Al Pentiani Mekkah 1428 H

Kenapa Anjing itu haram?

Terciptanya Anjing dan Asal-usul Mengapa Anjing Jadi Najis

Setiap yang Allah perintahkan atau larang pasti terdapat hikmah atasnya. Jika Allah mengharamkan sesuatu pasti terdapat keburukan di dalamnya, jika Allah menghalalkan sesuatu pasti ada kebaikan di dalamnya untuk kelangsungan hidup manusia di bumi ini.

Berikut cerita tentang haramnya anjing :
Pada masa pra penciptaan Adam, Allah memerintahkan empat malaikat Muqarrabuun, yaitu Jibril, Mikail, Izrail dan Israfil, untuk mengumpulkan empat unsur fisik bahan penciptaan alam material/alam mulk (tanah, api, air dan udara) dari tempat-tempat tersuci untuk dijadikan sebagai Adam as. Lalu Allah membentuk ‘adonan’ jasad Adam dalam posisi terlentang, masih berbentuk tanah. Pada saat ini, karena belum ditiupkan ruh kepadanya, adonan berbentuk manusia ini belum hidup.

Pada masa ini, sebagaimana Adam adalah ‘prototipe’ manusia, semua hewan dan tumbuhan sudah ada ‘prototipe’nya pula di surga. Melihat adonan tanah itu, Iblis membaca rencana Allah untuk menciptakan manusia.

Dia demikian cemburu, dan didatangilah adonan tanah ini, dan iblis meludah kepadanya. Ludah iblis ini jatuh pada titik di mana ada pusar kita sakarang.

Karena hal ini, maka marahlah Allah (belum sampai murka, murka-Nya ketika iblis menolak untuk sujud sehingga iblis dikutuk) kepada Iblis, dan diusir-Nya iblis dari ‘wilayah surga’, dan iblis tertahan di muka gerbang surga.

Lalu dia mencari akal, bagaimana untuk memasuki surga kembali. Karenanya iblis, dalam rencananya, harus menghasut kuda. Ia menghasut raja burung di surga pada saat itu (berbentuk seperti merak, tapi jauh lebih indah), minta diselundupkan ke dalam surga.

Raja burung itu memanggil hewan terindah di surga saat itu, yaitu Ular. Ketika itu, ular masih hewan yang sangat indah dan memiliki empat kaki. Ular menyediakan mulutnya kepada iblis, dan masuklah ular kembali ke surga dengan iblis di dalam mulutnya, membawa iblis menemui kuda.

Iblis menghasut kuda dengan mengatakan,“Jik­a makhluk itu (Adam) tercipta, maka hingga akhir zaman keturunannya akan menduduki punggung keturunanmu.”

Kuda sangat marah mendengar hal ini, dan larilah ia ke adonan tanah Adam tadi, untuk menginjak-injak­nya. Tapi pada saat kuda mendekat, Allah mengambil secuil tanah, pada bagian terkena ludah iblis tadi, dan dari tanah yang terkena ludah iblis tadi dijadikanlah seekor anjing.

Anjing inilah mengusir kuda, dan ia, sesuai perintah Allah, menjaga adonan tanah Adam sampai dihidupkan-Nya.­ Dari sini bisa dipahami, kenapa anjing adalah hewan yang paling setia kepada manusia: karena ia tercipta dari ‘adonan tanah’ yang sama dengan Adam a.s tetapi anjing sudah tercampur dengan ludah iblis.

Ini awal mula air liur anjing menjadi diharamkan. Demikian pula, ular ‘dikutuk’ membawa mulut yang beracun, karena menyediakan mulutnya sebagai tempat iblis menyelundup. Ia pun dikutuk dengan dibuang keempat kakinya menjdi melata dan lambat,dan dihilangkan predikatnya sebagai hewan terindah di surga yang pernah diciptakan Allah.

Wallahu a'lam

Toko Istri

Toko yg menjual istri baru dibuka, dimana pria dapat memilih wanita untuk dijadikan sebagai seorang istri.
Di antara instruksi2 yang ada di pintu masuk, terdapat instruksi yang menunjukkan bagaiman aturan main untuk masuk toko tersebut:
“Kamu hanya dapat mengunjungi toko ini SATU KALI!”
Toko tersebut terdiri dari 6 lantai dimana setiap lantai akan menunjukkan kelompok calon istri.
Semkin tinggi lantainya, semakin tinggi pula nilai wanita tersebut. Kamu dapat memilih wanita di lantai tertntu / lebih memilih ke lantai berikutnya, tapi dengan syarat tidak bisa turun lagi ke lantai sebelumnya kecuali untuk keluar dari toko.
Lalu, seorang pria pun pergi ke ” TOKO ISTRI ” tersebut untuk mencari istri. Di setiap lantai terdapat tulisan sepert ini:
Lt 1:
“Wanita di lt ini taat pada Tuhan & pandai memasak.”
Pria itu tersenyum, kemudian dia naik ke lantai selanjutnya.
Lt 2:
“Wanita di lt ini taat pada Tuhan, pandai memasak & lemah lembut.”
Kembali pria itu naik ke lantai selanjutnya.
Lt 3:
“Wanita di lt ini taat pada a Tuhan, pandai memasak, lemah lembut & cantik.”
”Wow!”, ujar sang pria, tetapi pikirannya masih penasaran & terus naik.
Lalu sampailah pria itu di lt. 4 dan terdpt tulisan:
“Wanita di lt ini taat pd Tuhan, pandai memasak, lemah lembut, cantik banget & syg anak.”
”Ya ampun!” Dia berseru, ”Aku hampir tak percaya!”
Dan dia tetap mlanjutkan ke lt 5:
“Wanita di lt ini taat pada Tuhan, pandai memasak, lemah lembut, cantik banget, sayang anak & sexy.”
Dia tergoda untukberhenti tapi kemudian dia melangkah ke lt. 6 & terdapat tulisan:
“Anda adalah pengunjung yang ke 4.363.012.000. Tidak ada wanita di lantai ini. Lantai ini hanya semata2 pembuktian untuk pria yang tidak pernah puas.”
terimakasih telah berbelanja di ” TOKO ISTRI “. Mohon hati2 ketika keluar dari sini.
Pesan moral ini bukan cuma untuk pria tapi juga wanita: “Tetaplah slalu merasa puas akan pasangan yang sudah Allah sediakan.
Jangan terus mencari yang terbaik tapi jadikanlah yang ada yang terbaik buat anda, karna Allah sudah sediakan, itulah pasangan yang terbaik bagi kamu seumur hidupmu hingga maut memisahkan.”

Pesan Mujaddid

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Saudaraku hamba Allah:
SESUNGGUHNYA KEJADIAN MANUASIA adalah yang paling sempurna dan istimewa dibandingkan dengan makhluk yang lainya, termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis, Binatang. Manusia melalui tahap-demi tahap perjalanan dalam kehidupannya seperti: alam ruh, kelahiran, hidup di dunia, kematian/ kiamat, hisab, syurga/ neraka dan pertemuan dengan Allah.
Salah satu pertanyaan yang dibutuhkan jawabannya adalah bagaimana kita manusia menempuh kehidupan ini supaya selamat didunia dan akhkirat nanti? Tulisan dibawah ini diharapkan memberikan pencerahan bagi kita untuk mencari jawab pertanyaan tersebut diatas.
Wahai Saudaraku Hamba-Allah: “Berjalanlah di atas Bumi, semoga Allah meredhoi perjalananmu. Sesungguhnya di balik perjalananmu terdapat masa depan Agama-Nya. Dan janganlah lupa akan diri-Nya selalu bersama­mu di dalam penderitaan dan perjuanganmu. Tegaklah sejajar dengan benteng-Nya, maju selangkah dari pada langkah apa yang telah datang kepadamu. Sesungguhnya pahala besar baginya yang berjuang demi-Nya. Maha besar Allah dengan segala Firman-Nya.”
Wahai Saudaraku Hamba-Allah: “Akal dan pikiran seumpama keledai yang lemah dalam menempuh perjalanan yang jauh, oleh karena itu tunggangilah seekor kuda yang kuat, sebab dia mampu melakukan perjalanan yang jauh, dengan syarat engkau harus memakai tali kekang, agar ia tidak dapat menjatuhkanmu. Begitu pula bagi manusia yang hendak menyelami ilmuNya, jangan sekali-kali mengandalkan akal ataupun fikirannya, sebab kekuatan akal dan fikiran sangat terbatas. Gunakanlah hati atau perasaanmu, akan tetapi jangalah engkau meninggalkan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai tali kekang daripada “rasamu”.
Wahai Saudaraku Hamba-Allah: “Engkau menyatakan kerinduan terhadapNya ketika didunia, namun Dia menyatakan kerinduanNya di Akhirat. Karena jika saja Dia tunjukkan kerinduanNya kepadamu, niscaya kau akan kehilangan rindumu kepadaNya, padahal perjalananmu masih panjang untuk mencapai Dia. Dan sesungguhnya kerinduan adalah sebaik-baik kendaraan untuk mencapaiNya dan barang siapa yang merindukan-Nya berarti ia telah dicintai oleh Allah.”
Wahai Saudaraku Hamba-Allah: “Berdekatan dengan-Allah bukanlah akhir daripada perjalananmu, dan penyaksian akan kenyataan-Nya bukan jua tempat engkau berhenti, namun bagimu cukuplah menjadikan kedekatan dan penyaksian terhadap-Nya sebagai permulaan akan terungkapkan kecintaan kepada-Nya.
Wahai Saudaraku Hamba-Allah: “Dia menyertakan terhadapmu perjalanan yang menempuh tebing-tebing yang terjal dan hendaklah engkau bersabar dengan itu.   Sesungguhnya   telah Dia adakan kepadamu serupa dengan apa yang telah Di adakan kepada hamba-hamba-Nya sebelum dirimu. Sesungguhnya mereka menjadikan sabar senjata dari keadaan mereka, begitu pula keselamatan yang terjadi bagimu.”
Wahai Saudaraku Hamba-Allah: “Sesungguhnya separuh pengabdianmu tiada bernilai dihadapan-Nya sebelum engkau mengakui Dia didalam tiap-tiap perjalanan-mu, namun penilaian-Nya bermula dari pada pandangan-Nya, dan tiada satupun dalam pekerjaan manusia yang dipandang melainkan sesungguhnya mengujimu.”
Wahai Saudaraku Hamba-Allah: “Akhir daripada perjalanan jasadmu adalah kematian, dan akhir perjalanan amal ibadahmu adalah akhirat, sedangkan akhir daripada perjalananmu sendiri, bersama ZatNya.”

 
Diberdayakan oleh Blogger.