Cari Blog Ini

Dimana Letak Kesesatan Syech Siti Jenar...?

syech-siti-jenar1

Setelah mengungkap ilmu makrifat syech siti jenar dalam Ucapan spiritual Syekh Siti Jenar tersebut diucapkan pada saat para wali menghendaki diskusi yang membahas masalah Micara Ilmu Tauhid. Diskusi para wali diadakan setelah Dewan Walisanga mendengar bahwa Syekh Siti Jenar mulai mengajarkan ilmu ma’rifat dan hakikat. Sementara dalam tugas resmi yang diberikan oleh Dewan Walisanga hanya diberi kewenangan mengajarkan syahadat dan tauhid. Sementara menurut Syekh Siti Jenar justru inti paling mendasar tentang tauhid adalah Penyatuan, di mana seluruh ciptaan pasti akan kembali menyatu dengan yang menciptakan.Innalillahi wainailahi rojiun.

Pada saat itu, Sunan Gunung Jati mengemukakan, “Adapun Allah itu adalah yang berwujud haq”; Sunan Giri berpendapat, “Allah itu adalah jauhnya tanpa batas, dekatnya tanpa rabaan.”; Sunan Bonang berkata, “Allah itu tidak berwarna, tidak berupa, tidak berarah, tidak bertempat, tidak berbahasa, tidak bersuara, wajib adanya, mustahil tidak adanya.”; Sunan Kalijaga menyatakan, “Allah itu adalah seumpama memainkan wayang.”; Syekh Maghribi berkata, “Allah itu meliputi segala sesuatu.”; Syekh Majagung menyatakan, “Allah itu bukan disana atau disitu, tetapi ada.”; Syekh Bentong menyuarakan, “Allah itu itu bukan disana sini,Laisaka Mislihi.”; Setelah ungkapan Syekh Bentong inilah, tiba giliran Syekh Siti Jenar dan mengungkapkan konsep dasar teologinya di atas. Hanya saja ungkapan Syekh Siti Jenar tersebut ditanggapi dengan keras oleh Sunan Kudus, yang salah menangkap makna ungkapan mistik tersebut, “Jangan suka terlanjur bahasa menurut pendapat hamba adapun Allah itu tidak bersekutu dengan sesama.”


Mulai persidangan itulah hubungan Syekh Siti Jenar dengan para wali memanas, sebab Syekh Siti Jenar tetap teguh pada pendirian tauhid sejatinya. Sementara para Dewan Wali mengikuti madzhab resmi yang digariskan oleh kerajaan Demak, Sunni-Syafi’i. Sampai masa persidangan penentuannya, Syekh Siti Jenar tetap menyuarakan dengan lantang teologi manunggalnya dengan PengAKUanya.


Dimanakah letak Kesesatan Syech Siti Jenar...?jawabanya pada diri anda masing-masing.

Allah adalah Allah dan Hamba adalah Hamba.


Jadi kalau menurut saya dalam teori Pengenalan kepada Zat Allah swt hanyalah diberikan kepada yang dikehendaki-Nya.Untuk sampai ke titik puncak kesufian sejati adalah DIAM!!!.Karena Malaikat pencatat baik dan buruk itu menulis apa yang selalu kita keluarkan dari Lidah tak bertulang kita.Pada Prinsipnya Malaikat mencatat pada siapa saja yang masih Hidup didunia ini,tapi sebaliknya jikalau orang tersebut telah Mati dalam Kehidupanya Insya allah tak ada lagi yang perlu dicatat!!!


Tapi ingat.....!!!kalau kita DIAM dalam hal ini telah mencapai Kesufian Sejati mau dikemanakan Agama islam ini??kalau semua pada bisu.Padahal Nabi Muhammad SAW selalu mengikrarkan dengan lantang kalimat Laailahailallah kepada siapa saja yang buta sama sekali tentang islam.


Wallahualam bissawab


posting:santoaliwu

 
Diberdayakan oleh Blogger.